Beberapa tahun yang lalu...
Niskala berdiri di depan rumah, memegang koper besar dengan tangan gemetar. Wajahnya tampak penuh dengan keraguan meskipun bibirnya tersenyum lebar. Di belakangnya, mobil taksi sudah menunggu dengan mesin yang masih menyala.
"Ibu... aku akan segera kembali. Janji, Bu. Aku hanya pergi sebentar. Sebentar saja. Begitu semuanya beres, aku akan pulang."
Alina, yang saat itu berdiri di pelataran rumah dengan tatapan lembut, hanya mengangguk. Meski hatinya berat, ia tak ingin menunjukkan perasaan itu pada Niskala. Sebagai ibu, ia mengerti bahwa ini adalah jalan yang harus ditempuh putrinya. Tapi meski begitu, tidak ada yang bisa mempersiapkan hati seorang ibu untuk perpisahan.
"Ibu percaya padamu, Nak. Pergilah kejar impianmu. Ibu akan selalu menunggu di sini."
Niskala tersenyum, meski matanya berembun. Mereka berpelukan erat untuk terakhir kalinya sebelum Niskala berbalik dan masuk ke dalam taksi, membawa harapan besar dan janji yang tak pernah terlupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan yang Menunggu di Pelataran Malam
Historia Corta"Bulan yang Menunggu di Pelataran Malam" adalah kisah penuh keheningan dan kerinduan yang mendalam antara seorang ibu dan anak perempuannya. Alina, seorang ibu yang penuh cinta, hidup dalam kesendirian setelah anaknya, Niskala, pergi merantau ke neg...