33

135 32 11
                                    

Tn. Nuttarat memegang kepalanya yang tiba-tiba saja bagai dihantam batu besar hingga membuatnya pening bukan main. Bagaimana tidak, apa yang sudah dia rencanakan untuk masa depan kedua putranya dengan matang, kini berubah tak sesuai keinginannya. Dan ini seperti kedua putra kembarnya tengah bertukar hadiah.

Baik Noeul maupun Rain hanya diam tertunduk dengan wajah menampakkan sendu penuh penyesalan. Si kembar itu tak berani menegakkan tubuh mereka menghadapi kemarahan sang ayah setelah keduanya mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berempat. Sedang dua pria lain di masing-masing kedua sisi putra kembarnya, menampilkan ekspresi yang berbeda.

Pria di samping Noeul, putranya yang lebih pendiam dan lebih dewasa, juga kelak menjadi penerus perusahaan miliknya, menampilkan wajah dengan senyum tipis ramah dan lebih bersahabat. Wajah itu sempat menjadi kekasih putranya yang satu lagi. Dan wajah itu juga yang beberapa waktu lalu membuatnya naik pitam karena seakan memicu kedua putranya saling berselisih, yang tak pernah kedua putranya itu lakukan.

Sedang pria di samping Rain, pria yang harusnya menjadi pendamping Noeul menampakkan raut wajah datar dengan senyum formalitasnya saja. Sangat disayangkan memang, karena Tn. Nuttarat berharap Noeul bisa berada dalam pengawasan Phayu yang sudah lebih dulu terjun ke dunia bisnis dibandingkan pria yang saat ini berada di sisinya.

Hembusan nafas kasar menjadi penanda awal sebelum Tn. Nuttarat membuat keputusannya. Baik Noeul maupun Rain nampak menunggu dengan jantung berdebar kencang, namun di pihak Rain, dirinya lebih gelisah lagi.

Bayangan dimana dirinya akan diasingkan oleh sang ayah terus menghantuinya di setiap malam.

" Daddy.. Jangan buang aku, hiks.." cicit Rain lirih yang terdengar pilu oleh sang ayah

Tn. Nuttarat bisa melihat raut pucat salah satu putra kembarnya, yang selalu diyakini menjadi putra terkecil meskipun kenyataannya keduanya lahir di hari yang sama. Hatinya ikut merasa sakit menatap wajah sendu sang putra yang tengah gelisah juga ketakutan.

Noeul menggenggam tangan Rain, menguatkan saudaranya itu agar mempercayakan semua kepadanya.

" Kalau Daddy akan membuang Rain, maka aku juga akan ikut." Noeul menatap ayahnya lurus, dirinya tak akan tinggal diam jika sang ayah benar-benar mengasingkan saudara kembarnya tersebut


Tn. Nuttarat mendekat, menarik kedua putranya agar berdiri. Kedua putranya melihat sang ayah merentangkan tangannya, tanpa perlu diminta lagi, si kembar berhambur masuk ke dalam pelukan sang ayah. Tangis Rain pecah diiringi usapan lembut pada surainya.

" Siapa yang akan membuangmu, hmm?" Tanya Tn. Nuttarat pada Rain yang hanya sesenggukan dalam dekapan hangat ayahnya

" Daddy memang sedikit pusing memikirkan tingkahmu, tapi Daddy tetap menyayangimu. Lain waktu Daddy menghukummu agar kau bisa bersikap lebih dewasa juga bertanggung jawab pada hidupmu dan berhenti bergantung pada saudaramu." Jelas Tn. Nuttarat membawa kedua putranya untuk duduk di satu sofa yang sama dengannya

" Tapi dalam hal ini, ada yang lebih pantas untuk disalahkan dibanding dirimu sayang. Daddy tak akan membuangmu. Daddy hanya akan menyerahkanmu pada pria yang seharusnya mengambil tanggung jawab padamu." Rain kembali menangis dalam pelukan sang ayah, dirinya lega karena tak lagi mendapat hukuman dari ayahnya namun juga merasa tak siap bila harus menggantikan saudaranya bertunangan dengan pria itu



Pria itu. Rain enggan menyebut namanya. Atau mengingat namanya, meskipun nama pria itu sudah jelas Rain ketahui yang merupakan pemilik tempatnya bekerja. Hanya saja Rain masih enggan pada pria itu.


" Daddy.. Bolehkah Rain tak bersama pria itu??" Rain menunjuk pria yang kini menatapnya dengan raut sedikit terkejut

Phayu merubah duduknya, mata tajamnya menyipit pada sosok yang mengadu kepada ayahnya agar pemuda dengan pipi sedikit berisi itu tak menjadi miliknya. Rain menghindari tatapan mata yang meminta penjelasan darinya.

" Dia kejam Dad. Aku tak mau bersamanya," rengek Rain menyembunyikan diri di balik sang ayah

" Tapi sayang, Phayu harus bertanggung jawab padamu. Apa dia pernah memukulmu? Katakan pada Daddy, bagian mana pria itu memukulmu!?" Tn. Nuttarat mencoba melihat dengan seksama tubuh putranya, apakah ada memar atau tidak

" Bukan Dad, Dia tak pernah memukulku."

" Lalu?"

" Dia menakutkan." Cicit Rain lirih melirik sekilas Phayu

" Ohh... Begini saja, kalau dia memukulmu katakan saja pada Daddy dan Daddy yang akan membalasnya tiga kali lipat. Bagaimana?" Tawar Tn. Nuttarat yang diangguki Rain


Noeul menggeleng pelan. Saudaranya itu sungguh cepat sekali untuk dirayu dan merubah keinginannya. Tapi setidaknya semua bisa diselesaikan dengan baik.







.....







" Hufthh.. Aku lelah," keluh seorang pemuda dengan surai kecokelatannya mengusap peluh yang datang dan menghiasi wajah manisnya

" Jangan banyak mengeluh. Cepat lakukan lagi!" Suara pria terdengar menginterupsi di belakangnya

" Tapi aku lelah Phi. Harus sampai kapan aku maju mundur seperti ini? Ini bahkan sudah hampir lima belas menit dan kau belum juga puas." Sinis Rain melirik pria di belakang tubuhnya yang justru menampilkan senyumnya

" Jadi kelinci buntalku kelelahan, hmm??" Tanya Phayu menggoda Rain, tangannya dengan nakal menyentuh pantat berisi yang meminta untuk diberi satu tamparan

" Phi!" Teriak Rain terkejut karena pantatnya diremas kuat oleh Phayu

Pria itu makin hari makin keterlaluan kadar mesumnya. Bagaimana tidak, bahkan di tempat kerja mereka, pria itu masih sempat-sempatnya membuat Rain mendesah di ruang pribadi Phayu tentu saja. Dan berakhir Rain yang harus pulang dalam keadaan lelah. Atau pemuda itu yang harus menginap di tempat Phayu karena tak sanggup lagi berjalan.

Meskipun Rain sudah resmi menjadi tunangan Phayu menggantikan Noeul, pemuda manis itu masih tetap bekerja di bengkel milik Phayu. Hanya saja pekerjaannya menjadi lebih spesifik lagi. Seperti menghangatkan ranjang atasannya atau membersihkan kamar pribadi milik atasannya tersebut.

Rain sudah memprotes keras di bagian menghangatkan ranjang. Namun alasan yang diutarakan Phayu bahkan sulit dielak.

" Kau tunanganku. Lalu siapa lagi yang harus menghangatkan ranjangku selain dirimu, Rain.."

Itulah alasan yang diucapkan Phayu. Membuat Rain membungkam lagi semua protesan yang hendak keluar dari bibir tipisnya.

" Kalau kau lelah, bagaimana kalau kita melakukan kegiatan yang lain?" Rain yang hafal ke arah mana percakapan pria itu segera berangsut mundur membawa tongkat pel nya

" Minggir Phi. Lebih baik aku selesaikan dulu semua ini. Lagipula Eul akan menjemputku nanti, aku tak mau pulang dengan cara berjalan yang aneh lagi." Rain kembali menggerakkan tongkat pel nya bergerak maju mundur

Lebih baik baginya menyelesaikan pekerjaan mengepel lantai daripada harus dibuat bekerja keras di atas ranjang yang justru menguras seluruh tenaganya. Sepertinya Phayu memiliki alat khusus di tubuhnya, karena setiap kali keduanya bercinta, hanya Rain yang akan kelelahan. Sedang pria itu justru terlihat terisi penuh energi, bukankah itu berarti Phayu menyedot habis semua energi Rain.

" Hmm.. Kalau begitu kita lakukan besok." Seringai Phayu menggoda Rain




Selamatkan aku dari pria kelebihan hormon ini...










Tbc

MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang