11. Mistic Fibers

4 1 0
                                    

Hera tersenyum lebar saat melihat Alara yang sedang berdiri di depan cermin, mencoba memulas lipstik berwarna merah muda. "Wah Al, lo jago juga ya make up-nya," kata Hera sambil tertawa kecil, mengagumi hasil riasan Alara yang tak disangka-sangka terlihat sangat natural dan pas.

Alara hanya mengangkat bahu dengan senyum malu-malu, tapi dia tampak menikmati sesi dandan mereka. Keduanya tengah tenggelam dalam tumpukan produk make up milik Hera, mulai dari foundation, eyeshadow, hingga highlighter yang tersebar di meja rias. Tidak ada yang serius, hanya kesenangan di hari Minggu yang malas.

Di pojok kamar, terdengar suara tembakan dan tawa dari Kenta dan Hendra yang sedang sibuk bermain PlayStation. Mereka tidak peduli dengan suasana girly yang sedang berlangsung di belakang mereka, lebih fokus pada pertempuran virtual yang sedang memanas di layar.

"Serius, coba lihat deh," Hera memiringkan kepalanya, memperhatikan riasan Alara dari sudut lain. "Kayaknya lo harus lebih sering pake make up."

Sementara itu, di luar, Arman sudah meninggalkan rumah setelah mengantarkan Alara, menjalankan perintah Althan. Alara sendiri datang tanpa banyak bicara tentang asal-usulnya, dan teman-temannya tak ada yang curiga soal hubungannya dengan Althan. Mereka lebih fokus pada Jeremy, yang harus menginap di rumah Althan, tanpa tahu ada cerita lebih besar di balik itu semua.

"Ayo kita foto dulu, Al," ajak Hera dengan semangat, begitu dia selesai menyempurnakan make up-nya. Alara menoleh, masih mengagumi penampilan barunya di cermin, lalu tersenyum setuju.

Mereka berdua mengambil ponsel, mengatur posisi di depan cermin, dan mulai berpose, tertawa sambil mencoba berbagai ekspresi dan angle yang berbeda. Klik, klik! Dalam beberapa detik, mereka sudah mengunggah beberapa foto ke media sosial, memamerkan hasil make up dan suasana seru hari itu.

Kegembiraan tidak berhenti di sana. Setelah sesi foto, Hera membuka lemari dan menarik beberapa dress cantiknya. "Coba kita pilih dress yang cocok, kayak mau ke prom night!" serunya, membuat Alara ikut tertawa dan menggelengkan kepala.

"Aduh, udah kayak kita mau ke pesta beneran!" ujar Alara sambil mencoba satu dress berwarna biru yang membuatnya tampak anggun.

Tanpa mereka sadari, kamar Hera mulai terlihat seperti kapal pecah, dengan make up yang berserakan di meja dan dress-dress yang tergantung di mana-mana. Suasana penuh canda dan tawa mengisi ruangan.

Namun, saat mereka asyik memilih pakaian, Hendra, yang duduk tak jauh dari Kenta, menghentikan permainan sejenak dan memandang ke arah Alara. Dia menaruh controller-nya, lalu, dengan nada serius, bertanya, "Al, boleh tanya sesuatu nggak?"

Alara dan Hera berhenti tertawa dan menoleh ke Hendra. Wajahnya serius, dan suasana tiba-tiba berubah sedikit tegang. "Gue cuma penasaran... akhir-akhir ini lo sama Jeremy kenapa sih nggak pernah saling bicara? Ada yang terjadi?"

Kamar yang tadi penuh canda tawa mendadak terasa lebih sunyi. Alara menatap Hendra dengan tatapan bingung, belum siap dengan pertanyaan itu. Sementara Hera hanya menunggu dengan cemas, penasaran bagaimana Alara akan menjawab.

"Bukannya, Alara balik bertanya, 'Kak Hendra, Kak Jer tuh orangnya gimana sih?'" Alara mengalihkan perhatian semua orang ke Hendra, menunggu jawaban yang mungkin akan menjelaskan segalanya.

Hendra bingung sendiri menjawabnya. Dia tahu bahwa Jeremy lebih sering menunjukkan sisi buruknya di sekolah, dan dia khawatir jika menjawab dengan jujur, hal itu justru akan menjadi boomerang.

"Sebenernya tergantung sih, Al. Jeremy itu bunglon. Sikap dan sifat dia tergantung dia lagi sama siapa," jawab Hendra dengan hati-hati.

"Misal kalo sama cowok kasar, kalo sama cewek-cewek genit gitu?" Alara melanjutkan, mengangkat alis dengan penasaran.

Threads of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang