" Itu bagus. Aku mendukung saja keputusan ayahmu." Ucap Peat yang baru saja mendengar curhatan sahabatnya mengenai hukuman yang harus dirinya juga Rain terima
" Kau.. tsk!" Decak Noeul sebal karena Peat justru mendukung keputusan ayahnya
" Hei, lagipula kau akan bersama Phayu. Apa kau tak ingat pria yang aku perlihatkan padamu waktu itu?" Noeul sudah mendapat pencerahan dari Peat, benar saja dirinya seperti pernah melihat pria itu, dan memang benar semua karena Peat yang sempat memperlihatkan foto pria itu padanya
" Haaahhh..." Desah Noeul yang enggan memikirkan bagaimana dirinya nanti dengan perjodohannya ini
" Ayahmu mencoba memberi yang terbaik untukmu. Jangan menolaknya, jalani saja." Noeul menatap Peat lurus
" Tapi.. Masa depan tak akan ada yang tahu bukan?" Noeul mengernyit sekarang, tak mengerti apa yang hendak disampaikan oleh sahabatnya tersebut
Sahabatnya itu sebenarnya akan mendukung keputusan ayahnya atau tidak, Noeul jadi meragukannya sendiri.
" Aku mendukung keputusan ayahmu karena menurutku itu memang terbaik untukmu. Kau layak mendapatkan pria yang menurut ayahmu terbaik diantara semua yang terbaik. Tapi, aku juga mengharap kebahagiaanmu. Kalau seandainya pria itu benar-benar mencintaimu, dia akan memperjuangkanmu, entah bagaimanapun caranya."
" Aku tahu kau menunggunya, kita lihat, seberapa besar usahanya untuk mendapatkanmu."
Peat menyadarinya. Sahabatnya sudah terlanjur mencintai lintah menyebalkan itu. Sudah berbagai cara yang dirinya coba untuk membuat sahabatnya itu mau membuka hati untuk orang lain, namun nyatanya Noeul masih menjaga hatinya untuk pria itu. Meskipun bibirnya bisa mengkhianati dan berkata tidak, tetapi hati sahabatnya itu mungkin terus memanggil nama pria itu berulang dalam keputusasaan.
Noeul memejamkan matanya berharap apa yang terjadi akhir-akhir ini hanyalah mimpi dan ketika dirinya terbangun, semua sudah kembali seperti sedia kala. Saat dimana dirinya juga Rain masih menikmati masa keceriaan mereka.
.....
" Ini. Kau tinggal datang saja kesana. Phi Phai sudah mengaturnya untukmu," Sky menyodorkan sebuah alamat untuk sahabatnya
Rain menatap kertas dalam genggamannya cukup lama, hatinya ingin menjerit tak mau namun tak bisa. Hari ini ayahnya sudah mulai memberlakukan hukumannya. Dan itu berarti Rain sudah harus bekerja. Karena masih menjadi seorang mahasiswa, Rain tak bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jurusannya saat ini. Jadilah dirinya hanya bisa bekerja paruh waktu yang jauh dari apa yang dia pelajari.
Yang untung saja berkat bantuan Sky, dirinya bisa mendapatkan pekerjaan yang tak jauh dari kampus mereka.
" Terima kasih Sky." Balas Rain lesu
" Semangat! Kau harus membuktikan pada ayahmu kalau kau menyesal dan bisa menjadi pribadi lebih baik dari sekarang." Sky berusaha menghibur Rain dan senyum manis sahabatnya itu sudah kembali menghiasi wajahnya
Rain menatap tempat di depannya juga kertas di tangannya, dan benar ini merupakan tempat yang sudah dibicarakan Phi Phai, kekasih Sky.
Menyemangati dirinya sendiri di dalam hati kalau semua ini merupakan langkah awalnya sebelum benar-benar terjun ke dunia pekerjaan sesungguhnya. Siapa tahu dirinya juga bisa mendapat beberapa kenalan yang nantinya bisa berguna ketika lulus nanti. Rain mulai sedikit bersemangat.
" Jadi kau yang namanya Rain?" Tanya seorang pria dengan wajah ditumbuhi bulu kumis tipis
" Ya Phi." Jawab Rain mengangguk sopan
" Hmm, karena kau tak mengerti tentang otomotif, jadi kau hanya bertugas bersih-bersih saja. Untuk jam kerja kau bisa mulai setelah kuliahmu selesai sampai pukul tujuh malam. Untuk masalah gaji, nanti wanita disana yang akan menjelaskan padamu. Juga bagian mana saja yang harus kau bersihkan." Pria itu menunjuk seorang wanita yang duduk di balik meja panjang
" Kau mengerti?"
" Ya Tuan."
" Panggil aku Phi Saifah saja."
" Baik Phi Saifah."
Rain mengangguk dan kini berganti mendengarkan penjelasan yang diberikan seorang wanita bernama Phi Nui.
Setelah dijelaskan semua yang harus dia ketahui, Rain mulai menjalankan pekerjaannya. Tempat ini ramai pengunjung dan hal itu membuatnya harus bekerja ekstra untuk membersihkan bagiannya sesuai arahan atasannya tadi. Rasanya berat karena ini merupakan pengalaman pertamanya harus terjun langsung membereskan semua hal yang selama ini tak pernah dia lakukan.
Rasanya ingin menyerah dan menangis, hanya saja kalau dirinya menyerah sekarang, justru akan berakhir lebih buruk dan diasingkan ke negeri yang jauh oleh sang ayah.
📱📱
" Kau pulang jam berapa?"
" Tujuh, harusnya sudah selesai."
" Kalau begitu aku akan menjemputmu nanti."
" Hng."
Rain menutup panggilan ponselnya dari Noeul. Tanpa sepengetahuan sang ayah, Noeul memberinya uang untuk dirinya. Yang bisa dia gunakan untuk menambah uang jajannya yang kini berkurang terlalu banyak.
" Apa yang kau lakukan disini?" Sebuah suara yang tegas tiba-tiba datang dari arah berlawanan, membuat Rain berjingkat karena terkejut
" Ah maaf, Saya akan kembali bekerja." Jawab Rain menunduk karena takut akan diadukan pada atasannya oleh orang yang tak dia tahu siapa ini
" Kau bekerja disini? Sejak kapan?" Tanya pria itu lagi
" Mulai hari ini saya bekerja disini."
" Oh, Ya sudah pergilah."
Rain segera berlalu mengundang tanda tanya pada pria yang baru saja memergokinya karena beristirahat sebentar untuk mengangkat panggilan dari saudaranya.
.....
Noeul mengaduk-aduk makanan di hadapannya dengan tak berselera. Hari ini jadwal pertemuannya dengan calon tunangannya seperti yang sudah diatur oleh sang ayah. Dan pria yang harusnya sudah datang itu terlambat lima belas menit karena sebuah pekerjaan. Antara lega dan berharap pria itu tak jadi datang, terus Noeul gumamkan di dalam hatinya.
" Apa aku membuatmu menunggu terlalu lama?" Suara pria yang sebentar lagi menjadi tunangannya mengejutkannya
Noeul tak menjawab, hanya melirik pria itu sekilas dan kembali melanjutkan apa yang tadi dia lakukan.
" Aku tahu kau tak mau dengan perjodohan ini,"
Noeul menunggu pria itu melanjutkan ucapannya. Akankah pria bernama Phayu itu membatalkan pertunangan mereka. Bisa saja pria itu sudah memiliki kekasih dan terpaksa dengan perjodohan ini sepertinya, yang dipaksa oleh sang ayah.
" Tapi kita tetap harus mencobanya bukan?" Noeul salah
Wajah cantiknya menatap sinis pria yang seolah memberinya harapan lalu mengoyak harapan tersebut hingga pupus. Phayu menarik sudut bibirnya, dirinya tak menyangka mendapati sesuatu yang membuatnya menjadi tertarik.
Sore tadi dirinya mampir sebentar ke bengkel miliknya yang sekarang diambil kendali oleh adiknya Saifah, dan mendapati seseorang yang harusnya dia kenal. Namun sosok itu sama sekali tak mengenalnya, bahkan kepribadian mereka juga berbeda. Yang satu bagaikan gunung es sedang yang satu seperti danau musim hangat.
Sejak awal dirinya sudah diberitahu oleh Tn. Nuttarat kalau calon tunangannya itu memiliki saudara kembar, dan Phayu tak menyangka salah satunya memiliki sisi berbanding terbalik dengan lainnya.
" Jangan lupa lusa ulang tahunmu dan.."
" Aku tahu. Dan berhenti membuatku kesal." Potong Noeul
Phayu tersenyum misterius mendapati respon Noeul yang selalu bersiap mencabiknya.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
MIROR
FanficKisah dua pemuda kembar identik yang harus terjebak dalam suatu kerumitan dimana cinta yang datang kepada keduanya berasal dari seorang pria. Akankah persaudaraan yang selama ini dibagi bersama bisa membuat keduanya mengalah satu sama lain, atau jus...