dua puluh enam

2.1K 140 9
                                    

Halowwww kangen ga sama author yang cantik ini?
Hehehehehe
Happy reading para Readers muachhhh















Kini Rachel berada di tempat yang begitu sepi, dirinya sendirian karna tadi saat Gerald ingin ikut Rachel melarang itu karna ancaman dari seseorang.

Rachel perlahan masuk ke gedung terbengkalai tersebut, namun tanpa Rachel ketahui ia diikuti oleh beberapa orang.

Sampai di tempat yang di beritahukan oleh seseorang tadi, Rachel menatap datar orang di hadapan nya ini, hati Rachel sangat sakit melihat tiga orang yang begitu ia sayangi sekarang telah menangis hingga suaranya yang begitu menyayat hati.

"Sebenarnya apa mau lo Tessa, bahkan ngehasut mantan orang tua gw" ucap Rachel menatap nyalang Tessa yang berada di belakang adik adik nya.

"Gw mau Lo mati, gara gara Lo gw ga jadi kaya, gara gara Lo gw kehilangan segalanya bahkan gw kehilangan satu mata dan tangan gw" lirih Tessa yang membuat Rachel menatap nya rumit.

"Itu kesalahan Lo sendiri anjing, urusan Lo sama gw bukan adek adek gw" Rachel kembali berucap dan sedikit demi sedikit mendekat.

"Jangan mendekat atau tangan bayi ini hilang" ucap seseorang yang sedari tadi menggendong Ilona.

"Lalu apa urusan anda dengan saya tuan Rayker Adevane dan juga nyonya Vera Adevane kita sudah menyelesaikan masalah saat saya keluar dari kediaman kalian" Rachel menjadi sedikit was was saat mendengar tangisan Ilona yang makin keras dan memberontak gendongan mantan ayah nya.

"Selesai? Gara gara kamu kerja sama saya dengan keluarga Jaxton, Zylphia, dan Ugenio jadi di batalkan, mereka membatalkan kerja sama itu dengan alasan yang sama, Karna kamu anak pembawa sial!" Geram Rayker, hanya Karna anak ingusan seperti Rachel perusahaan nya hampir bangkrut.

"Cih bahkan anak anak kalian pun paham agar tak mengganggu saya Karna di belakang saya ada 3 keluarga besar yang melindungi, tapi apa ini? Orang yang hidup hampir setengah abad pun belum mengerti situasi" Rayker terdiam, Rachel memang benar anak anak nya memilih keluar negri dan melanjutkan pendidikan di negeri sebrang.

"Kau harus mati" Tessa kembali berucap, dengan hanya satu tangan saja ia melemparkan banyak pisau kepada Rachel, dan Rachel dengan cepat berusaha menghindari semua lemparan yang Tessa berikan.

"Kalau kaya gini terus gw bisa mati kena pisau nya, gw harus hentikan Tessanjing" batin Rachel yang berusaha fokus, mata nya kembali terbelalak saat Rayker mengeluarkan senjata nya, dan mulai membidik Rachel.

Rachel mulai kelabakan, kedua lengan dan bahunya sudah tertembak dan kaki nya juga sudah tergores oleh pisau, nafasnya memburu menahan sakit yang mendera, ia tak pernah berlatih beladiri alhasil ia hanya pasrah sekarang.

Tapi demi adik adik nya, ia akan terus berusaha ia harus memikirkan bagaimana menjauhkan Ilona dari Rayker dan juga si kembar yang bersama Vera.

Rachel mengambil pisau yang berserakan, dan menatap si kembar dengan tatapan memerintahkan agar mendekati Ilona, beruntungnya Valero memahami tatapan yang Rachel berikan dan menyeret Valeno untuk mendekat ke arah Ilona.

Dengan cepat Rachel melemparkan pisau itu ke kaki Rayker dan.. tepat sasaran Ilona di jatuhkan begitu saja dan itu membuat jantung Rachel berpacu sepuluh kali lebih cepat dari biasanya.

Namun Rachel bernafas lega karna Valero berhasil menangkap Ilona walau sedikit oleng, dengan telaten dan mengusap air matanya yang mengalir Valeno membantu Valero untuk membawa Ilona pergi sedikit menjauh.

Rachel yang melihat Vera akan menangkap si kembar ia langsung melemparkan dua pisau dan langsung menancap tepat di paha dan juga dada nya.

Pandangan Rachel mulai memburam, namun ia berusaha untuk menjaga kesadaran nya agar ia tak tumbang, tubuhnya penuh darah dimana mana namun tak menurunkan tekadnya untuk menyelamatkan permata nya.

Rachel mengambil dua belah pisau dan melemparkannya kearah Tessa dan juga Rayker untuk menghambat mereka berdua untuk mendekati si kembar.

Rachel mendekati si kembar dengan tertatih, menahan dan mengalihkan semua rasa sakit yang mendera di tubuh nya.

"Ka-kak" lirih Valeno dengan nada yang begitu bergetar.

"Iya sayang, Kakak disini jadi jangan nangis ya kita sedang bermain loh sekarang kita lari ya?" Ujar Rachel sambil tersenyum, dan di dapati anggukan oleh si kembar.

Bohong jika sikembar percaya, mereka yang sedari kecil mendapatkan kekerasan tentu saja tau apa yang mereka alami hari ini.

Rachel mengambil alih Ilona yang masih menangis dari tadi, dengan nada yang begitu lirih Rachel menyayikan lagu supaya Ilona tenang, dan menggandeng tangan Valeno.

Saat akan keluar dari arah belakang Rayker mengarahkan senjatanya pada kepala Valero, namun saat pelatuk akan ditarik oleh Rayker kepala keluarga Jaxton lebih dulu menembakan pelurunya ke arah lengan Rayker.

Rachel menoleh ke belakang, melihat tiga orang yang berkumpul dengan darah dimana mana, menatap mereka datar dan kembali mengalihkan pandangan kedepan.

Disana terdapat Dilbert dan juga Gerald yang tersenyum melihatnya.

"Kerja bagus Rachel, tak salah Hanna begitu menyayangi mu ternyata inilah alasan kuat nya, dan maafkan aku telah lalai menjaga mereka" ucap Dilbert menatap Rachel penuh dengan penyesalan.

Rachel menggeleng pelan "bukan salah papa, mereka saja yang memang menyebalkan seperti babi."

Dilbert tertawa, ia menggendong si kembar dan Gerald yang menggelengkan pelan ia juga mengambil alih Ilona yang sudah tertidur karna kelelahan.

"Biarkan bodyguard paman yang mengurus mereka, kamu ke rumah sakit sekarang lihat kamu seperti zombie" Rachel memberengut mendengar ucapan yang di lontarkan oleh Gerald, ia kan tidak ingin adik adik lucunya terluka.

"Mana ada zombie secantik Rachel" Dilbert terkekeh mendengarnya dan berjalan keluar dari sana, diikuti oleh Rahel dan Gerald.

"Paman Jangan habisi mereka, biar Rachel saja yang mengurus nya" ucap Rachel tiba tiba.

"Tidak, untuk yang terakhir saja kau bilang seperti itu ternyata apa Tessa melarikan diri, biar paman yang langsung membunuhnya" ucap Gerald menatap tajam Rachel.

"Ih paman, baiklah tapi Rachel lihat ya apa yang akan paman lakukan" Gerald hanya mengangguk saja, toh yang penting tiga benalu itu mati.

Di rumah sakit Rachel menjalani operasi pengeluaran peluru, aneh nya sakitnya baru terasa saat operasi di mulai hingga selesai operasi nya.

"Padahal saat tertembak ini tidak begitu sakit, tapi kenapa saat sudah selesai seperti ini sakit sekali sih" dumel Rachel di atas kasur nya.

"Sayang ayo makan dulu, ini waktunya minum obat" Hanna duduk di dekat Rachel dan mengusap lembut kepala Rachel.

Dengan telaten Hanna menyuapi Rachel dan memberikan obat untuk Rachel, dari semalam Hanna lah yang menangani Rachel.

"Ma dimana Ilona dan si kembar?" Tanya Rachel.

"Mereka ada di ruangan sebelah, dan masih tertidur mungkin kelelahan karna kejadian kemarin, mama minta maaf ya sayang mama sangat ceroboh menjaga mereka" ujar Hanna dengan tatapan yang sendu.

"Ngga ma, bukan salah mama tapi salah para babi babi itu jadi mama jangan merasa bersalah ya, mama sudah melakukan yang terbaik" ujar Rachel dengan senyum yang mengembang.

Hanna tersenyum hangat menanggapi ucapan Rachel, Rachel terus berceloteh dan Hanna hanya menggelengkan kepalanya atas tingkah ajaib Rachel.




Tbc.

Yoooooo bentar lagi end nihh

TRANSMIGRASI??BODO AMAT!!! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang