Rain mengatupkan kedua telapak tangannya dan berlutut di atas ranjangnya, memohon dengan mata berbinarnya yang berkedip-kedip lucu pada saudara kembarnya.
" Aku minta maaf Eul.. Maafkan aku.." ulang Rain tanpa henti
Noeul menghembuskan nafasnya kasar. Kalau sudah seperti ini, bagaimana dirinya akan marah pada Rain. Anak itu justru terlihat lebih menyedihkan dibanding dirinya. Mungkin saja Rain hanya berniat baik dengan membantunya agar terlepas dari pertunangan yang dilakukan sang ayah.
" Jangan ulangi lagi. Kau tak tahu pria itu seperti apa Rain, juga jangan terlalu dekat dengannya mulai sekarang. Jangan berpikir untuk memanfaatkannya, karena bukan dia yang akan kau manfaatkan melainkan dirimu yang akan dia peras hingga habis. Kau mengerti??" Rain mengangguk lucu menjawab Noeul
" Ya sudah, tidurlah."
Noeul sudah memutar gagang pintu kamar milik Rain hingga pertanyaan saudaranya itu membuat gerakannya terhenti. Tubuhnya merasakan sesuatu ketika nama itu kembali disebut. Mengingatkannya akan rasa sakit yang harus dia rasakan karena pria itu tak kunjung mewujudkan tanggung jawabnya.
Pemuda itu mulai meragukan bahwa kenangan indah yang dia yakini sendiri di masa lalu merupakan bukti bahwa hanya dirinya yang merasakan rasa itu, tak lebih.
" Kalaupun aku mencintainya, kau tahu bukan kalau aku akan menikah.. Jadi berhenti menyebut namanya Rain." Noeul menghilang di balik pintu
Hatinya masih merasakan luka ketika kembali pada kenyataan mereka tak bisa bersama. Janji di masa lalu luruh seperti angin berhembus. Tak pernah terwujud juga tak terlihat.
Rain ikut bersedih melihat raut wajah Noeul yang menyiratkan kepedihan. Kenapa jalan cerita saudara kembarnya itu terasa sulit dan penuh lika-liku. Kenapa juga harus ada makhluk lain yang muncul dan membuat semuanya semakin rumit.
.....
Rain menampar cukup keras wajah pria yang dulu sempat mengisi sudut hatinya. Rasa kecewa mendominasi amarahnya. Dirinya sudah merelakan diri untuk mundur dan memberikan saudara yang amat sangat dia sayangi untuk dimiliki pria itu, tapi apa yang pria itu lakukan hingga sekarang. Nihil. Pria itu masih tak segera bergerak. Sibuk mengamati sekitar tanpa tahu kalau pihak lawan sudah dua atau tiga langkah di depan.
" Apa yang kau lakukan Phi? Aku memintamu untuk bergerak bukan hanya diam dan menunggu Eul datang lalu kalian bisa hidup bersama selamanya." Emosi Rain menggebu, dadanya bergemuruh ribut
" Tidak ada yang seperti itu. Kau pikir ini dunia dongeng?!" Tambah Rain masih dengan kekesalannya
Hari ini dirinya nekat datang ke perusahaan ayah Boss hanya demi bertemu pria itu, dan melarikan diri dari jadwal kuliahnya. Dan yang dia dapati ialah, pria itu seakan menikmati hari-harinya tanpa terganggu sedikitpun.
Dimana ucapan pria itu yang akan menjadikan saudara kembarnya itu menjadi miliknya. Dimana pria itu yang bercerita sudah menyusun rencana untuk membawa kabur saudaranya. Juga dimana pria yang ketika saudara kembarnya itu membutuhkannya, mengharapkannya juga menantinya di setiap saat. Namun pria ini justru tak kunjung datang menampakkan batang hidungnya di hadapan saudaranya.
Memang mudah berucap tetapi sulit untuk menepatinya.
Boss memegang wajahnya yang baru saja terkena tamparan dari saudara Noeul, seseorang yang dia cintai. Matanya bisa melihat Rain kecewa juga marah padanya, karena selama ini dirinya tak juga datang ke hadapan mereka. Bagaikan menghilang ditelan bumi.
" Duduk dulu Rain," pinta Boss mengabaikan rasa sedikit nyeri di wajah tampannya
" Tak perlu Phi. Ratapi saja dirimu setelah ini. Phayu akan mengajukan pernikahan secepatnya, silahkan menyesali keterlambatan mu dalam bertindak." Rain menolak tawaran Boss, dirinya memilih pergi karena hendak menemui Noeul setelah ini
" Apa!?" Teriak Boss memekakkan telinga
" Heh!! Tak perlu berteriak, aku sudah memberitahumu dengan datang jauh-jauh kesini. Mungkin sebentar lagi undangan pernikahan Eul juga akan segera datang." Smirk Rain wajah terkejut mantan kekasihnya
Dirinya tak ingin berada lebih lama bersama pria ini. Rasanya Rain bisa saja lepas kendali dan kembali melayangkan tamparannya, guna menyadarkan pria itu. Tak mencakar habis wajah pria itu saja sudah merupakan sebuah keberuntungan bagi Boss.
Boss memukul kursi yang dirinya duduki. Lalu beralih mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Selama ini dirinya bukan hanya diam seperti apa yang dituduhkan Rain padanya tadi, hanya saja dirinya perlu menyiapkan matang-matang rencananya. Dirinya tak ingin kembali kehilangan Noeul. Makanya Boss lebih memperhatikan detail dari rencananya. Dan belum sempat mengatakan rencananya itu pada Rain, pemuda bersurai hitam kecokelatan itu sudah mengambil kesimpulan sendiri juga memberikan sedikit rasa kekecewaannya.
Pria itu melonggarkan dasi yang sekarang terasa mencekiknya, semakin membuatnya geram.
" Kau milikku Eul! Siapapun tak boleh memilikimu selain aku." Gumam Boss tersenyum menyeringai
Sejauh ini dirinya harus mengenal lebih dulu siapa lawannya, agar tak salah langkah dalam membuat rencana. Dan sekarang semua sudah hampir selesai, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melakukan eksekusi.
.....
Noeul tak tahu harus merasa senang atau tidak, karena hari ini dirinya berencana akan berlibur bersama Rain ke pantai yang cukup jauh, yang sialnya tunangannya itu juga ikut bersama dirinya. Namun tak kalah menyebalkan, karena pria yang diyakini ayahnya masih sebagai kekasih saudara kembarnya itu juga ikut serta dalam liburan mereka kali ini. Ini sebenarnya berkah atau musibah.
Kenapa juga dua makhluk berwajah tampan itu harus mengikuti mereka. Membuat semuanya menjadi tak nyaman. Akan tetapi Noeul tetap melakukan perjalanan dengan Rain yang sibuk berceloteh hampir di sepanjang perjalanan mereka. Anak itu tak hentinya tertawa juga bercerita di setiap apapun yang dia lihat. Wajah cerianya juga tak luntur meskipun perjalanan kali ini hampir memakan waktu setengah hari penuh.
Keempatnya tiba ketika waktu sudah hampir mendekati matahari terbenam. Rain yang sudah tak sabar untuk berlarian di sekitar tepi pantai, menarik tangan saudara kembarnya agar mengikuti langkahnya yang berlari dengan tawanya.
" Ayo Eul.. Kejar aku!" Teriak Rain melepas tangan Noeul dan berlari lebih cepat di depan
" Oi Rain! Hati-hati! Awas kau kalau tertangkap!" Noeul juga tak mau kalah, badannya yang lebih ramping dari Rain membuat lajunya lebih cepat daripada si penantang
Dengan sedikit usaha Noeul sudah berhasil menangkap tubuh saudara kembarnya, keduanya berguling di tanah dan tertawa bersama karena jatuh. Mirip seperti adegan dimana keduanya masih kecil dulu.
Berlarian juga berkejaran di tepi pantai dengan sang papa yang berteriak memanggil keduanya karena tak mau berhenti untuk bermain.
Noeul merindukannya. Merindukan masa-masa itu, waktu dimana keduanya masih menghabiskan tawa bersama. Belum juga keputusan untuk pernikahannya di tentukan, Noeul sudah merasa akan kehilangan waktunya bersama dengan Rain.
Rain masih tertawa ketika merasakan pelukan saudaranya terasa semakin erat. Tanpa harus dikatakan lebih lanjut, pemuda itu sudah yakin kalau saudaranya tengah bersedih. Namun dirinya tak tahu dalam hal apa yang membuat Noeul terasa sedih juga gelisah.
Matanya melihat kejauhan, menangkap sosok yang pasti membuat saudaranya bersedih. Keberanian juga kegilaan mulai muncul kembali dalam benaknya, menguatkannya agar menyelamatkan nasib percintaan saudara kembarnya.
Aku akan membuatmu bahagia Eul!
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
MIROR
Fiksi PenggemarKisah dua pemuda kembar identik yang harus terjebak dalam suatu kerumitan dimana cinta yang datang kepada keduanya berasal dari seorang pria. Akankah persaudaraan yang selama ini dibagi bersama bisa membuat keduanya mengalah satu sama lain, atau jus...