A Prickled Sensation

345 27 2
                                    


AMIRA


Ingin rasanya saat ini juga Amira lenyap ditelan bumi.

Rentetan bunyi rana kamera serta pijaran lampu kamera yang menghujam bertubi-tubi membuat Amira mendadak kehilangan penglihatannya dan refleks menutup kedua kelopak mata untuk menjaga panca indranya.

Dadanya bergemuruh kencang, dekapan tangan Darius yang melingkari pinggangnya rasanya seperti pemberat jangkar yang membuatnya tidak bisa bergerak ke mana pun.

Di hadapannya, Carlos David Danudihardjo berdiri tegak dan memandangi Amira yang berada dalam rengkuhan Darius dengan wajah datar.

"Kita cari tempat privat jika Papa ingin bicara." Darius berkata pelan dan dijawab dengan senyum dingin ayahnya.

"Tentu." Carlos mengangguk pelan.

Mereka bertiga berjalan memecah kerumunan wartawan yang mulai mengerubungi dan mendekat ke arah mereka.

"Pak Darius, apa ini kekasih Anda?" tanya seorang wartawan muda yang merangsek maju ke arah mereka.

Darius mengetatkan pelukannya, dan menjaga Amira dari kerumunan pencari berita ini.

Amira menyadari kalau Nero sudah berada di samping Amira dan menjaganya dari sisi sebelah kiri. Pria bertubuh besar itu dengan sigap dan cekatan menghalau serbuan orang-orang yang mulai mengikuti derap langkah mereka.

Mereka pergi menuju lift eksekutif dan beberapa penjaga telah bersiap dalam posisi masing-masing di depan pintu. Menunggu hingga Darius dan rombongan tiba dan masuk ke dalam lift tersebut.

Amira masih mendengar rentetan pertanyaan yang dilemparkan para wartawan di depan lift sebelum sedetik kemudian pintu tertutup dan secara otomatis bergerak menuju lantai lima puluh.

Denting lift berbunyi, pintu terbuka dengan disambut oleh pemandangan tak biasa di mata Amira. Biasanya foyer yang berhadapan langsung dengan lift eksekutif ini berkesan rapi, steril dan elegan.

Tapi tidak untuk hari ini.

Suasana di lantai lima puluh begitu ramai dan sontak membuat Amira bergidik ketakutan. Entah apa yang terjadi, namun dia merasakan bahaya dari gestur yang ditunjukan oleh Darius dan juga Nero sedari tadi.

Beberapa pengawal telah berdiri di lantai lima puluh. Amira menyadari jika ini bukan penjagaan biasa. Mungkin karena Carlos Danudihardjo datang bersama mereka, sehingga penjagaan terlihat sangat ketat dan terkesan begitu mendesak.

Amira merasakan tangannya diremas dalam genggaman Darius selama mereka berjalan menuju ruangan Darius. Perjalanan tiga menit terasa begitu lama bagi Amira. Dia menggigit bibirnya, tak tahu bagaimana nanti harus bersikap di hadapan Carlos Danudihadjo nanti.

Tidak ada briefing atau peringatan sebelumnya.

Dia hanya berharap Darius bisa mengendalikan situasi dan dia bisa mengikuti arah pembicaraan nanti yang akan terjadi.

Amira menyadari, Carlos adalah sosok berbahaya. Berbeda dengan Darius. Tulang sumsumnya terasa dingin ketika Amira merasakan bagaimana tajamnya Carlos menatapnya.

Ruangan bosnya kini penuh ditempati oleh Amira yang berada di samping Darius, Nero yang berdiri di belakang Amira, Carlos Danudihadrjo, beserta dua orang pengawal atau sekretaris pribadinya. Amira tidak begitu tahu.

Carlos duduk di sofa hitam dan kembali menatap genggaman tangan Darius dan Amira dengan raut wajah tertarik.

"Darius, sepertinya kamu telah terperdaya oleh gadis ini," ucap Carlos membuka percakapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OBSESI TUNGGAL SANG MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang