Chapter 1.9: Cahaya yang Meredup di Ujung Senja

6 3 0
                                    

Di bawah cahaya lembutnya, Alina bisa berbicara tentang rindu, tentang ketakutan, tentang harapan yang perlahan-lahan memudar. Meski bulan tak pernah menjawab, keberadaannya memberikan ketenangan. Mungkin, pikir Alina, bulan juga mendengar suara Niskala dari kejauhan, mendengar kerinduan yang sama di sisi lain dunia.

"Apakah kamu melihat bulan ini juga, Niskala?" bisiknya pelan, suaranya hampir tenggelam dalam desau angin malam.

Alina menyandarkan tubuhnya di ambang jendela, membiarkan tatapannya terpaku pada langit malam. Ada perasaan yang tak bisa dijelaskan, seolah malam ini berbeda. Ada sesuatu yang berubah, namun ia tak bisa menguraikan apa itu. Mungkin hanya rindu yang semakin mendalam, atau mungkin harapan yang perlahan mulai pudar, menipis seperti bulan sabit yang terus menunggu purnama.

Niskala, pikir Alina, mungkinkah kamu merasa apa yang kurasakan? Di negeri yang jauh, di bawah langit yang sama, apakah kamu juga memandangi bulan dan teringat akan rumah ini? Atau, mungkinkah kehidupan barumu telah menyita semua ruang dalam hatimu, membuat rindu ini hanya menjadi milikku seorang?

Bulan yang Menunggu di Pelataran MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang