A Simple Touch

1.3K 56 0
                                    

TW: 18+

Tolong dibaca dengan penuh kebijaksanaan.

***

DARIUS


Perjalanan pulang dari rumah orangtuanya di Menteng menuju griya tawangnya di Senopati berjalan cukup lancar. Cukup menghabiskan waktu 15 menit menit sebelum mobil Mercedes Maybach hitamnya tiba di basement eksekutif dan membawanya langsung ke depan lift pribadinya.

"Hari ini cukup sampai di sini saja. Anda bisa pulang sekarang. Dan jangan lupa check in dengan Nero dan Raka untuk cek jadwal saya besok." Darius berujar sebelum dia menutup pintu mobilnya dan membiarkan supir pribadinya mencari slot parkir yang biasanya sudah khusus disediakan untuknya dari tim manajemen apartemen. 

The perks of being the owner of penthouse and several units below his penthouse here. 

Setelah menyampaikan perintah kepada supirnya yang mengangguk sigap setelah mendengar perintah dari Darius, dia bergegas masuk ke dalam lift yang membawanya langsung menuju unit griya trawangnya yang terletak lantai teratas apartemen ini.

Menurut laporan Gilang, Amira sudah tiba di apartemennya dan langsung mengunci diri di kamar yang telah Darius sediakan untuknya.

Entah dorongan gila apa yang membuat Darius berkeinginan untuk menemui Amira secepatnya dan berinteraksi dengan gadis satu itu. Obsesinya terhadap Amira adalah borderline crazy! Menggerogoti akal sehatnya dan membuatnya tidak bisa berpikir jernih jika tidak melihat wajah sang puan satu hari saja.

Darius memiliki hipotesa ngawur, selama dia mengamati gerak gerik Amira secara saksama, dia akan terus terekspos dengan kehadiran Amira dan hasilnya mungkin akan mempercepat surutnya gejolak obsesi gila ini terhadap Amira.

Tidak biasanya dia bersikap irasional seperti ini - menyangkut perempuan - apalagi yang belum pernah dia tiduri pula!

Maka dari itu, lebih cepat dia menyelesaikan observasi dan penyelidikan terhadap Amira, semakin cepat dia bisa meniduri perempuan itu, maka semakin cepat dia bisa melupakan Amira dan move on untuk melakukan kegiatan bisnis dan senang-senangnya seperti dahulu sebelum dia bertemu dengan Amira.

Pintu lift terbuka dan disambut dengan ruangan yang dingin dan sunyi. Jika dia tidak diberitahu oleh bawahannya bahwa Amira telah tiba di tempat ini, dia tak akan menyadarinya karena ruangan ini sama sepinya seperti saat dia tinggal sendiri.

Membuka jas dan menarik dasinya sambil berjalan ke arah kamar Amira, dia menyadari jika dia belum menelepon Raka untuk meminta update terhadap deal Takashida untuk proyek resortnya di Bali dan Lombok.

Menaruh sembarang jas dan dasinya di sofa ruang tamu, Darius meraih ponselnya dan menelepon Raka yang langsung tersambung dengan sekali nada sambung.

"Bagaimana Takashida? Lo belum kirim laporan," ujar Darius tanpa basa basi. 

Dia mengetuk pintu Amira dengan tidak sabar.

Satu detik... dua detik, tidak ada jawaban, Darius mengayunkan gagang pintu kamar Amira dan mendapati kamar itu dikunci.

"Kalau lo ngecek email, gue sudah berikan briefing. Mereka setuju dengan deal kita. Kontrak sedang dalam proses drafting oleh tim legal. Minggu ini tim Takashida akan datang ke Jakarta untuk penandatangan kontrak dan membicarakan masalah pembiayaan proyek ini." Jawaban Raka yang lengkap membuat Darius spontan menganggukkan kepala. 

"Sial!" rutuk Darius pelan, pintunya terkunci. 

Dia mengetuk kembali dengan tidak sabar.

"Amiraa," panggil Darius kencang dari balik pintu. "Buka pintunya!" perintah Darius.

OBSESI TUNGGAL SANG MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang