• Bab 20 - Baik - baik saja

69 4 0
                                    

"Gue hampir aja dibawa sama tuh setan muka nya ancur, serem banget gila," cerita Oky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue hampir aja dibawa sama tuh setan muka nya ancur, serem banget gila," cerita Oky. Mengingat semalam ia dan Juni telah mengalami kejadian yang sangat menyeramkan saat berada dikediaman Jelly. Bagi nya itu adalah hal pertama kali yang ia alami selama 17 tahun hidup didunia ini.

"Nggak lagi‐lagi deh gue kerumah Jelly, first time kesana gini amat ya," ucap Juni merinding.

Cemara menghela nafas, memikirkan sesuatu. "Gue takut kali ini Jelly yang diincar," ucapnya.

"Kenapa lo mikir gitu sih, Mar? Ya nggak mungkinlah, Jelly kan nggak lakuin apa-apa," ucap Oky tidak terima.

"Lo pikir aja, kejadian kemarin? Hampir ngilangin nyawa dia kalau Kak Royan nggak datang tepat waktu. Dan gue tau ini dari Kak Sinta, kalau selama ini Jelly itu sering ngalamin teror-teror seram," ucap Cemara membuat mereka sama-sama kaget. Pasalnya Jelly tidak pernah bercerita soal ini kepada mereka.

Cemara menyipitkan matanya menatap mereka. "Lo semua udah tau belum sih, kalau Jelly itu indigo?"

"Gue tahu," jawab Juni asal.

"Gue ...." Oky tampak berpikir. "Nggak yakin, sih," tambahnya.

"Lo inget nggak, Ky. Waktu awal lo kenal Jelly, lo diteriakin Tuyul kan. Nah, awalnya gue nggak percaya, anggap dia ngada-ngada. Tapi waktu itu gue sempet liat dia ngomong sendiri—" Juni menarik nafas. "Dari situ sih gue yakin, kalau Jelly itu bisa liat mahluk lain," tambahnya.

"Kalau gue, curiga nya ... Waktu gue ziarah ke makam Kakak gue. Disana gue sempet ketiduran, kebetulan Jelly datang entah dari mana. Gue sempat dengar dia kaya lagi muji perempuan, gue yakinin ... yang dia maksud itu kakak gue," ucap Oky lalu diakhiri dengan senyum kecil yang terpaksa.

Zero mengusap bahu Oky, dibalas anggukan dari cowok itu. "Berarti Jelly itu anak istimewa, dia dikasih kelebihan," ucap Zero.

"Tapi untuk sekarang, nyawa teman lo itu dalam bahaya!" Yuyun datang dari luar kelas. Berdiri di depan meja tepat tengah mereka berkumpul.

"Maksud lo?" Cherry berdiri mendekati Yuyun.

Yuyun menghela nafas pelan. Menatap sekitar, memastikan benar-benar hanya ada mereka disini. "Gue sempet dimimpiin sama Bunga. Didalam mimpi gue, Bunga bilang kalau nyawa Jelly kali ini yang jadi taruhannya. Gue udah sempet peringatin Jelly, Dari jawabannya——gue pikir Jelly udah tau soal itu."

Mereka semua terdiam, teror ini belum benar-benar berakhir. Kesimpulan yang sudah mereka ambil saat ini adalah ada seseorang yang sengaja ingin mencelakai mereka dengan menggunakan ilmu-ilmu sihir atau gaib semacamnya.

"Guys!" Tasya dan Tino datang. Pasalnya mereka habis keruang cctv untuk mengecek siapa pelaku yang menyebar tanah dikelas mereka. Disana Tino mengeluarkan flash disk dan menyambungkannya ke laptop miliknya.

"Gimana, ketauan nggak?"

"Liat aja," perintah Tino memutar video rekaman cctv. Disana terlihat seseorang memakai hoodie hitam memasuki kelas mereka. Lalu menaburkan sesuatu——tanah——sesuai dugaan mereka. Tapi, ketika hendak pergi, orang itu menghadap ke arah cctv, lalu memberikan isyarat seperti menggorok leher.

Hello, Jelly! [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang