• Bab 32 - Kejujuran Ustad Bram

26 3 1
                                    

Ustad Bram terbangun dari tidur dengan keringat yang membanjiri kening nya. Laki–laki setengah paruh baya itu habis mengalami mimpi buruk. Sosok kedua orang tua Jelly itu selalu datang kedalam mimpi nya. Yang mana, selalu memaksa Ustad Bram untuk membuka suara. Atas pelaku penyantetan yang selama ini terjadi.

"Aku harus bagaimana ... dia keponakan ku." Ustad Bram bergumam.

Starla———istri Ustad Bram datang dengan senampan sarapan. Wanita berhijab merah gelap itu tersenyum mendapati sang suami telah bangun dari tidurnya. Ia meletakkan nampan dimeja dan mengecek kening Ustad Bram. Suhu nya sudah menurun.

"Sejak kemarin, kamu sakit. Belum bangun–bangun." Penuturan dari Starla membuat Ustad Bram terhenyak sesaat. Bahkan dia sendiri tidak menyadarinya. Dia cuma merasa hanya tidur seperti biasanya.

"Starla, aku bingung .... orang tua Jelly datangi aku," kata Ustad Bram.

Starla duduk. Tersenyum kecil. Tangannya yang tengah mengaduk bubur itu terhenti saat mendengar penuturan suaminya.

"Wajar mereka datang. Mereka enggak mau anak nya celaka. Kamu bisa kan kasih tau yang sebenarnya. Aku pikir ... masalah ini enggak sesederhana yang kita kira. Pasti selain faktor gaib, orang itu juga punya rencana lain. Maka dari itu orang tua Jelly datang ke kamu. Semata–mata supaya Jelly bisa waspada."

Ustad Bram termenung. Mencerna pelan–pelan kata–kata Starla. Ada benar nya. Setidaknya, jika ia memberitahukan siapa pelaku santet itu. Maka Royan dan Jelly akan lebih waspada.

"Percaya ... Allah swt enggak akan meninggalkan kita. Mati dalam kebenaran itu lebih baik dari pada mati dalam kemunafikan."

***

Ngomong–ngomong sudah lama ini Jelly tidak pernah lagi melihat kemunculan tiga teman hantu nya itu. Jelly memikirkan kegiatan terakhir kali mereka bertemu. Perasaan mereka tidak terlibat pertengkaran apa pun. Jadi kemana Bale, Mona dan Cici berada.

Jelly turun dari mobil. Bebarengan dengan Tasya dan Shakti juga baru sampai disekolah. Jelly segera menghampiri, berantusias ingin berbicara pada Shakti.

"Shak——"

Panggilannya terabaikan begitu saja. Shakti nyelonong masuk tanpa menjawab bahkan menoleh sedikit pun. Tasya yang melihat itu meringis tidak enak pada Jelly. Ia lalu merangkul bahu sahabatnya itu untuk jalan bersama.

"Maaf ya, Jel. Shakti emang gitu orang nya," kata Tasya.

Jelly mengangguk mengerti. Ia tahu ini akan terjadi. Sikap cowok itu semakin jadi acuh tak acuh bila berada disekolah. Semakin menjauh, seolah mereka benar–benar orang asing.

"Aku ngerasa bersalah sama dia, Sya. Menurut kamu apa dia bisa maafin aku?" Tanya Jelly.

"Jel, dari diri lo nya dulu. Apa lo udah yakin sama perasaan lo itu? Sama perasaan curiga lo itu?" Tasya bertanya balik. Sehingga Jelly bungkam. Lagi–lagi, perasaan itu.

"Aku—"

"Hayooooo, bisik–bisik apasih?" Cemara datang dari belakang merangkul kedua nya.

"Kamu ngagetin aja sih, Mar."

Cemara hanya tercengir. Mereka berjalan beriringan. Ketika itu pandangan mereka tertuju pada sebuah kerumunan ditengah lapangan terbuka. Disana ada Cherry yang sibuk menerobos kerumunan. Cewek memakai jam warna pink itu bahkan terdorong hingga jatuh. Dan Cemara segera membantunya bangun

"Yuyun! Yuyun di bully!" Kata Cherry ngos–ngosan.

Cemara dan Tasya segera menerobos kerumunan. Disana Yuyun dan Tino tengah dilempari gumpalan kertas. Akibat terungkapnya perilaku pembullyan mereka selama ini kepada Meera.

Hello, Jelly! [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang