• Bab 37 - Fakta tersembunyi

34 2 0
                                    

Karena sempat kehilangan banyak darah, Dokter menyarankan agar Jelly bisa segera mendapatkan pendonor. Untung nya Golongan darah Royan sama dengan Jelly. Tanpa menunggu waktu yang lama lagi, mereka segera melakukan Transfusi darah.

Disinilah sekarang. Jelly masih terbaring lemah dengan berbagai alat yang nenempel disekujur tubuhnya. Sudah lima hari berlalu Jelly tak kunjung sadarkan diri. Royan dan Sinta tiada henti berdoa untuk keselamatan Jelly.

 Royan dan Sinta tiada henti berdoa untuk keselamatan Jelly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nyenyak banget tidur nya. Kamu mimpi apa disana, Dek?" Tanya Royan. Meski tahu tidak akan ada jawaban. Royan akan berusaha terus mengajak Jelly berbicara.

"Cepet bangun. Maafin Kakak ya, Kakak lalai jagain kamu. Nanti kalau Jelly bangun, apapun yang Jelly mau, bakal Kakak turutin."

"Jelly mau ice cream, kita beli novel, kita jalan–jalan ya. Apapun yang Jelly mau. Kakak bakal kabulin, tapi tolong jangan tinggalin Kakak, Jel."

Bagi Royan. Setelah kepergian Purnama dan Jingga. Jelly——sebagai adik dan keluarga satu–satu nya yang tersisa adalah sebuah harta berharga yang harus dia jaga. Perempuan kecil sedarah yang harus ia rawat. Yang harus ia bimbing.

Tapi kenapa, takdir selalu menuntun mereka; membawa mereka kedalam sebuah insiden berdarah dan mengerikan. Yang akhirnya membuat Royan merasa, jika selangkah saja ia meninggalkan Jelly, maka keamanan gadis itu senantiasa akan terancam.

***

Di dalam tidurnya Jelly sendiri. Ternyata, Jelly tengah berada dalam dimensi waktu yang berbeda. Dia kembali ke masa lalu. Masa dimana awal mula insiden ini akan terjadi. Jelly yang memakai pakaian rumah sakit itu tiba–tiba saja sudah berada disekolah. Sekolah nya sendiri———SMA MARGA.

Di rooftop ini. Dia melihat perempuan dengan seragam bername–tag Meera Luciana. Perempuan itu tengah berbincang dengan laki–laki yang sangat Jelly kenal. Laki–laki itu yang tidak lain adalah Oky sendiri.

Kira–kira begini percakapannya.

"Oky. Aku mau bilang sesuatu sama kamu," kata Meera. Begitu serius tanpa ada ekspresi di muka nya.

"Apa itu, sayang? Kamu enggak di ganggu sama Yuyun dan temen–temen sekelas kamu lagi, kan? Kasih tau aku. Aku bakal habisin mereka," kata Oky mulai emosi.

Meera menahan lengan Oky sembari menggeleng. "Mereka enggak jahat, Ky. Mereka itu cuma jahil aja. Aku juga enggak marah kok. Mereka masih baik sama aku, kamu jangan nilai mereka kayak gitu ahh ...." begitu penjelasan dari Meera.

"Terus, kenapa, Meera?" Tanya Oky mulai melunak.

Meera yang semula datar tanpa ekspresi itu berubah menerbitkan senyuman paling manisnya. Dia raih tangan Oky dan menaruh tepat diperut rata nya. "Aku hamil, Ky. Kita sebentar lagi jadi orang tua."

Tidak ada rasa sedih dan penyesalan dari wajah Meera. Justru gadis itu terlihat senang dan bahagia. Berbeda dengan Meera. Respon Oky berbanding balik. Laki–laki itu menarik tangannya. Membuat Meera sontak terkejut.

Hello, Jelly! [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang