33. Silent Crossroads

3 0 0
                                    

"Alara, ini kayaknya cocok banget sama lo!" ujar Daniel, matanya berbinar saat ia mengangkat sebuah dress merah marun dengan detail renda yang anggun. Meski Alara hanya tersenyum menanggapi, jelas terlihat bahwa ia menghargai perhatian Daniel.

Mall itu megah, dengan lampu-lampu kristal menggantung di langit-langit yang tinggi, memancarkan kilau keemasan ke seluruh lantai marmer yang mengilap. Para pengunjung bergerak dengan santai di antara deretan butik kelas atas, membawa tas belanja dari merek-merek terkenal. Lantai pusat perbelanjaan ini dipenuhi dengan toko-toko pakaian yang memamerkan manekin-manekin berbusana elegan di jendela. Suasana begitu hidup, suara musik latar yang lembut bercampur dengan obrolan riuh orang-orang yang berlalu lalang.

Di tengah keramaian, Alara terlihat asyik memilih gaun di salah satu butik ternama. Senyumnya lebar saat ia menelusuri deretan dress yang tergantung rapi di rak, jemarinya menyentuh bahan-bahan mewah mulai dari satin hingga sutra. Di sebelahnya, Daniel berdiri dengan penuh antusiasme, memberi saran dengan suara penuh semangat.

Namun, setelah beberapa saat, Alara mengangkat alis dan mendesah pelan, berbalik ke arah Daniel yang masih setia mengekorinya di bagian dress, mengabaikan area pakaian pria di dekat sana. "Daniel, lo juga harus milih yang mau lo pake," tegur Alara dengan nada setengah serius, menatap sahabatnya yang tampaknya lebih tertarik memilihkan gaun untuknya.

Daniel hanya terkekeh, senyumnya makin lebar, membuat mata Alara berputar pasrah. "Iya, nanti. Lo dulu," jawab Daniel singkat, gesturnya santai, seolah tidak peduli bahwa mereka seharusnya memilih pakaian masing-masing.

Mereka melanjutkan pencarian, Alara memegang dress putih dengan potongan sederhana namun elegan dan membawanya ke depan cermin panjang. Ia berdiri di depan kaca besar yang memantulkan sosoknya, mencoba membayangkan bagaimana dress itu akan terlihat di tubuhnya. Saat itulah matanya menangkap bayangan seseorang di cermin—seseorang dengan pakaian serba hitam yang tampak familiar. Alara membeku sejenak, matanya membelalak.

"Adrian?!" serunya, spontan berbalik, melepaskan dress yang tadi ia pegang. Tanpa berpikir panjang, Alara berlari keluar dari butik, meninggalkan Daniel yang kebingungan.

"Ra! Tunggu!" panggil Daniel, panik. Dia segera mengejar Alara yang telah berlari cepat, jantungnya berdegup kencang saat mencoba menyusulnya di antara pengunjung mall yang padat. Lantai marmer terasa dingin di bawah sepatunya, suara langkah mereka bergema di sepanjang koridor yang penuh dengan toko-toko terang benderang.

Alara tidak peduli, hanya fokus pada sosok pria berpakaian hitam yang terus melarikan diri ke bagian mall yang lebih sepi. Semakin jauh mereka berlari, semakin sepi area yang mereka masuki, hingga akhirnya mencapai lorong kios-kios kosong yang gelap dan sepi, jauh dari hiruk-pikuk pusat perbelanjaan. Alara hanya sempat melihat punggung Adrian ketika sebuah suara keras bergema di udara.

BUGHHH

Tubuh Adrian terlempar keras, menghantam dinding dengan kekuatan yang cukup untuk membuat lantai bergetar. Ia meringis kesakitan, tergeletak di lantai dengan napas tersengal. Alara terpaku di tempat, detak jantungnya menggila. Ia merasa kaki-kakinya lumpuh, tidak bisa bergerak maju ataupun mundur. Dua pria berbadan besar dengan setelan jas hitam melangkah mendekati Adrian, wajah mereka tanpa ekspresi, menarik tubuhnya yang masih kesakitan.

"Lepaskan dia!" teriak Alara dengan suara penuh keberanian yang mengejutkan dirinya sendiri. Ia maju selangkah, matanya membara dengan tekad. Namun, kedua pria itu hanya saling pandang, seolah mempertimbangkan perintahnya, sebelum akhirnya melepaskan cengkeraman mereka dari tubuh Adrian.

Alara mengernyit, kebingungan memancar di wajahnya saat melihat kedua pria itu kemudian membungkuk dengan sopan ke arahnya. "Maaf jika anak ini mengganggu kenyamanan Nona," ujar salah satu dari mereka dengan nada tenang namun tegas. "Kami bisa mengurusnya jika Anda berkenan."

Threads of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang