Alara merasa waktu berlalu begitu cepat, tanpa sadar sudah seminggu ia menjalani kehidupan di sekolah barunya. Hari itu, siang terasa lebih terik dari biasanya. Ketika jam istirahat tiba, ia keluar kelas dengan niat untuk menemui Jeremy di lapangan basket. Biasanya, suara bola yang dipantulkan ke lantai semen dan sorakan teman-temannya sudah terdengar dari jauh, tapi siang itu lapangan kosong. Tak ada tanda-tanda batang hidung Jeremy.
"Ke mana dia?" gumamnya pelan, sembari berjalan menuju kantin, berusaha mengalihkan pikiran.
Namun, rasa penasarannya semakin membuncah. Ketika jam istirahat hampir habis, Alara memutuskan kembali ke kelas. Saat ia berbelok di ujung tangga, bayangan seseorang yang sangat dikenalnya melintas di sudut matanya. Jeremy. Dia berdiri di sana, setengah membelakangi Alara, seperti sedang menunggu seseorang atau mungkin sedang termenung.
"Kak!" panggil Alara sambil melangkah mendekat.
Tetapi, bukannya menoleh atau tersenyum seperti biasanya, Jeremy justru buru-buru berbalik dan berjalan cepat ke arah yang berlawanan. Alara berhenti sejenak, bingung. Ada sesuatu yang aneh. Ia bisa merasakan ada jarak yang tak biasa, seakan Jeremy dengan sengaja menghindarinya.
Dengan langkah cepat, Alara mengejar, tapi Jeremy sudah menghilang di kerumunan murid yang kembali ke kelas masing-masing. Sesuatu jelas sedang terjadi, tapi apa? Alara tak bisa berhenti memikirkannya saat ia melangkah ke dalam kelas, hatinya penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab.
Dengan perasaan gelisah, Alara melangkah kembali ke kelas. Pikirannya penuh dengan Jeremy dan keanehan yang baru saja terjadi. Namun, ketika dia hendak masuk kelas, langkahnya terhenti mendadak—brakk!—dia menabrak seseorang. Saking kagetnya, Alara terjatuh ke lantai.
Rasa sakit yang tiba-tiba menghantam tubuhnya tidak seberapa dibandingkan dengan kejutan melihat siapa yang berdiri di depannya. Sean.
Dengan ekspresi dingin dan tatapan tak peduli, Sean menatap Alara yang masih terduduk di lantai. Tanpa sedikit pun menunjukkan rasa simpati, dia berkata, "Liat-liat kalo jalan."
Nada suaranya begitu kaku dan penuh sikap dingin, membuat dada Alara terasa sesak. Sean bahkan tak menawarkan bantuan, tak ada gestur yang menandakan ia peduli. Dia hanya memandang sebentar sebelum melangkah pergi, seperti kejadian barusan tak ada artinya sama sekali.
Di sisi lain, Hera dan Kenta yang melihat insiden itu langsung bergegas menghampiri. "Alara, Lo gak apa-apa?" Hera bertanya sambil membantu Alara berdiri, wajahnya khawatir.
Kenta menatap kepergian Sean dengan tatapan tajam, jelas tidak senang dengan cara Sean bersikap. "Sean sean, harus gimana gue sama lo?," gumamnya kesal.
Alara hanya bisa mengangguk pelan, masih terkejut. Bukan hanya karena tabrakan itu, tapi juga bagaimana Sean bisa dengan begitu mudahnya berlalu, seakan dia tak lebih dari angin yang lewat di hidupnya.
Sejenak Alara memerhatikan Kenta yang tampak seksama menatap kepergian Sean. Kenapa dia menanyakan hal seperti itu pada dirinya sendiri. Bukannya mereka bilang Sean orang baru? kenapa Kenta tampak mengawasi Sean.
Hari itu, semuanya terasa salah bagi Alara. Dari Jeremy yang tiba-tiba menghilang dan menghindarinya, hingga kejadian konyol menabrak Sean di depan kelas. Seolah alam semesta bersekongkol untuk membuatnya terjebak dalam rentetan kesialan yang tak berujung. Alara tak bisa menyingkirkan rasa cemas yang menghimpitnya—ini jelas bukan hari yang baik.
Setelah Hera dan Kenta membantunya bangkit, mereka kembali ke kelas bersama. Alara menduduki kursinya dengan lemas, membiarkan tasnya jatuh di sebelah meja tanpa peduli. Pikiran tentang Jeremy terus mengganggu. Mengapa dia bersikap begitu aneh? Padahal biasanya, Jeremy selalu ramah dan terbuka, terlebih ketika mereka baru mulai akrab.

KAMU SEDANG MEMBACA
Threads of Fate
FanfictionBagaimana jika rahasia keluarga kaya dan penuh kuasa tak lagi hanya menjadi cerita fiksi, tetapi menyelimuti kenyataan hidup mereka? Di tengah kehidupan keluarga kaya yang penuh intrik, seorang gadis tumbuh menyimpan rasa ragu pada mereka yang sehar...