Hug jauh untuk kalian yang diragukan mimpinya, sakit pasti, tapi apapun keadaannya tetap saja diri kita yang merasakan dampaknya. Jangan menyerah, mereka hanya tau dari luarnya saja.
.
.
●○●○●○●○●○
Sore, 17.03
Rumah sakit, ruangan Nara.
Setelah berjam-jam Nara sadar dan dipindahkan kamarnya, kini disekeliling nya terdapat orang-orang yang dia kenal. Mulai dari anak Next-Zero dan Star-Glow, mereka berkumpul didalam satu ruangan bagaikan keluarga.
Vano dan Mahesa hanya bisa melipat tangan didadanya karena menahan rasa cemburu. Bian dan Cia sedang bermain game bersama, walaupun jarak mereka cukup jauh tapi tetap saja Vano cemburu.
"Ngapain lu? " Diaz menatap Vano yang memasang wajah kesal nya. "Kagak terima gwa anjing! Tau gitu gwa gak kedalem aja. " Vano semakin uring uringan.
"Aneh lu No. " Diaz mengomentari Vano.
"Ya gimana gwa gak aneh, orang adek gwa punya pacar terus lupain gwa! Lu enak Salsa nempelin lu mulu dari tadi. " Omel Vano sambil menunjuk Salsa yang memeluk Diaz dari samping.
"Tapi lu juga gak cocok bego cemburu sama Bian, tuh jaraknya liat anjing. Bian diatas kasur dan Cia disamping lu bego! " Peringat Fara menunjuk mereka bedua, memang Cia hanya duduk disamping Vano tapikan pikirannya terkait dengan Bian.
"Gamauuuuuu pokoknya gwa tetep cemburu. " Vano langsung memeluk Cia yang lebih kecil darinya.
"Lepas anjing, mati gwa nanti. " Cia menggeliat bermaksud melepaskan pelukan Vano.
"Kak Nara mana anjir kok yang dikasur malah siBian sama Juan? " Vano bertanya bingung. "Tuhh dikursi. " Fara menunjuk Nara yang sedang disuapi Kaizo.
"Anjim, yang sakit siapa yang berkuasa siapa. " Vano menggeleng heran.
Namun salah satu suara mengalihkan perhatian mereka. "Kak, kakak kenapa gak mau jujur soal mbak Nara kak?! " Sudah bisa dipastikan suara siapa itu, yaps Mahesa! Ngapain lagi tuh anak?
"Hesa! Abang gak pernah ngajarin Hesa naikin volume suara didepan kak Diya ya. " Peringat Kaizo sebelum Mahesa bertindak lagi.
Mahesa menunduk takut, jarang sekali Kaizo memarahinya seperti itu. Nara menyentuh tangan Kaizo menghentikan, biarkan saja dia yang menangani semuanya.
"Hesa, sini. " Nara menyuruh Mahesa mendekat. Mahesa segera mendekat menurut tapi dengan kepala tetap menunduk takut pada Kaizo.
Nara mengangkat dagu Mahesa, lalu menepuk kepalanya pelan. "Mbak yang harusnya minta maaf, mbak nggak bisa nepatin janji mbak. Hesa boleh marah, tapi jangan pernah bentak orang yang lebih tua dari Hesa. Ngerti? " WHAT?! Moment langkah! Pertama kalinya mereka mendengar Nara yang berbicara panjang lebar seperti itu.
"Mbak, bukan salah mbak, tapi Hesa yang egois. " Mahesa menangis lirih. "Jangan nangis, katanya cowok kalo nangis gini yang jagain adeknya siapa? " Nara mengusap air mata Mahesa pelan.
Diya berinisiatif mendekat karena merasa tak enak telah menyembunyikan semua ini dari mereka semua. "Hes, maafin kakak ya? Kakak tau disini kakak yang salah ta- " Ucapan Diya terhenti karena Mahesa langsung berhambur memeluk nya.
Mahesa menggeleng kuat didalam pelukan Diya. "Hesa yang harusnya minta maaf, Hesa terlalu kasar ngomongnya. Harusnya kan bisa nungguin kakak jelasin nya. " Jelasnya sambil sesegukan, bahkan pundaknya sampai naik turun karena menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR OF ZERO [ Star-Zero ]
FanfictionUp tiap sabtu! ○●○ "Diyana Karina Permata, sesuai nama lu Permata, lu akan selalu menyinari hidup gwa dimanapun. " Dion menatap manik coklat Diya. "Maafin gwa, tapi Permata lu ini harus pergi. " Diya tertunduk lesu. Dion segera mendekat dan memelu...