6. Tangled Stories

12 2 0
                                    

"Pulang kalo udah selesai makan!," Titah Althan bersidekap melihat Jeremy yang tengah lahap meyantap makanan yang Althan pesankan untuknya.

Tak menghiraukan ucapan Althan, Jeremy justru membuka satu kotak makanan lagi, martabak manis tiramisu kesukaannya. Ya, dia sudah menghabiskan sekotak nasi tapi masih harus menuntaskan makanan gratis kesukaannya ini membuat Alara yang duduk di sebelah kursi kasur Althan menggeleng heran. Ia baru saja melihat Jeremy mengamuk, menangis, sekarang justru lahap sekali makannya.

"Gue doang yang disuruh pulang?," Tanya Jeremy tanpa kehilangan fokus pada martabak manisnya.

"Alara juga dari kemaren disini," Jawab Althan santai.

"Lo berdua pacaran?," Tanya Jeremy menghentikan gerakan makannya, meskipun ada perasaan gelisah menanyakan itu, ia merasa perlu menanyakannya, ia tidak ingin adu jotos dengan Althan dilain hari karena Alara, lebih baik memperjelasnya sekarang.

Bukannya menjawab, Althan melirik Alara meminta penjelasan kenapa Jeremy sampai bertanya hal seperti itu. Alara menelan ludah, Althan tidak tahu kalau Alara belum memberi tahu Jeremy tentang hubungan mereka.

"Ya gapapa sih kalau lo berdua pacaran, gue juga pengen tahu aja. Kalo lo berdua diem diem, ntar gue deketin Alara dijotos lagi sama si monyet satu ini," Jelas Jeremy melihat reaksi keduanya.

Harusnya Alara tertawa mendengarnya, tapi ada hal yang juga harus ia tanyakan pada Jeremy.

"Deketin? Bukannya kakak udah punya pacar?," Tanya Alara pada Jeremy.

"Pacar?," Kali ini Jeremy meletakkan sendok yang ia gunakan menyantap martabak manis.

"Yang waktu itu ngobatin kakak di UKS? Mana mungkin petugas UKS ngobatinnya sambil ketawa ketawa gitu, mesra banget," Alara mencengkram ujung gaunnya, ia tidak seharusnya menampakkan perasaannya sejelas ini apalagi Jeremy tertawa mendengarnya.

"OH, jadi lo marah waktu itu karena cemburu?," Tanya Jeremy melipat bibirnya, bangkit dari sofa mendekati Alara.

Althan menggeleng pasrah, entah apa yang ia lewatkan sampai keduanya sudah sedekat ini. 

"Enggak," Jawab Alara singkat. "Kan udah gue bilang kita blm lama kenal. Lagian gue gamau kena masalah cuma karena dideketin cowo orang,"

Athlan melipat bibir berusaha menahan tawa, puas sekali ada yang mengkritik habis habisan kebiasaan buruk Jeremy.

"Begitu kah?," Tanya Jeremy memastikan sembari duduk di sisi kasur Althan menghadap Alara dengan tangan bersidekap. "Lo beneran ga sakit, Al?,"

Alara menggeleng pelan sembari merangsek mundur dengan kursi yang diduduikinya setelah sadar posisinya dan Jeremy terlalu dekat. 

"Sebenernya tadi gue nyariin lo, niatnya nanya ke Althan, eh ternyata Althan nya juga sakit. Syukurlah kalo lo gapapa. Gue khawatir,"

Kalimat itu, entah bagaimana membuat Alara tenang. Ada orang yang mengkhawatirkannya. Ada orang yang mencarinya saat ia tidak terihat di sekitar.

"Udah pulang sana! Kelamaan lo disini, ntar gue ga sembuh sembuh," Titah Althan mendorong Jeremy, memecah lengang yang seakan memberi sekat antara Jeremy dan Alara.

"Iya iya, gue pulang dulu," Jeremy mengangkat tangan, menyerah dan menuruti permintaan Althan.

Alara mengantar Jeremy ke pintu kamar dan mengucapkan terimakasih telah berkunjung meskipun sekaligus mengacau. Setelah Jeremy pergi, ruangan itu seketika menjadi lengang. Keheningan mengisi setiap sudut, hanya suara detak jantung monitor di samping Althan yang terdengar pelan, menandakan stabilnya kondisi tubuhnya. Alara tetap duduk di kursinya, mengusap pelan ujung gaunnya yang kusut, mencoba menenangkan pikirannya yang masih berputar-putar.

Threads of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang