• Bab 22 - Mengunjungi Shakti

33 2 0
                                    

"Sial, gue dikejar!" Zero berdesis dibalik helm nya. Ia segera menancap gas motor. Kabur dari kejaran Geng motor yang tidak tahu siapa mereka, Zero yakin mereka sedang mengincar dirinya.

Butuh beberapa kali tendangan untuk menggoyahkan motor sport milik Zero. Cowok itu terus–terusan mengumpat, jumlah mereka sangat banyak, Zero akan kalah jika harus menghadapi mereka.

Posisi tikungan sekolah hampir dekat, ia melirik kaca spion yang ternyata sebagian rombongan itu sudah berhenti mengikutinya, namun saat itu juga fokusnya teralihkan, salah satu pemotor menyenggolnya dari arah yang berlawanan hingga mengakibatkan Zero terjatuh terpelanting tepat didepan gerbang SMA Marga.

"Zerooooo! Itu zeroooo!" Teriak Cherry heboh.

"WOY SIAPAAA LOOOO?!" Teriak para siswa pada pemotor yang sudah kabur.

Zero segera dibawa ke ruang UKS. Dia mengalami beberapa luka ringan. Bahkan jaket miliknya ikut bolong. Kejadian itu pun langsung menyebar seantero sekolah.

"Zer, gimana kejadiannya?" Tanya Oky.

Juni, Jelly, Cemara, Cherry, Tasya mereka kini tengah berada di UKS untuk melihat kondisi Zero. Mendengar kabar Zero diserang, mereka pun segera berlari menghampiri dengan rasa khawatir dan was–was.

"Minggir–minggir!" Yuyun tiba–tiba datang, menyerobot kerumunan. Mengambil alih kapas dari siswi perempuan———petugas UKS. Untuk mengobati Zero.

"Ngapain sih lo? mending pergi." Zero terlihat tidak suka akan kehadiran Yuyun. Lalu matanya beralih pada Tasya yang sejak tadi diam: diam–diam menatapnya dengan pandangan khawatir.

"Sya, obatin gue," pinta Zero.

Tasya tersenyum, sesekali membuat Yuyun cemburu itu hal yang menyenangkan. Ia segera menuruti. Duduk disamping Zero dan mengobati luka disiku lengan cowok itu. Yuyun mendengus dan segera pergi dari sana.

"Masih dendam aja lo sama mantan," ejek Juni. Mengingat Zero dan Yuyun yang dulunya adalah sepasang kekasih, dan kini berubah status menjadi mantan.

Zero terdiam, sesekali meringis. Tasya dengan telaten mengobatinya. Zero kemudian menceritakan semua nya dari awal, saat ia hendak berangkat kesekolah, ia memang sudah merasa diawasi dan diikuti. Makin lama, rombongan motor itu makin banyak yang bermunculan dari setiap gang yang ia lewati, seakan mereka telah merencanakan semuanya.

"Nggak mungkin itu orang iseng, lagian gue juga nggak pernah buat masalah, apalagi berurusan sama geng–geng motor kaya gitu," jelas Zero.

Mereka saling pandang, rumornya sekarang memang lagi ramai-ramainya geng begajulan seperti itu, selain membuat onar, mereka juga suka menyerang orang tanpa dikenal/orang tidak bersalah.

Seketika itu Jelly teringat dengan kejadian malam itu, saat dirinya dan Shakti bersembunyi dibalik tangga. Menghindari kejaran para remaja bersenjata tajam. Mengingat itu, tubuh Jelly menjadi panas dingin.

***

"Si Agnes kayak nya beneran kepincut sama lo, Shak," kata Dewa.

Pagi tadi tentunya Agnes tak lupa mengunjungi Shakti untuk sekedar memberikan bekal atau pun makanan sehat lainnya. Ini sering terjadi, apalagi semenjak Shakti menderita lumpuh, sikap Agnes semakin menjadi-jadi.

"Gua nggak suka sama dia, harus berapa kali gue bilang," ucap Shakti tenang.

"Enak tapi, nyesel lo nggak nyoba," ucap Galang sembari memakan sandwich buatan Agnes, yang sebenarnya diperuntukkan untuk Shakti. Tahu Shakti tidak mau memakannya, Galang memintanya saja. Mubazir kata Galang kalau buang-buang makanan.

Hello, Jelly! [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang