"Nona, apa Anda yakin kita belum pernah bertemu sebelumnya?" Tanya pria paruh baya itu dengan nada yang penuh rasa ingin tahu, suaranya lembut namun tegas, saat Alara berdiri di samping neneknya yang sedang menghidangkan makan malam. Matanya yang tajam meneliti Alara seolah ingin mencari-cari kenangan yang mungkin terlupakan, dan wajahnya tampak penuh harapan.
Alara merasakan detak jantungnya mulai berpacu. "Berhenti menanyakan hal itu, Pa," Jeremy memotong dengan nada tegas, seolah ingin mengakhiri pertanyaan yang bisa memicu ketegangan lebih lanjut. Ia menatap pria itu dengan sorot mata yang tajam dan penuh kecemasan, menggambarkan betapa tidak nyamannya ia berada dalam situasi ini.
"Mungkin saya yang salah mengingat," jawab Alara, berusaha mengalihkan perhatian dari ketegangan yang semakin meningkat. Dia tersenyum, meskipun di dalam hati, rasa ragu dan bingung berputar-putar. Mengapa pria ini begitu penasaran padanya? Kenapa dia merasakannya sebagai ancaman?
Jeremy mengalihkan pandangannya, memutar bola matanya malas. Dia tidak bisa memahami alasan ayahnya ingin mengenal Alara lebih dalam. Seolah merasakan tekanan dalam ruangan itu, dia menunggu momen untuk berbicara, tetapi saat matanya menangkap gerakan Alara yang hendak mengangkat kuah, ia langsung berdiri.
"Biarkan gue, ini berat. Tinggal ini kan? Duduk aja," ucap Jeremy, suaranya santai tetapi jelas menekankan posisinya. Alara merasa sedikit lega, senyumnya tumbuh seiring dengan perhatian Jeremy yang semakin meningkat. Namun, dari sudut matanya, ia menangkap pandangan penuh perhatian dari pria itu, seolah setiap gerakan Jeremy terekam dalam ingatannya.
"Ayo, ayo dimakan! Maaf ya, di rumah nenek cuma ada ini," Ujar nenek, berusaha menciptakan suasana hangat di meja makan. Suaranya lembut dan ceria, seolah ingin menutupi ketegangan yang terbangun di antara mereka.
"Ah, tidak masalah, saya sangat berterima kasih," balas pria itu dengan senyuman, tetapi Alara bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Ekspresi di wajahnya tampak terlalu bersahabat untuk seseorang yang pernah melakukan hal-hal kejam. Kenapa pria ini bisa begitu berbeda dari gambaran yang pernah diceritakan Jeremy?
Acara makan malam berlangsung dalam keheningan yang canggung, hanya diselingi suara sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring. Alara menyadari betapa janggalnya situasi ini—di satu sisi, neneknya berbicara dengan penuh perhatian, sementara di sisi lain, ada ketegangan yang membungkus Jeremy dan ayahnya.
"Saya minta maaf jika Jeremy banyak merepotkan, saya akan membawa Jeremy pulang malam ini," ucap William, nada suaranya menunjukkan keputusan. Ada kesan kehangatan dalam suara nenek yang berbincang dengan William, tetapi dalam hati Jeremy, ada ledakan emosi yang tak terungkapkan.
"Gak," jawab Jeremy cepat, tanpa memberi ruang bagi ayahnya untuk melanjutkan. Alara menyenggolnya pelan, memberikan isyarat bahwa sikapnya tidak sopan. Bagaimana bisa ia bersikap kasar kepada ayahnya sendiri? Harusnya ada rasa hormat di sini.
"Cukup, Jeremy. Kau sudah merepotkan mereka beberapa hari ini. Kita harus pulang," jelas William, suaranya menegaskan sebuah kebenaran yang tak bisa diabaikan.
"Kenapa? Pulang kenapa? Ini masih jatah liburku, aku tidak melanggar apapun, Pa," sanggah Jeremy dengan semangat yang tidak pudar, menunjukkan betapa ia tidak ingin terjebak dalam dunia yang telah lama ia tinggalkan.
"Pinnacle Group mengundang kita untuk menghadiri acara makan malam. Kau mau Papa datang sendiri? Lagi pula, Papa dengar kau cukup dekat dengan putra tunggal mereka, siapa? Althan?"
Alara, yang semula hanya mendengarkan sambil menyusun piring, mendongak kaget mendengar nama Althan disebut. Jantungnya berdegup kencang, seakan suara tersebut memecah kesunyian yang ada di antara mereka. Ia tidak pernah tahu nama perusahaan keluarganya sendiri. Satu fakta yang sangat menyakitkan menerjangnya—ternyata, Daniel yang tinggal di sana pun tidak dianggap, sementara Alara, yang tidak diketahui semua orang, justru menjadi pusat perhatian yang tidak diinginkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Threads of Fate
FanfictionBagaimana jika rahasia keluarga kaya dan penuh kuasa tak lagi hanya menjadi cerita fiksi, tetapi menyelimuti kenyataan hidup mereka? Di tengah kehidupan keluarga kaya yang penuh intrik, seorang gadis tumbuh menyimpan rasa ragu pada mereka yang sehar...