• Bab 36 - Yang sebenarnya

32 1 3
                                    

"Bangsat!" umpat Oky.

Shakti segera menerjang Oky hingga laki–laki itu tersungkur. Melihat keadaan Jelly yang penuh dengan noda darah, seketika membuat Shakti naik pitam. Tanpa ampun dia memukul Oky secara membabi buta. Sudah cukup selama ini dia sabar akan perbuatan Oky. Kali ini menyangkut Jelly. Shakti sudah tidak bisa menahannya lagi.

"BRENGSEK! LO APAIN JELLY, HAH?!" Shakti berteriak murka. Dia benar–benar marah. Matanya menajam, wajahnya merah dan urat–urat diwajahnya itu menonjol keluar.

"GUE MAU DIA MATI! ENGGAK CUKUP LO REBUT MEERA DARI GUE?!" balas Oky.

"MEERA ITU SEPUPU GUE, BANGSAT! DIA CUMA CINTA SAMA LO! LO INGET SAAT DIA TAU LAGI HAMIL ANAK LO. LO MALAH NUDUH DIA HAMIL SAMA GUE. APA NGGAK HANCUR HATI DIA?! OKY———LO ITU PEMBUNUH MEERA YANG SEBENARNYA!"

Deg

Bagaikan tersambar petir. Oky terpaku ditempat. Kepalanya menggeleng pelan. Menolak fakta yang keluar dari mulut Shakti.

"BOHONG! LO BOHONG!" balas Oky tak kalah keras.

"TERSERAH!"  Shakti melepaskan Oky begitu saja. Lalu netra nya beralih pada gadis yang tengah sekarat.

"Lo bo—bohong, kan?" Suara Oky melunak.

Shakti berdecih ia melepaskan ikatan Jelly. Menatap khawatir kondisi gadis itu. Suara sirine polisi dan ambulance sudah mulai terdengar. Yang artinya bantuan telah tiba.

"Gue enggak pernah rebut Meera dari lo, Ky. Merra bener–bener sayang sama lo. Meera selalu ceritain semua nya tentang lo ke gue. Disaat dia tau lagi hamil anak lo, dia seneng. Tapi apa, respon lo saat itu malah nuduh dia cewek enggak bener."

"Dan masalah hati. Meera dengan ikhlas dan sukarela donorin hatinya buat Jelly. Gue bener–bener enggak nyangka, kalau Meera bakal nekat bunuh diri untuk yang kedua kali nya waktu dirumah sakit."

"Permainan lo udah selesai. Dan siap–siap terima hukuman atas semua perbuatan–perbuatan bejad lo."

Setelah mengatakan itu. Shakti menggendong Jelly keluar dari markas yang pengap dan berdarah itu. Oky terduduk lemas sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Meera, aku sa—salah ... dia beneran anak aku, Meer." Oky berkata lirih.

Laki–laki itu bergegas menghampiri jasad Meera yang masih disana. Dipeluknya erat–erat dengan pecah tangis yang menyayat hati. Kenapa, kenapa kebenaran ini baru terungkap sekarang. Dia merasa bodoh.

"Maafin aku, Meera. Maafin aku——" Oky terisak–isak. Laki–laki itu benar–benar menangis.

Saat itu juga polisi datang dan langsung menangkap Oky. Oky sempat meronta masih ingin bersama dengan Meera.

"MAAFIN AKU, MEERAAAA!" Oky berteriak pilu.

***

"Jelly! Astagaaaaa ...."

Semua berteriak histeris melihat kondisi Jelly yang begitu parah. Apalagi Royan, cowok itu memukul–mukul kepalanya. Merasa tidak berguna, menangis dalam diam tanpa suara. Disampingnya, Sinta berusaha menenangkan Royan. Dia ikut sedih melihat kondisi Jelly yang begitu memprihatinkan.

"Pasti Jelly ketakutan, pasti Jelly kesakitan," kata Royan lirih.

Tasya dan Cemara menutup mulut tak percaya, ikut merasa sedih.

Shakti segera memasukkan Jelly kedalam ambulance. Disana Jelly diberi pertolongan pertama dan segera dibawa kerumah sakit.

Saat polisi membawa Oky keluar. Saat itu juga Royan berlari untuk memberikan pukulan atas kegilaan Oky pada adiknya. Hal itu segera dileraikan dengan beberapa polisi yang ada disana.

Hello, Jelly! [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang