• Bab 27 - Jaket itu

30 2 0
                                    

Jelly dan Cherry melangkah pelan disepanjang koridor. Mereka berdua habis mengambil beberapa buku cetak Fisika yang akan dipelajari hari ini. Ibu Dahayu yang menyuruh. Cherry berjalan dengan sedikit centil, perempuan itu memang tengil dan suka tebar pesona, pantas Yuyun suka mencari masalah padanya, mungkin karena takut akan tersaingi. Sedangkan Jelly berjalan alakadarnya, tampak sedikit malu–malu.

"Cher, menurut kamu, teror itu apa benar–benar udah berakhir?" tanya Jelly tiba–tiba.

"Menurut gue belum, Jel. Karena lo sekarang yang diincar," jawab Cherry. Hal itu membuat mereka berdua mendadak muram.

"Aku pikir, mau akhirin semua nya, biar pun ambil nyawa aku. Asal semua benar–benar berakhir, aku rela." Pengungkapan Jelly itu membuat Cherry kesal bercampur sedih. Gadis itu semakin merapatkan tubuhnya pada Jelly.

"Jangan ngomong gitu, Jelly. Gue sama temen–temen yang lain bakal berusaha bantuin lo, kita cari jalan keluarnya bareng–bareng, oke?" Cherry memberikan senyuman terbaiknya. Hingga kedua gadis itu tertawa bersama.

Pagi ini cuaca mendung, hujan angin pun turun disertai suara petir. Rasa malas semakin mengoar didalam diri mereka. Karena disaat dalam kondisi seperti ini, satu–satunya posisi paling nyaman adalah——tidur. Sambil menikmati sejuknya hujan. Tapi apa boleh buat, mereka harus belajar untuk masa depan.

"Galang!" Cherry berteriak. Melihat sohib nya saat dikelas lama. Omong–omong walaupun satu sekolah, mereka jarang sekali bertemu ataupun berpas–pasan.

Galang, Dewa dan Shakti ikut melihat. Mereka berjalan kearah yang berlawanan. Saat sudah sampai dan saling berhadapan, Cherry memukul kening Galang dengan buku cetak. Alih–alih tanda rindunya.

"Sombong banget sih lo, nggak pernah nengokin gue, lo udah lupain gue ya?!" Tanya Cherry galak.

"Memang, Cher. Lo nggak tau ya, Galang sekarang demen banget godain Agnes," kata Dewa lalu tertawa.

"Cih, mana mau Agnes sama lo, Galang. Paling juga nempel–nempel ke Shakti," kata Cherry. Perempuan itu tentu nya tau, bagaimana obsesi nya Agnes pada Shakti. Ternyata hal itu masih berlanjut sampai sekarang.

"Dingin banget sih cuacanya, udah pakai Jaket juga. Kayak nya butuh di peluk sama lo nih, Cher." Galang mulai drama.

Memang, ketiga cowok itu tengah berbalut Jaket, bahkan bukan mereka saja. Beberapa siswa juga banyak yang memakai sweater/baju hangat. Dikarenakan kondisi hujan, cuaca sangat dingin.

"Modus lo, mau gue pukul lagi." Cherry kembali mengangkat buku cetaknya.

Jelly hanya tertawa kecil melihat mereka. Gadis itu lalu melihat Shakti, sehingga tatapan kedua nya bertemu untuk sejenak. Jelly berusaha mengalihkannya. Tapi, ketika itu juga netranya jatuh tepat pada gambar dua sayap abu–abu yang ada di Jaket Shakti. Bukan Shakti saja, tapi ada pada jaket milik Galang dan juga Dewa. Jelly mendekat, untuk melihat lebih jelas.

"Ini ... Jaket kalian?" tanya Jelly. Ah, Jaket model seperti ini pasti banyak dijual diluaran sana. Jadi itu tidak mungkin mereka.

"Iyalah, Jel. Masa Jaket orang kita pinjem. Aneh–aneh aja lo," kata Dewa tertawa.

"Tapi ini Jaket cuma ada tiga. Kita khusus buat sendiri nih, jadi sorry, Jel. Kalau lo tertarik, lo nggak bakalan bisa nemuin yang persis kaya kita," jelas Galang begitu sombong.

"Sombong amat," jawab Cherry sinis.

Jelly terpaku. Pikirannya langsung pada kejadian malam itu. Komplotan preman itu juga memakai jaket dengan motif yang sama. Jika jaket ini hanya ada tiga, dan itu khusus buatan Galang, Dewa dan Shakti. Apakah pelaku malam itu adalah mereka bertiga? Salah. Bukan bertiga, karena Jelly hanya melihat satu orang preman yang memakai jaket persis.

Jelly menggeleng. Seolah tidak percaya. Gadis itu mengangkat tangannya dan langsung menampar Shakti. Hingga bunyi tamparan itu menggema diiringi suara rintik hujan yang semakin lebat.

Cherry menutup mulut. Sedangkan Galang dan Dewa melotot tak percaya. Shakti meringis sembari memegangi pipi nya yang panas. Menatap Jelly begitu nyalang. Gadis ini benar–benar.

"Jel, lo ke–kenapa?" Cherry memegang bahu Jelly.

Jelly hanya diam memandang Shakti lurus. Sorot mata itu tajam, dipenuhi rasa marah dan kecewa.

"Kamu ... kamu pelaku nya kan?" tanya Jelly.

"Kamu yang udah nyerang aku sama Oky malam itu——" Jelly lalu memegang dan menunjukkan lambang dua sayap itu. "Ini ... ini Jaket yang preman–preman itu pakai buat celakain aku sama Oky. Kalian itu jahat!" Jelly berteriak. Matanya memerah berkaca–kaca. Setelah mengatakan itu, Jelly pergi dari sana.

"So–sorry ... gue bakal ngomong sama Jelly." Cherry menatap tidak enak. Ia segera berlari menyusul Jelly.

"Shak, nggak papa lo?" Tanya Dewa. Ini adalah kali pertamanya Shakti ditampar oleh seorang wanita. Hal itu sungguh mengejutkan untuk kedua temannya.

Shakti menggeleng pelan. Isi didalam kepalanya mulai berlarian, mencari jawaban atas kejadian barusan. Perlakuan Jelly padanya sungguh tidak adil, ia bahkan tidak tahu apa yang membuat gadis itu bisa–bisa nya menampar pipi nya sesuka hati.

"Dia bilang jaket, lo habis ngapain, Shak? Lo nggak ngelakuin hal–hal yang nekat kan?" Tanya Galang was–was. Walaupun Galang tahu, jawaban Shakti pasti tidak akan mengecewakannya.

***

"Jel, lo kenapa sih? Kenapa lo tiba–tiba tampar Shakti?" Cherry menghampiri meja Jelly. Jam istirahat sudah berbunyi, pelajaran pun telah usai. Kelas hanya menyisakan Jelly, Cemara, Cherry, Tasya, Oky dan Juni.

Oky mendekat, kupingnya selalu panas jika mendengar nama cowok yang menurutnya songong itu. "Ada apa, Jel? Kamu nggak di apa–apain kan sama cowok itu?" Tanya Oky. Khawatir dan kesal.

Jelly melihat Oky cemas. "Malam kita di serang, aku lihat jaket yang preman itu pakai. Jaket itu persis sama punya Shakti. Dan tadi——" Jelly beralih menatap Cherry. "Galang bilang, kan. Kalau jaket itu mereka buat khusus. Yang artinya, cuma mereka yang punya jaket itu." Itu penjelasan dari Jelly.

"Kurang ajar!" Oky mendesis. Tangannya mengepal kuat. Wajah laki–laki itu memerah, menunjukkan kemarahan tengah melandanya. Jelly yang melihat itu segera memegang lengan Oky. Ia menggeleng pelan, seolah memberi isyarat agar Oky tidak melakukan hal–hal nekat untuk membalas.

"Dia mau nyelakain kita, aku harus diem aja?" Tanya Oky. Tatapannya berubah lembut, karena melihat Jelly yang hampir ingin menangis.

"Tenangin diri lo, Ky. Jangan sampai amarah ngendaliin diri lo," nasihat Juni. Menepuk–nepuk pundak Oky.

"Nggak mungkin, Jel. Shakti nggak kaya gitu orangnya," kata Cherry. Meyakinkan. Ia sudah dua tahun lamanya berteman dengan ketiga cowok itu. Jadi, menurutnya mereka tidak akan melakukan hal–hal yang seperti Jelly katakan.

"Lo mau bela kawan lo itu? Jelas–jelas bukti didepan mata!" Kata Oky setengah berteriak. Hal itu membuat Cherry bungkam. Tapi entah kenapa, ia tetap percaya pada pendiriannya.

Hello, Jelly! [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang