Pohon mangga itu, seperti hatinya, menunggu sesuatu yang tak kunjung tiba. Dahan-dahan yang dulu dipanjat Niskala kini terkulai dengan lesu, seolah ikut merasakan sepi yang melingkupi rumah ini. Namun, Alina tak bisa menolak perasaan baru yang muncul dari dalam hatinya sejak surat itu ia temukan kembali. Seolah-olah, surat itu membawa pesan dari masa lalu, dan sekaligus membawa janji masa depan.
Tiba-tiba, pintu pagar kecil di depan rumah berderit. Alina menoleh dan mendapati seorang lelaki tua dengan wajah yang lelah berdiri di sana. Itu Pak Herman, tetangga yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
"Pagi, Bu Alina," sapa Pak Herman dengan suara parau. Ia melangkah masuk, mendekat dengan senyuman yang dipaksakan.
"Pagi, Pak Herman. Ada yang bisa saya bantu?" Alina menyambut kedatangannya dengan ramah, meski perasaan di hatinya masih terombang-ambing.
"Saya cuma ingin bertanya, Bu... surat dari Niskala sudah ada kabar?" tanyanya dengan sedikit rasa ragu, seolah takut membangkitkan luka lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan yang Menunggu di Pelataran Malam
Short Story"Bulan yang Menunggu di Pelataran Malam" adalah kisah penuh keheningan dan kerinduan yang mendalam antara seorang ibu dan anak perempuannya. Alina, seorang ibu yang penuh cinta, hidup dalam kesendirian setelah anaknya, Niskala, pergi merantau ke neg...