36. Fractured Journeys

2 0 0
                                    

"Yang lain," titahnya membuat para maid mengganti jas di rak gantung dengan jas lain yang diambil dari kotak besi. "Ah, gabisa apa gue keluar bentar, milih disini kurang banget,"

Kamar rumah sakit yang seharusnya steril dan tenang kini berubah menjadi ruang fitting penuh keramaian. Rak gantung yang awalnya kosong kini dipenuhi dengan berbagai jas, dan para maid terlihat sibuk memilih-milih dari kotak besi besar yang mereka bawa. Di sudut kamar, setumpuk jas dikeluarkan satu per satu, diperiksa, lalu dikembalikan jika tidak sesuai dengan selera Jeremy yang tampak sulit dipuaskan.

Jeremy duduk di tepi ranjang, tangannya terlipat dengan ekspresi ragu. Tatapannya menyipit memandangi jas-jas yang belum juga sesuai dengan yang ada di pikirannya. Sementara maid-maid sibuk melayani dan memasukkan jas yang tidak ia sukai kembali ke dalam kotak.

"Maaf tuan muda, mungkin ada sedikit petunjuk kriteria jas yang anda inginkan,"ujar salah satu maid.

"Masalahnya gue gak tahu Alara pakai gaun apa," gumam Jeremy kesal, tangannya mengepal. "Harusnya gue yang nemenin dia nyari dress kemarin."

Ia baru saja ingin menyampaikan sesuatu pada maid yang menunggu di hadapannya ketika tiba-tiba, salah seorang maid masuk dengan napas terengah-engah. "Tuan muda, nona Alara ada di bawah, sebentar lagi akan naik!"

Berita itu seperti gemuruh yang tiba-tiba mengguncang ketenangan Jeremy. Dengan cepat, ia panik. "Bersih-bersih! Cepat! Jangan sampai ketahuan!" perintahnya, suaranya terburu-buru. Maid-maid itu langsung bereaksi. Mereka sibuk mengambil jas dari rak gantung dan menumpuknya ke dalam kotak besi dengan terburu-buru, ada yang menutup kotak, ada yang menyeka lantai dari debu sisa fitting, dan bahkan ada yang buru-buru merapikan tempat tidur Jeremy yang sempat tergeser akibat kekacauan.

Suasana ruangan begitu kacau namun penuh kesigapan. Namun begitu suara langkah terdengar mendekat, mereka serentak berdiri tegak di posisi masing-masing.

CKLEK

"Kakak alara—,"

teriakan Alara terhenti melihat setidaknya lima maid disana. Tepat saat pintu terbuka, mereka semua menegakkan diri dengan sopan. Jeremy sudah rebahan santai di atas tempat tidur dengan lambaian kecil, berusaha tenang.

"Kakak, butuh sesuatu?" Alara melangkah masuk, tatapannya menyapu maid-maid yang berdiri seperti patung di sekeliling ruangan. Ekspresinya penasaran melihat kamar itu penuh orang.

Jeremy berdeham pelan, berpura-pura tidak tertarik. "Tadi gue cuma minta tolong mereka beresin kamar," jawabnya santai, meskipun hatinya berdebar. Setengah kebenaran, setengah tipu daya.

Alara mengangguk pelan, sedikit curiga, tapi ia tetap berjalan mendekati tempat tidur Jeremy, tatapannya masih mengamati ruangan dengan teliti. Namun, saat ia hendak duduk di tepi kasur, sesuatu di pojok ruangan menarik perhatiannya—sebuah kotak besi yang tampak besar dan sedikit tersembunyi di bawah meja. Dengan cepat, ia melangkah mendekat, melupakan niat awalnya.

"Apa ini?" tanyanya heran, membungkuk untuk menarik kotak besi itu keluar.

Salah seorang maid dengan cepat menjawab, "Ah, itu mungkin dari rumah sakit, nona."

"Tidak mungkin," jawab Alara, alisnya mengernyit. "Dari awal di sini tidak ada ini. Kalau kalian beres-beres, seharusnya ini diperiksa."

Jeremy tahu, Alara semakin curiga. Tanpa pikir panjang, dia langsung berpura-pura kesakitan, tangannya memegang kepalanya dengan dramatis. "Arghhh, Ra... kepala gue pusing, Ra..." erangnya.

Alara menghentikan gerakannya, melirik Jeremy yang meringis dengan canggung. Ia hendak menghampirinya, tapi detik berikutnya ia tersadar bahwa itu hanya alasan. Ia memutar bola matanya, lalu kembali ke kotak besi tersebut. "Kakak gabisa bohongin Alara," ujarnya tegas. "Kalau aneh-aneh di kotak ini, awas aja Alara jewer."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Threads of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang