"ARGGGGHHHH!" Teriakan Althan menggema di setiap sudut kamar, seolah-olah memecahkan keheningan yang menenggelamkan rumah. Suaranya penuh kemarahan dan frustrasi, mengundang orang-orang yang ada di rumah itu untuk mendekat dengan penuh rasa takut. Daniel, dengan hati-hati, membuka pintu kamar dengan cemas, diikuti oleh Bi Arsih dan Arman yang berdiri di belakangnya, wajah mereka tegang.
CKLEK.
Ketiganya ternganga, terkejut melihat keadaan kamar yang seperti kapal pecah. Barang-barang berserakan di lantai, dan Althan berdiri di depan jendela besar, membelakangi mereka, sosoknya terlihat begitu gelap dan penuh kemarahan.
"Bang?" panggil Daniel perlahan, melangkah masuk dengan hati-hati, berusaha mengurai ketegangan yang menggelayuti udara.
"KELUAR!" suara Althan menggelegar, menahan Daniel di tempatnya, langkahnya terhenti di ambang pintu.
"Bang, lo kenapa?" Tanya Daniel, wajahnya mencerminkan kecemasan. Ia tidak bisa meninggalkan Althan dalam keadaan seperti ini. "Gue di sini, perintahin gue apa pun, gue bakal bantu lo."
"Keluar, Daniel!" Althan menegaskan lagi, nada suaranya kaku dan tidak bisa ditawar.
Namun, Daniel tetap berdiri di tempatnya, merasa tidak mungkin meninggalkan seseorang dalam keadaan berantakan, dengan pecahan kaca dan barang-barang yang berserakan di mana-mana. "Enggak!" jawabnya tegas. "Lo pikir gue bisa ninggalin lo kayak gini? Kalo ini soal Alara, gue juga abangnya. Alara juga adik gue. Kalo lo mau Alara balik, kita cari jalannya bareng-bareng, bukan—"
"LO GA PAHAM!" Althan berbalik, wajahnya seolah dipenuhi amarah, membuat Daniel terpaksa mundur, matanya terbelalak saat melihat kedua telapak tangan Althan penuh darah.
Keterkejutan melanda Bi Arsih, yang menutup mulutnya dengan tangan, sementara Arman cepat-cepat meraih tangan Daniel, berusaha menariknya mundur, takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi.
Sejak Althan mengepalkan tangannya di desa itu, Daniel sudah menduga bahwa ini akan terjadi. Bukan sekali dua kali ia melihat Althan dalam kondisi seburuk ini, setiap kali ia merasa hancur, kemarahan dan kesedihan bertabrakan dalam dirinya.
Althan tampak berantakan dengan setelan jas lengkap, wajahnya penuh amarah, matanya menatap nyalang semua orang di hadapannya. Darah bercucuran dari kedua tangannya, seolah mencerminkan luka yang lebih dalam di hatinya, merobek lapisan kesabaran dan pengendalian dirinya yang tersisa. Ruangan itu terasa menyesakkan, dan semua orang di sana tahu bahwa ini bukan hanya tentang kemarahan, tetapi juga tentang patah hati yang tak tertahankan.
Daniel berusaha mengusir semua rasa takutnya. Dengan tekad yang kuat, ia melangkah maju mendekati Althan, sementara Arman panik berusaha menariknya kembali. " Tuan, jangan!" teriak Arman, tapi Daniel menepis tangan Arman dengan tegas. Ia tidak bisa membiarkan Althan dalam keadaan seperti ini.
Althan menatap Daniel dengan tatapan nyalang, matanya penuh kebangkitan amarah yang siap meledak. Ia tidak menunggu sampai Daniel tiba di hadapannya; dengan satu langkah besar, Althan maju dan mendorong Daniel. Daniel tidak melawan, dan dengan keras, ia tersungkur di lantai.
Tangan Daniel berusaha berpijakan pada lantai, tetapi ia malah terjatuh pada pecahan kaca yang berserakan. Bi Arsih memekik, wajahnya penuh rasa khawatir, sementara Arman hendak maju untuk membantu, tapi Daniel mengangkat tangannya, menghentikan Arman, meski rasa sakit mengganggu pikirannya.
Althan ikut duduk di depannya, tubuhnya terkulai dan penuh kemarahan. Tangan yang penuh darah itu mencengkram erat kedua bahu Daniel, mengantarkan ketegangan di udara. Daniel bisa merasakan panasnya amarah yang bergejolak dalam diri Althan, dan dalam sekejap, ia tahu bahwa ini bisa menjadi momen yang berbahaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Threads of Fate
FanfictionBagaimana jika rahasia keluarga kaya dan penuh kuasa tak lagi hanya menjadi cerita fiksi, tetapi menyelimuti kenyataan hidup mereka? Di tengah kehidupan keluarga kaya yang penuh intrik, seorang gadis tumbuh menyimpan rasa ragu pada mereka yang sehar...