34

196 37 20
                                    

Suasana sebuah restoran mewah nampak suram di sisi sebelah barat, berbanding terbalik dengan sisi timur yang terlihat hangat dengan obrolan ringan dari dua anak manusia yang menikmati waktu pertemuan mereka dengan sedikit percakapan serius diselingi gurauan.

Beberapa pengunjung yang juga berada di sisi barat nampak sesekali mencuri pandang ke arah satu meja yang terisi seorang pria berpakaian rapi, namun sepasang mata pria itu tak lepas dari satu meja lain di seberang sana, berisikan dua orang yang tak gentar dengan tatapan mata mematikan tersebut.

Aura permusuhan menyelimuti sekeliling pria yang mengepalkan tangannya setiap kali pria di ujung sana terlihat membuat gerakan seperti akan menyentuh miliknya.





" Apa dia selalu bersikap seperti itu?" Tanya pria yang duduk di hadapan pemuda cantik dengan surai pirangnya

" Ya, selalu seperti itu." Jawab pemuda itu melirik sekilas pria di ujung sana yang masih menatapnya tajam

" Tapi lebih parah karena itu dirimu." Tambah pemuda itu lagi dan kembali menikmati hidangan di hadapannya, sepiring salad sayur

" Yaahh... Aku memang tampan juga kuat. Wajar baginya merasa terintimidasi." Pria yang masih dengan pembawaan santainya justru terlihat senang, dirinya kembali bisa memprovokasi seseorang yang pasti saat ini tengah terbakar dengan kobaran api membara

" Tsk." Decak pemuda yang mengabaikan tingkat kepercayaan diri tinggi pria menyebalkan di depannya

" Berhenti menggodanya, Phayu, Bisa-bisa tempat ini akan terbakar betulan." Hentikan Noeul karena Phayu dengan gencarnya menyentuh tangan Noeul atau berusaha menampilkan senyum ramahnya, yang jelas hal itu semakin membuat pihak di ujung sana sudah mulai memercikkan api panasnya

" Hahahaha... Padahal aku masih ingin bermain, tapi, kau dingin sekali. Haaahh, aku jadi merindukan kelinci buntalku.." Noeul menatap sengit Phayu

" Berhenti membuatnya kelelahan. Kau membuatnya harus bekerja setiap malam, minggu depan dia ada ujian. Buat dia belajar, jangan hanya kau ajari pelajaran di ranjang." Sinis Noeul karena selama ini Rain selalu mengeluh kelelahan dan tak bisa belajar akibat Phayu yang selalu menghukumnya dengan pelajaran lain

" Baiklah kakak ipar. Aku akan membebaskan adikmu minggu ini. Kau puas?"

" Tidak."




Noeul menyeka bibirnya, membenarkan letak jam tangan di pergelangannya. Lalu berdiri lebih dulu.



" Lain kali kita meeting di kantor saja, alih-alih kau sengaja memilih tempat yang dekat dengan kantor Boss." Pamit Noeul pada partner bisnisnya yang juga merupakan tunangan Rain

" Kau tidak menyenangkan." Noeul mengangkat kedua bahunya acuh menanggapi cibiran Phayu




Kaki jenjangnya berjalan ke sisi barat dimana pria yang sedari tadi menatapnya seakan kedua bola matanya hampir lepas, dan kini pria itu tengah mengalihkan pandangannya ke arah lain.



" Sudah kubilang aku hanya meeting, kenapa kau disini?" Tanya Noeul menaruh kedua tangannya di depan dada meminta penjelasan dari sang tunangan

" Apa?? Aku hanya makan siang disini. Aku tak mengikutimu," elak Boss yang terlihat menggelikan

" Ini masih jam sepuluh kalau kau katakan makan siang." Interupsi Noeul dan Boss seakan menyadari kebodohannya

" Ah, Aku sudah lapar. Apa tak boleh aku percepat makan siangku?" Alasan lain yang semakin membuat Boss terlihat konyol

" Oh, padahal tadinya aku akan mengajakmu makan siang. Tapi karena kau sudah makan siang lebih dulu, jadi aku akan pergi dengan Rain saja." Boss merasa kehilangan kesempatan kali ini

MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang