• Bab 03 - KTPG & Muncul nya teror

201 27 103
                                    

Warning! Bahasa baku/tidak baku. Harap bijak dalam membaca; terimakasih💓

03. KTPG dan Muncul nya Teror.

"Cici, apa itu?" tanya Mona, melihat Cici yang begitu serius menatap sebuah kartu.

Cici tersenyum lebar, lalu menunjukan kartu itu. "Ini kartu pemberian Bale, namanya KTP. Tapi kenapa tidak bisa masuk kedalam handphone ku ya, kartu ini terlalu besar bukan?"

"Biar kulihat..-ah ini mirip sekali dengan punyaku."

Mona merogoh lubang hidungnya, lalu ia menarik sesuatu disana. Sebuah kartu berbentuk papan nisan berukuran sama seperti yang Cici punya.

"Ini dia. Namanya KTPG," ucap Mona menunjukkan kartu miliknya.

"Apa itu artinya? kok banyak sekali hurufnya," tanya Cici bingung.

"KTPG itu singkatan dari Kartu Tanda Penduduk Gaib."

Mulut Cici berbentuk huruf o dan kepalanya manggut-manggut. "Coba lihat, Hihihi .. ada gambar dirimu disini, tapi mengapa kamu memakai kostum pocong? dirimu kan kuntilanak."

"Saat pengambilan foto KTPG memang harus menggunakan kostum itu, ci. Lihatlah agar lebih terlihat cantik, aku membentuk tali pocong itu seperti pita. Bagaimana, Unyu tidak?" Mona tertawa manis.

"Iya, dirimu unyu sekali disini. Tapi kenapa punyaku ini tidak ada gambar diriku ya." wajah Cici berubah lesu

Mona menggeplak keningnya pelan, "Ya tentu tidak ada, ci. Kartu kita berbeda tau."

Cici menatapnya, Mona dengan sabar menjelaskan. "Kartu ku ini hampir seluruh penduduk alam gaib pasti memilikinya. Mereka harus membuat kartu ini saat sudah berumur lima tahun. Lihatlah para tuyul-tuyul saja sudah banyak yang membuatnya. Sedangkan kartu mu itu hanyalah kartu kuota, Cici."

Cici mengangguk mengerti, ia jadi teringat sesuatu. "Mona, diriku belum mempunyai kartu seperti itu. Apa sih itu namanya tadi KTPeri- .."

"Hiss bukan, KTPG yang benar. Cepatlah buat. Umurmu sudah sangat tua bukan?"

"Enak saja, diriku ini masih 17 tahun ya. Tentu aku masih sangat imut dan menggemaskan," ucap Cici tak terima.

Mona tertawa kecil, lalu Cici menggoyang-goyangkan lengannya hingga copot. Sontak Mona membelalak. "Hey tanganku, kemarikan!"

Cici cengengesan, kembali memasangkan lengan Mona. "Nanti temaniku membuat KTPG ya, Mona. Apakah itu harus bayar? Jika iya, aku tidak punya uang. Aku harus pergi bersama om-om buto ijo dulu agar aku mendapatkan uang."

Mona sontak menatapnya tidak menyangka.

"Cici, ternyata kamu hantu yang seperti itu ya. Ngapain kamu sama om-om buto ijo, pasti kamu digrepe-grepe kan. Dan pasti kalian sudah berbuat zina! Yaampun Cici, diriku sungguh tidak menyangka. Bisa-bisa nya kamu melakukan hal tidak senonoh itu."

"Berhenti berbacot, Mona. Jangan menuduhku ya. Diriku ini hanya menemani om-om buto ijo mengepet saja. Aku menemani dia menjaga lilin, jika babi-babi hitam itu berhasil mendapatkan banyak uang maka aku pun akan mendapat bagiannya. Kami tidak melakukan zina apapun, diriku ini masih perawan suci tahu!" jelas Cici menggebu-gebu.

Mona menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Lalu cengengesan. "Maafkan aku, ci. Aku kira kamu seperti kuntilanak jamet di komplek sebelah. Tahu tidak, setiap subuh aku selalu memantau mereka, Kuntilanak-kuntilanak jamet itu diantar pulang oleh om-om genderuwo, mereka naik peti emas terbang."

"Benarkah?"

"Benar, pasti om-om genderuwo itu sangat kaya bukan."

Cici manggut-manggut. "Aishh.. sudahlah. Kenapa kita jadi membicarakan kuntilanak jamet itu. Jadi bagaimana, kamu mau tidak temani diriku?"

Hello, Jelly! [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang