Tubuhnya terasa seperti diperas habis. Padahal, seharian ia hanya duduk di ruang rapat, mendengarkan orang-orang berbicara. Rasanya melelahkan, lebih melelahkan dari biasanya. Harusnya ia masuk sekolah saja, daripada berurusan dengan para pengusaha penuh pencitraan itu. Sekarang, hari sudah gelap, dan yang ia inginkan hanyalah segera merebahkan diri.
Ketika kakinya menyentuh trotoar di depan gedung, pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang terparkir di depan. Ia tersenyum, sebuah kegembiraan kecil menyelinap ke dalam dirinya. Mungkinkah Alara menunggunya? Ia menghampiri mobil itu dengan langkah cepat dan mengetuk kaca jendelanya, penuh harapan.
Namun, senyumnya lenyap ketika yang muncul di dalam mobil hanyalah Arman, sang sopir.
"Eh, Pak, Alara-nya mana?" tanya Jeremy, kebingungan dan mulai cemas.
"Eh, Den Jere, Non Alara sudah masuk dari tadi. Saya nggak tahu kalau Den Jere nggak di dalam," jawab Arman dengan raut wajah penuh penyesalan.
Jeremy langsung tertegun. Dadanya tiba-tiba berdebar lebih cepat. Ia dengan cepat meraih ponselnya, menekan nomor Alara, tetapi tak ada jawaban. Perasaan panik mulai menyelimuti pikirannya, dan ketika panggilannya tak kunjung diangkat, kekhawatiran semakin mendesak. Jantungnya berdetak makin kencang, memacu adrenalin.
Sambil berlari ke dalam gedung, tangannya yang gemetar mulai memencet tombol kecil di kerah bajunya, memanggil tim yang biasa ia andalkan.
"Siapkan motorku dan lacak Alara sekarang!" teriaknya, tak peduli lagi dengan nada tenang. Langkahnya cepat, hampir seperti orang yang dikejar waktu. Ia tak peduli lift, memilih menuruni tangga dengan dua atau tiga langkah sekaligus. TWS di telinganya langsung terhubung.
"Maaf, Tuan, sepertinya Nona Alara pergi ke tempat yang cukup jauh," suara di ujung sana terdengar, namun itu hanya menambah kegelisahan di dalam dirinya.
"Terus lacak! Kirimkan lokasinya padaku!" Jeremy mendesis tajam. Pikirannya sudah kacau. Ia tak bisa berhenti berpikir ke mana Alara pergi. "Pak, Alara aman, sebaiknya Bapak pulang. Saya mau jemput Alara," ucap Jeremy buru-buru kepada Arman begitu ia mencapai parkiran.
Tanpa menunggu jawaban, Jeremy memasang helmnya dengan tergesa dan menghidupkan motornya. Tangannya gemetar saat meraih gas, lalu ia tancap dengan kecepatan yang nyaris tak terkendali. Sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi oleh satu hal: Alara tak mungkin pergi sejauh ini tanpa memberitahunya. Ini bukan sekadar kabur. Ada sesuatu yang lebih dalam yang terjadi.
Jeremy melirik kaca spion motornya, matanya langsung menangkap dua mobil hitam yang menguntit di belakangnya. Dia mendengus, lalu tanpa berpikir dua kali, ia menancap gas lebih dalam. Jalanan yang sempit dan lampu lalu lintas tak dihiraukannya, hanya fokus pada kecepatan. Ia bisa melihat kedua mobil di belakangnya mulai kesulitan mengejarnya, ban mereka berdecit tajam setiap kali berusaha memutar mengikuti jalur yang Jeremy pilih. Tapi ia tak peduli. Semua yang ada di pikirannya sekarang adalah Alara.
Hari semakin gelap. Sudah satu jam ia mengendarai motornya tanpa henti. Angin malam menggigit kulitnya, tapi kecepatan yang ia pacu tetap konstan. Tatapannya tajam pada layar ponsel yang terpasang di holder motornya. Titik lokasi Alara masih jauh, membuat frustrasi. "Apa yang dia pikirkan?" Jeremy bergumam, menahan rasa lelah yang mulai merayapi tubuhnya. Perasaan cemas bercampur dengan kekhawatiran semakin membuatnya gelisah.
Motor besarnya menderu dengan kecepatan maksimum, tapi Jeremy tahu, ini batasnya. Mesin sudah bekerja lebih dari biasanya, dan meskipun ia memaksa, motor ini tak akan bisa lebih cepat dari ini. Tapi ia tak bisa berhenti. Alara bisa dalam bahaya.
Kemudian, pandangannya terpaku pada layar ponselnya yang menunjukkan lokasi gadis itu. Dia membelalak sejenak. Pesisir? Kenapa dia menuju ke sana? Jeremy menekan gas lebih keras, berusaha menghalau pertanyaan-pertanyaan di benaknya. Untuk apa Alara pergi ke pantai sejauh ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Threads of Fate
FanficBagaimana jika rahasia keluarga kaya dan penuh kuasa tak lagi hanya menjadi cerita fiksi, tetapi menyelimuti kenyataan hidup mereka? Di tengah kehidupan keluarga kaya yang penuh intrik, seorang gadis tumbuh menyimpan rasa ragu pada mereka yang sehar...