Malam berlalu dalam keheningan, tetapi hati Alina tetap bergejolak, dipenuhi oleh bayangan masa lalu. Pagi datang perlahan, sinar matahari yang lembut mulai merayap melalui tirai jendela kamarnya, namun cahaya pagi tak mampu menghapus jejak rindu yang tertinggal di hati seorang ibu. Seperti hari-hari sebelumnya, Alina bangkit dari tempat tidurnya dengan tubuh yang lelah oleh penantian, meskipun baru saja memulai hari.
Langkahnya menuju dapur terhenti sejenak di ruang tamu. Di sana, tergantung sebuah foto yang telah menjadi saksi bisu dari kebahagiaan yang pernah singgah. Foto itu menunjukkan Niskala di masa mudanya, mengenakan seragam sekolah dengan senyum yang lebar, mata yang bercahaya oleh mimpi-mimpi besar. Alina menatap foto itu lama, merasakan sebuah pukulan halus di dalam dadanya setiap kali pandangan matanya bertemu dengan gambar putrinya yang dulu.
"Dulu semuanya begitu sederhana," bisik Alina dalam hati. "Semua yang kupunya hanyalah dirimu dan itu sudah cukup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan yang Menunggu di Pelataran Malam
Storie brevi"Bulan yang Menunggu di Pelataran Malam" adalah kisah penuh keheningan dan kerinduan yang mendalam antara seorang ibu dan anak perempuannya. Alina, seorang ibu yang penuh cinta, hidup dalam kesendirian setelah anaknya, Niskala, pergi merantau ke neg...