Initation

1K 60 0
                                    

DARIUS

Darius berjalan santai menuju ruangan Raka yang terletak tepat di samping ruangannya setelah dia selesai membereskan masalah mengenai barang-barang impor yang bermasalah di pelabuhan.

Untung saja Nero berhasil menyelesaikannya sebelum menjadi konflik potensial yang bisa saja terendus media dan membuat posisi Danudihardjo Enterprise menjadi lebih sulit. Citra Danudihardjo sebagai perusahaan besar dan bonafide di Indonesia bisa terancam jika wartawan dan media bisa mengendusnya.

Ditambah lagi jika kontak mereka di kejaksaan dan imigrasi tidak bisa menyelesaikan masalah rahasia ini.

Maka setelah dipastikan jika tidak ada hambatan yang berarti, Darius beralih untuk menyelesaikan masalah berikutnya bersama Raka. Baru saja Nero keluar dari ruangannya untuk terjun langsung ke lapangan untuk memonitor barang-barang yang baru masuk ke Indonesia.

Cepat atau lambat, ayahnya pasti akan meminta update darinya mengenai perihal ini. Dan sebelum Carlos Danudihardjo menyambangi kantornya, lebih baik dia menyelesaikan ini tanpa campur tangan ayahnya.

Apa pun yang dilakukan Darius sulit sekali memenuhi ekspektasi pimpinan tertinggi organisasi mereka, yang tidak lain adalah ayah kandungnya. Selalu saja ada hal yang menurut Carlos salah di matanya, dan ketidakpuasannya terhadap Darius terdengar jelas dari setiap ucapan tajam dan menohoknya kepada Darius.

Setelah yakin kalau Nero dapat membereskan masalah ini, dia beranjak ke tempat Raka untuk membahas mengenai kontrak deal dengan Jepang. Kemarin dia memerintahkan Raka untuk menunda conference meeting dengan perusahaan real estate Jepang untuk rencana mereka bekerja sama dalam pembangunan resort di Bali dan Lombok.

Darius masuk ke ruangan Raka tanpa mengetuk pintu, mendapati Amira sedang menunduk mendengar penjelasan Raka di sofa. Kepala mereka berdua berdekatan, dan perasaan jengkel tiba-tiba menyeruak di dada Darius.

"Sedang apa kalian?" tanya Darius yang sontak mengagetkan Amira dan Raka. Raka tersadar dengan cepat dan menjawab pertanyaan Darius.

"Menjelaskan NDA dan kontrak yang lo minta untuk Amira." Raka kembali mendekatkan tubuhnya ke arah Amira sambil menunjuk beberapa poin di lembar-lembar kontrak yang tergeletak di atas meja kaca transparan beraksen modern itu.

Darius semakin mengeryitkan dahinya, dan berdeham keras. Berharap Amira menoleh kepadanya dan berkata sesuatu.

Sadar jika Amira terlalu berfokus pada dokumen-dokumen tersebut, akhirnya Darius berjalan dan duduk tepat di samping Amira. Memapas jarak antara tubuh mereka. Tangan kanan Darius bersandar di punggung sofa dan menyentuh bahu Amira.

Amira duduk tegak merasakan hangat tubuh Darius yang terasa bagaikan bara panas di sisi kiri tubuhnya. Dia beringsut dan bergeser menjauhi Darius, namun justru posisinya mendekat kepada Raka hingga lutut mereka bersentuhan.

Darius sedikit menggeram melihatnya.

"Raka, bisa proses tele-confrence dengan Jepang sekarang? Biar kuurus Amira." Darius mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja dan membacanya satu-satu.

Dengan gerakan kepalanya, Darius mengisyaratkan Raka untuk segera bangkit dari duduknya dan pergi menyiapkan apa yang dia perintahkan. Raka bangkit sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Darius.

Pandangan Amira mengikuti gerak tangannya yang mengambil lembaran kontrak, hingga akhirnya bermuara pada bahu tegap dan atletis Darius. Dia tahu jika Amira tidak mau menatapnya dan memilih menatap sesuatu yang tidak jelas di belakang bahu Darius demi menghindari tubrukan mata mereka.

OBSESI TUNGGAL SANG MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang