26

175 36 25
                                    

Rain menyatukan giginya sedikit kuat, tangannya terkepal di kedua sisi tubuhnya. Nafasnya memburu dengan kaki yang tak henti-hentinya bergerak kecil. Saat ini dirinya akan melakukan apa yang otaknya sarankan. Sedikit ekstrem memang untuk dilakukan, tapi hanya ini cara satu-satunya dirinya bisa membuat saudara kembarnya lepas dari jerat sang tunangan.

Salah satu sisi dirinya berteriak meminta Rain untuk menghentikan rencana yang akan dia ambil. Namun sisinya yang lain dengan santai menyuruhnya tetap melanjutkan dan mengatakan semua ini demi Noeul. Dirinya juga harus bertanggung jawab pada saudara kembarnya karena memang semua berawal dari keegoisannya.

Perang batin yang dirasakan Rain terus saja berdenging di kedua telinganya.



" Ada apa? Kenapa kau berdiri disitu saja sejak tadi?" Suara berat dan tak ramah membuat lamunan Rain terhenti

" Eumm... Bisa bicara sebentar Phi," cicit Rain takut-takut


Wajah pria itu terlihat menakutkan jika dari dekat sekarang ini. Juga pria ini seperti berbeda ketika malam pertunangannya dengan saudara kembarnya. Belum apa-apa dirinya sudah meneguk ludah kasar. Apakah keputusannya ini benar. Ataukah dirinya menggali lubang kuburnya sendiri. Tapi Rain sudah tak bisa berhenti, dirinya sudah memberanikan diri mengambil resikonya.

Phayu memberi isyarat Rain untuk mengikutinya naik ke lantai dua, dimana itu merupakan tempat istirahatnya ketika berada di bengkel miliknya. Yang tak akan mungkin sembarang orang bisa naik ke atas sini.

Rain melangkah sembari berpegangan erat pada pinggir tangga dan sesekali melirik ke lantai bawah. Berbagai pikiran buruk berkecamuk di otak kecilnya.



Bagaimana jika nanti dia marah dan melemparku dari atas sini?

Apakah aku akan langsung mati atau patah tulang dulu?

Sebaiknya aku langsung pergi ke alam baka saja daripada harus merasakan sakit sana sini.

Hei!!! Apa yang aku pikirkan??!

Aku belum menikah!



Rain menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri menepis pemikiran yang baru saja hinggap di kepalanya. Hingga tanpa sadar dirinya sudah masuk ke dalam sebuah ruangan milik atasannya, Phayu.


Phayu menatap pemuda yang mirip dengan tunangannya. Hanya saja wajah pemuda ini lebih berisi di bagian pipi, juga bibirnya yang tengah komat kamit menggerutu kecil terlihat lucu seperti seekor ikan cupang yang kehabisan nafas.


" Berapa lama lagi kau akan diam?" Phayu yang tak sabar mulai menginterupsi pemuda tersebut agar segera bersuara

" Ah.. Be-begini P-Phi.." Rain tergagap

Mata pria itu menelisiknya dari atas ke bawah, seperti menelanjanginya. Dan itu membuat jantung Rain berpacu hendak melompat keluar karena kencangnya detakan yang ditimbulkan.



" Cepat!" Titah Phayu karena pemuda itu justru terbata dan hal itu semakin lucu baginya




Aku lebih baik melompat sekarang juga..



" Begini Phi, Kurasa kau tak cocok dengan Eul." Akhirnya Rain bisa melengkapi kalimatnya dengan lancar

" Kenapa kau berpikir seperti itu?"

" Oh, Phi kan tahu kalau Eul itu pendiam. Juga Phi itu dingin. Bagaimana jadinya nanti jika kalian menikah? Bukankah hanya ada keheningan diantara kalian, mungkin rumah kalian akan sepi seperti sebuah makam." Cerocos Rain panjang lebar tanpa memperhatikan, pria disana sudah bersiap untuk mengulitinya


MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang