• Bab 29 - Santet yang musnah

35 1 0
                                    

"Insyaallah ... atas izin Allah swt. Jelly udah sembuh. Ayah sama Bunda yang tenang disana ya," kata Royan. Mengusap kedua papan nisan yang masing–masing bertuliskan Jingga dan Purnama.

Hari ini Royan mengajak Jelly untuk pergi berziarah. Menjenguk kedua orang tua nya. Untuk mengobati rasa rindu dan menceritakan semua yang sempat mereka alami selama beberapa waktu ini.

Jelly tersenyum kecil. Bibir yang masih pucat itu tak lagi mampu berkata. Dikarenakan terlalu banyak kejadian–kejadian diluar nalar yang telah ia alami. Hati nya masih saja resah, merasa semua ini belum benar–benar berakhir. Insting nya mengatakan, sebuah insiden yang lebih besar akan segera terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi.

"Kak, Jelly mau pulang ...." Jelly berkata lirih.

Royan membantu adik nya untuk bangun. Mereka berpamitan untuk pulang, mengatakan lain waktu akan kemari lagi. Royan kasihan melihat Jelly yang seperti nya belum sehat. Tapi ia lega, karena kata Ustad Bram, teror santet itu sudah di musnahkan. Meskipun begitu, Ustad Bram tidak memberitahu siapa pelaku sebenarnya.

Saat sampai di pintu Gapura pemakaman. Tidak disangka–sangka ada Oky disana. Mereka bertemu secara kebetulan. Oky tentu nya langsung menghampiri Jelly.

"Jelly, kamu juga disini," kata Oky senang. "Aku habis dari makam kakak aku," lanjutnya.

Royan melihat Jelly. Lalu meninggalkan adiknya begitu saja saja. Royan paham, akan memberi mereka waktu. Melihat Royan yang sudah agak menjauh, Oky segera memeluk Jelly erat. Menyalurkan rasa rindu dan kekhawatiran yang menjadi satu. Jelly pun membalas pelukan itu. Keresahan di hati nya perlahan–lahan memudar.

"Aku kangen sama kamu," kata Jelly pelan.

Oky tersenyum. Segera mengajak Jelly untuk keluar dari sana. Sebelum itu ia meminta izin kepada Royan yang sudah berada didalam mobil, untuk membawa Jelly mencari angin sebentar. Royan pun mengizinkan.

"Kamu udah sembuh, sayang. Dan semua teror itu kata Ustad Bram udah benar–benar berakhir," kata Oky. Mengemudikan mobilnya menuju ke suatu tempat.

"Mmm ... syukur lah. Aku masih lupa–lupa inget sama kejadian disekolah kemarin. Aku lupa udah ngelakuin apa aja," kata Jelly.

Pasalnya, Royan juga belum mau menceritakan semua nya. Apa yang terjadi waktu Jelly kerasukan disekolah kemarin. Alhasil, Jelly hanya bisa pasrah. Ia mengikuti saran Royan. Menunggu Jelly benar–benar pulih.

Oky mengatup bibirnya rapat–rapat. Ia juga tidak berani menceritakan itu. Mungkin memang baiknya tunggu Royan saja yang bercerita. Untuk sekarang, sebagai kekasihnya. Oky ingin menghibur Jelly. Agar suasana hati gadis itu menjadi tenang.

"Sampai." Oky memberhentikan mobilnya disebuah taman.

Oky segera mengajak Jelly untuk masuk kedalam sana. Ternyata ada sebuah danau. Pemandangannya sangat asri. Mata Jelly seperti termanjakan dengan keindahan pohon hijau dedaunan serta bunga–bunga mawar putih yang tumbuh bermekaran.

Oky mengajak Jelly untuk terus berjalan, mereka sampai disebuah rumah pohon dan segera naik. Jelly menutup mulut nya enggan percaya. Pemandangan dari atas rumah pohon benar–benar sangat indah. Oky ikut tersenyum saat melihat wajah Jelly yang kembali segar.

"Kamu suka?" tanya Oky. Melihat Jelly dari samping.

Jelly mengangguk beberapa kali. Tak lupa senyum lebar masih menghiasi wajahnya. Gadis itu memandang Oky lama. "Makasi, Oky. Aku sukaaaaa banget." Jelly berkata dengan penuh semangat.

"Syukurlah kalau kamu suka. Jangan murung lagi, nanti cantik nya hilang," kata Oky sembari mengusap pelan pipi Jelly. Disana ada bekas luka yang masih tertinggal. Tapi, Oky tidak memperdulikan itu.

Hello, Jelly! [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang