Niskala, yang dulu selalu duduk di kursi seberang, tersenyum sambil menyeruput teh buatan ibunya. Niskala yang tertawa ringan ketika mereka berbagi cerita tentang hari-hari di sekolah. Sekarang, hanya ada bayangan kenangan itu yang tinggal di sini, meninggalkan Alina sendiri bersama cangkir tehnya yang tak pernah terasa sehangat dulu.
Suara ketukan di pintu mengejutkan Alina dari lamunannya. Ia bangkit perlahan, merapikan rambutnya yang sudah mulai beruban, lalu menuju pintu depan. Di balik pintu itu, ternyata ada Lestari, tetangga terdekat yang selalu datang membawa cerita-cerita kecil dari desa.
"Pagi, Alina. Kau baik-baik saja?" Lestari bertanya sambil menatap Alina dengan mata penuh perhatian.
"Ya, baik," jawab Alina pelan, memaksakan senyum. "Masuklah, mari minum teh bersama."
Lestari masuk, duduk di kursi yang biasa Niskala duduki. Melihatnya di sana, entah kenapa, membuat hati Alina semakin perih. Setiap orang yang duduk di kursi itu seolah hanya mempertegas ketiadaan Niskala. Meski demikian, Alina tak pernah menyuarakan perasaannya. Di hadapan orang lain, ia selalu berusaha terlihat kuat, meski di dalam hatinya, ada rasa rindu yang tak terbendung.
![](https://img.wattpad.com/cover/378289408-288-k288210.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan yang Menunggu di Pelataran Malam
Truyện Ngắn"Bulan yang Menunggu di Pelataran Malam" adalah kisah penuh keheningan dan kerinduan yang mendalam antara seorang ibu dan anak perempuannya. Alina, seorang ibu yang penuh cinta, hidup dalam kesendirian setelah anaknya, Niskala, pergi merantau ke neg...