Epilog (Anggap saja begitu)

172 29 12
                                    

Kata orang, terlahir kembar berarti menciptakan ikatan simpul unik yang akan sulit dilepas meskipun maut memisahkan. Sebuah ikatan yang terjalin sejak keduanya berada di ruang dan waktu yang sama. Berdenyut dan bernafas dengan berbagi inti yang juga sama menopangnya.

Jika salah satunya terluka maka yang lain akan bisa merasakan bagaimana rasanya luka itu mengenainya, meskipun tak berarti luka itu miliknya. Berbagi kehangatan juga berbagi kepahitan. Menjadi satu meskipun di tubuh yang berbeda.

Itulah yang dirasakan Noeul saat ini. Pemuda dengan surai pirangnya itu kini tengah menatap haru pemandangan di sampingnya. Tepat dua jengkal dari tubuhnya, saudara kembarnya tengah berdiri dengan memandang ke depan cermin. Tersenyum lebar juga cerah. Seolah awan mendung diluar sana tak berarti apapun saat ini.

Tubuh yang sama tingginya dengannya berputar sesekali dan terlihat puas. Gerakan kecil itu tak luput dari pandangan Noeul.



" Kau menyukainya?" Tanya Noeul memastikan

" Hng. Ini cocok untukku. Aku suka." Jawab Rain antusias

" Baguslah kalau kau menyukainya."



Noeul membalas senyuman dari Rain dengan senyum tipisnya. Kisah cinta yang terjadi pada dirinya juga saudara kembarnya sudah mencapai titik akhir dalam setiap fase perjalanan. Dan setelah ini, keduanya akan menyambut lembaran baru bersama seseorang yang akan menemani mereka di masing-masing sisa waktu dalam kehidupan ini. Menggoreskan tinta dengan warna beragam yang akan mulai mengisi kertas kosong di halaman hidup mereka.

Sakit, Takut, Kecewa, Marah, Terluka, Tertawa dan Bahagia. Semua dia rasakan bersama Rain tanpa terkecuali.

Bukan perpisahan yang akan dia hadapi, namun setelah ini keduanya akan tinggal terpisah. Rasa kehilangan mulai mengusiknya sejak beberapa waktu belakangan.


" Berjanjilah untuk terbuka masalah apapun padaku" Rain menganggukkan kepalanya mendengar ucapan saudara kembarnya

" Juga berjanjilah untuk bahagia. Walaupun hidup selalu penuh dengan kejutan." Rain kini menatap dalam saudara kembarnya



Struktur wajah yang sama dengannya namun dengan sedikit ekspresi yang berbeda. Selalu menjadi garda terdepan baginya, seperti perisai yang akan melindunginya dari segala anak panah yang mengarah kepadanya akibat semua kelakuannya sendiri.

Saudaranya tak pernah mengeluhkan apapun mengenai tingkahnya yang terkadang kekanakan juga egois. Hanya sekali Rain pernah melihat raut kekecewaan dari wajah saudara kembarnya, dan itu merupakan hasil dari keegoisannya semata.

Tak akan pernah Rain temukan cinta yang tulus seperti yang ditawarkan Noeul padanya, dimanapun, dibelahan bumi ini. Karena hanya ada satu Noeul di dunia ini yang mampu mencintainya tanpa syarat dan tak pernah lelah memberikan kasih sayangnya.



" Aku berjanji. Meskipun aku tak bisa menjanjikan tak akan menangis atau kecewa suatu saat nanti karena suatu hal. Tapi..aku menjanjikan padamu, kalau aku akan bahagia dengan caraku. Kau pun sama, aku juga berharap setelah ini kau akan lebih egois untuk kebahagiaanmu sendiri." Rain menyatukan keningnya juga kening Noeul


Hal yang selalu keduanya lakukan sejak kecil. Dan berakhir dengan tawa merekah diantara saudara kembar tersebut.










.....









Pagi yang cerah juga ceria. Hamparan yang biasa terasa kosong kini terisi penuh oleh berbagai hal yang menarik mata juga menyilaukan. Tinggal menghitung waktu dengan hitungan mundur dan tempat yang sudah dihias sedemikian rupa ini akan penuh dengan beberapa kepala yang hadir dan meramaikan tempat acara.

MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang