AMIRA
Waktu istirahat biasanya merupakan waktu yang dinantikan Amira saat berada di kantor. Setelah sesi training dengan bos barunya serta tim resepsionis di lantai 50, kemudian dilanjutkan dengan proses tanda tangan NDA dan kontrak tadi pagi, kini dia menghargai dan menyadari bagaimana Bu Yudia dahulu merupakan atasan terbaik baginya.
Akhirnya Amira menyadari kalau karirnya secara tak langsung akan tamat, setelah dia menandatangani NDA dan kontrak tadi di ruangan Raka.
Tentu bukan hanya karir, namun nyawanya juga yang kini bergantung kepada mereka bertiga setelah Amira menyadari besarnya konsekuensi dan harga dari rahasia yang dibisikkan oleh Darius kemarin.
Setelah mereka keluar ruangan Darius tadi pagi, Amira berjalan bersama Raka menuju ruangannya yang terletak tepat di samping ruangan Darius.
Desain interior dan furnitur dalam ruangan Head of Personal Assistant Danudihardjo Enterpise sejujurnya tidak terlalu berbeda dengan ruangan CEO. Hanya saja ukurannya tentu lebih kecil dan furniturnya, meskipun mewah, namun suasananya tidak sedingin ruangan Darius.
Furnitur ruangan ini lebih banyak dipenuhi dengan aksen ala negara-negara Skandinavia yang memberi citra bersih, terang, ringkas dan fungsional seperti furnitur yang terbit di katalog IKEA. Tapi tentu saja, harganya tidak bisa disandingkan dengan harga IKEA jika dilihat dari desainnya yang meskipun ringkas, tetap memancarkan taste dan citra mewah. Typical furniture that the best money can buy, and its quality wouldn't lie.
Terdapat satu meja utama kokoh berpelitur yang terletak di depan jendela kantor yang besar, luas dan tinggi menghadap jalan Sudirman. Itu meja Raka.
'Lalu di mana meja kerjaku?' Amira mengernyitkan dahinya sambil memperhatikan keseluruhan ruangan kerja Raka secara diam-diam. Bingung dengan posisi meja kerjanya nanti. Sepertinya tidak mungkin dia berada dalam satu ruangan dengan Raka. Pasti akan merusak estetik ruangan ini.
"Pak Raka, di mana meja saya? Nanti saya bekerja di mana?" Amira berdiri di tengah ruangan, menanti atasannya memberikan petunjuk tambahan mengenai nasib pekerjaan barunya yang dimulai sejak saat ini.
"Hmmm... sementara ini lo akan bekerja di ruang resepsionis depan lift. Lo melihat beberapa pasang meja dan kursi resepsionis di depan sebelum tiba di koridor lantai eksekutif ini, bukan?"
Amira menangguk. Dia ingat, tepat keluar dari lift lantai 50 ini, terdapat foyer yang cukup luas sebelum koridor lantai ini bercabang ke arah kanan menuju ruangan Darius dan Raka, serta ke arah kiri yang merupakan ruangan direksi lainnya.
Di foyer itu terdapat satu meja resepsionis yang ditata begitu profesional, mahal dan elegan sesuai citra perusahaan ini. Di belakang meja resepsionis, terdapat satu ruang berukuran sedang yang tertutup pintunya, dihalangi kaca transparan elegan yang Amira asumsikan sebagai salah satu ruang kerja resepsionis. Dan sepertinya itu akan menjadi ruang kerjanya kelak.
"Nanti kamu akan bergabung dengan tim resepsionis direksi sementara waktu sebelum mendapatkan space tersendiri di sini," ujar Raka menimpali.
"Tapi Pak, lebih baik saya bergabung dengan resepsionis saja, dibanding harus bekerja di ruangan ini." Amira dengan jujur mengutarakan keberatannya. Lebih baik bergabung dengan orang-orang selain Tiga Serangkai yang menyeramkan ini.
Raka hanya menggelengkan kepalanya dengan tegas.
"Just keep dreaming! Tentu saja itu tidak akan terjadi. Perintah khusus Darius spesifik seperti ini, 'Tempatkan Amira di bawah pengawasanku, pengawasan Nero, atau di bawah perintahmu, Raka.'" Raka berujar dengan sedikit sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESI TUNGGAL SANG MAFIA
RomanceSERIAL PERTAMA OBSESI SERIES (18+) Darius Richard Danudihardjo, pewaris tunggal Perusahaan Danudihardjo Enterprise yang memiliki segalanya. Harta, tahta, wanita. Hanya dengan jentikkan jari, semua yang diinginkan, akan jatuh dalam pelukannya. Amira...