• Bab 28 - Kerasukan disekolah

35 2 2
                                    

Perkiraan cuaca hari ini memang benar, hujan angin mengguyur kota dari pagi sampai malam. Pukul sembilan malam, sehabis berbincang bersama Renjana dan Syam. Tasya bergegas ke kamarnya sambil membawa setoples cookies buatan Renjana. Niatnya ingin menonton drakor sambil nyemil. Namun saat melewati kamar Shakti, gadis itu tak sengaja melihat pintu kamar cowok itu sedikit terbuka. Tasya yang penasaran pun mencoba mendekat, hubungan kedua nya sudah mulai membaik. Shakti juga sudah bisa diajak ngobrol dengan Tasya.

"Shakti?" Tasya memanggil. Mengetuk pelan pintu. Merasa tidak ada jawaban, dengan berani gadis itu masuk kedalam. Takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Akhirnya Tasya bisa bernafas lega. Gadis itu mendekati Shakti yang tengah berdiri dibalkon kamar. Melihat arah pandang Shakti, hanya lampu-lampu rumah penduduk kota yang jauh disana.

"Mikirin Jelly?" Tanya Tasya. Gadis itu menyodorkan cookies nya——menawarkan. Shakti melirik sebentar dan menggeleng sebagai jawaban.

"Jelly lagi salah paham aja, Shak. Selagi lo bisa buktiin kalau lo bener-bener nggak bersalah. Pasti Jelly bisa percaya sama lo," kata Tasya. Dia tahu apa yang sedang terjadi, tapi Tasya lebih memilih diam saat tadi dikelas.

"Nggak ada yang perlu gue buktiin," jawab Shakti.

"Lo bisa bohong sama perasaan lo sendiri di depan mereka. Tapi nggak sama gue," kata Tasya. Dia menghela nafas, bukan saat yang tepat untuk mengajak Shakti berbicara. Tasya Berbalik hendak pergi, namun baru dua langkah, ia pun berhenti. Tanpa berbalik lagi, ia mengatakan, "Nyawa Jelly sekarang dalam bahaya karena santet itu. Gue nggak berharap lo jadi pelaku nya."

***

Royan dan Sinta menghabiskan waktu bersama. Seperti sekarang, kedua insan itu tengah mencoba membuat masakan, dibantu dengan Bibi Noni. Sinta berniat menginap, karena Jelly tadi sempat memintanya. Jelly ingin tidur ditemani oleh Sinta. Sinta pun tidak dapat menolak, ia mengiyakan selagi Jelly senang.

Suara pecahan kaca dari kamar Jelly membuat ketiganya menoleh. Royan yang takut terjadi apa-apa pada Jelly langsung bergegas berlari menaiki tangga. Sinta menyusul dengan Bi Noni.

Disana, Jelly sudah terasuki sosok Iblis jahat. Kedua bola mata Jelly hitam secara keseluruhan, menatap Royan nyalang yang baru memasuki kamar. Keadaan kamar pun dikatakan sangat berantakan.

Sinta menghubungi Ustad Bram untuk datang. Untuk sekarang mereka akan menenangkan Jelly.

"Siapa kamu?!" tanya Sinta.

Tubuh Jelly meliuk dengan gerakan patah–patah, piyama putihnya kotor dengan noda darah yang terus-menerus keluar dari mulut gadis itu.

"Saya mau nyawa anak ini..."

Itu kata Iblis jahat. Tersenyum lebar mematikan. Angin pun tiba-tiba ikut ribut, suasana mendadak mencekam. Ditambah suara petir dari luar rumah.

Dengan gerakan mata, Royan dan Sinta berhasil mencengkram tangan Jelly. Jelly dipaksa tidur di kasur. Karena tidak lama itu Ustad Bram pun datang. Jelly memberontak sangat kuat, diiringi teriakan parau memekakan telinga.

"Kamu munafik!"

"MUNAFIIIIIIIIK!"

Begitu lah Iblis jahat berteriak saat Ustad Bram membacakan ayat-ayat suci Al-Quran.

"Hentikaaaaaaan! Panaaaaaaas!"

"Kamu mau apa?" Tanya Ustad Bram.

"Saya ... mau nyawa anak ini, perintah dari tuan saya, haaaaaaaaaa ..."

Sekiranya seperti itu yang dikatakan Iblis didalam tubuh Jelly. Walaupun suaranya agak serak dan parau tidak terlalu jelas. Mereka bisa sedikit menangkap beberapa kata.

Hello, Jelly! [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang