32

150 25 15
                                    

Phayu bangun lebih dulu, senyum mengembang di wajah tampannya ketika mengetahui pemuda yang beberapa waktu lalu sempat menarik perhatiannya kini tengah tertidur di atas ranjang yang sama dengannya.

Tangannya menyingkirkan pelan anak rambut yang jatuh ke hidung pemuda tersebut. Ingatan dimana dirinya membuat kesepakatan dengan Boss melintas, dirinya memang menyukai sifat Noeul dan merasa cocok dengan pemuda itu. Namun dengan pemuda yang lebih ceria ini pun, Phayu juga tak menyayangkannya. Mungkin harinya akan terasa sedikit berisik juga lebih menantang bersama Rain.



" Kau sudah menjadi milikku Rain, Tak ada jalan untuk lepas." Phayu berbisik di telinga Rain, pemuda yang masih terlelap di alam mimpi itu mengernyit gelisah dalam bawah sadarnya


Pria itu segera meninggalkan ranjangnya untuk membersihkan tubuhnya akibat jejak percintaannya semalam bersama Rain. Menunggu dengan sabar hingga pemuda itu terlihat bangun dan menangis.

Rain menyembunyikan kepalanya diantara dua lututnya dan terisak lirih.


" Kenapa menangis?" Sebuah pertanyaan datang, membuat Rain menoleh dan melihat pria yang kemarin sudah melecehkannya nampak menikmati waktu santainya dengan secangkir kopi panas


Rain mengacuhkannya dan melakukan hal yang sama seperti tadi.

Phayu yang merasa diabaikan pun berjalan mendekat dan duduk di sisi ranjang tepat di sebelah Rain.



" Jangan menangis lagi, suaramu bisa benar-benar habis." Phayu mengusap surai lembut Rain namun tangannya berulang kali di tepis oleh pemuda itu




Tok tok tok



Suara ketukan di pintu membuat Rain mendongak. Phayu berjalan membuka pintu kamarnya dan yang dia dapati, tunangannya sudah berdiri bersama pria yang datang bersama Rain. Kini mereka seolah sudah kembali ke pasangan yang sesungguhnya.

Noeul masuk begitu saja karena mendengar suara lirih tangis saudara kembarnya.

" Rain.." panggil Noeul cemas dan saudaranya itu justru semakin mengencangkan tangisnya


Noeul menatap sengit pria yang baru saja membuka pintu untuknya. Dengan langkah besar penuh amarah, tangannya melayangkan sebuah pukulan telak tepat di perut pria tersebut.



" Ugh.." Phayu memegang perutnya yang baru saja dihadiahi sebuah pukulan dari tunangannya

" Ini untukmu karena sudah berani membuatnya menangis."



Boss terkekeh di tempatnya, pria itu merasa puas melihat pria lain tengah memegangi perutnya dengan raut wajah kesakitan atau berpura-pura sakit.



" Dia sedikit galak kalau menyangkut saudaranya, kuharap kau bisa mengerti. " Boss menggoda Phayu, pria itu meliriknya sinis sembari mengusap perutnya pelan




Butuh waktu sedikit lebih lama untuk menenangkan Rain dari tangisnya. Pemuda itu masih menangis dalam pelukan saudara kembarnya, bahkan baju Noeul hampir sebagian basah karena ulah saudaranya tersebut.


" Eul..." Panggil Rain ketika tangis pemuda yang masih berantakan itu mereda

" Bagaimana kalau Daddy membuangku kali ini?" Mata Rain terlihat tak fokus, anak itu tengah panik juga takut


Noeul menangkup wajah saudaranya, membuat Rain menatap matanya. Rain pasti ketakutan karena dirinya kembali membuat ulah, terlebih dirinya justru tidur bersama tunangan saudaranya sendiri. Bisa dipastikan akan sejauh apa ayahnya itu marah besar, kemungkinan terburuk Rain jelas diasingkan ke negeri yang jauh dan tak akan kembali sebelum ayahnya itu mencabut hukumannya. Membayangkan hal itu juga membuat Noeul takut, dirinya tak ingin berpisah jauh dari Rain.

MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang