All Started with a Kiss

2.7K 98 2
                                    

AMIRA


Awalnya Amira tidak menyadari apa yang sedang terjadi diantara dirinya dan Darius. Yang dia ketahui sebelumnya adalah dia sedang berusaha untuk bernegosiasi agar dia tidak perlu berlama-lama lagi bekerja di tempat ini.

Jika permintaan resign efektif secepatnya yang dia ajukan tadi sore di ruangan Darius tidak berhasil dan justru berakhir dengan dirinya yang kemudian pingsan, setidaknya permintaan dia kali ini untuk menjadikan satu bulan terakhir sebagai masa kerjanya sebelum resign merupakan permintaan yang cukup masuk akal bukan?

Amira memundurkan wajahnya dan menatap Darius, sedikit tidak fokus.

Tapi, apa yang baru saja terjadi?

Mereka berciuman?

Darius menatapnya dengan lekat, nafasnya memburu, hangat tubuhnya menjalari indra Amira. Wangi maskulin Darius menyeruak masuk rongga pernafasannya, membuatnya seperti orang yang mabuk. Seluruh indranya terkepung oleh segala sesuatu yang berhubungan dengan Darius.

Amira membuka mulutnya untuk berbicara atau apapun itu untuk memecah keheningan di antara mereka berdua, namun Darius mendekatkan bibirnya ke wajah Amira dan kembali melumat bibir Amira.

Dia refleks memundurkan wajahnya ingin menepis cumbuan Darius, tapi wajahnya ditahan oleh tangan kekar Darius yang memaksa kepalanya tetap menerima ciuman Darius yang dalam dan membara.

Semakin Amira meronta dalam dekapan Darius, semakin agresif cumbuan Darius. Amira akhirnya menyerah, mendesah karena permainan lihai bosnya, dan refleks membuka bibirnya setelah beberapa kali Darius mencoba membujuknya untuk membuka bibirnya dan membiarkan lidahnya masuk karena desakan gairah mereka.

Ciuman intens mereka berdua menyisakan tarikan nafas memburu dan desahan Amira serta erangan parau Darius yang terdengar di dalam apartemen yang sunyi ini.

Entah berapa lama mereka berciuman di atas sofa ruang tamu apartemen Darius, namun akhirnya tempo ciuman itu berubah dari cepat, urgent dan dalam menjadi sesuatu yang lambat, tak terburu-buru dan playful.

Hingga Akhirnya Amira sadar dan segera mendorong tubuh Darius dan dia beranjak dari sofa tersebut.

"Pak Darius!" pekik Amira. Dia merasakan bibirnya menjadi sedikit lebih kebas karena percumbuan mereka.

'Astaga Amira, apa yang kau lakukan! Dasar Bodoh! Kenapa bersikap seperti kucing betina yang ingin kawin!' rutuk Amira dalam hatinya.

Darius dengan pongahnya hanya menaikkan sebelah alisnya setelah mendengar protes dari Amira.

"Kau juga membalas ciumanku." Darius mengedikkan bahunya santai. Satu lengannya menopang kepalanya di atas sofa, dan jemari di sisi tangan lainnya mengusap-usap bibirnya pelan. Seakan masih merasakan sensasi nikmat ciuman mereka tadi.

"Urgh!" decak Amira kesal.

"Kenapa saya tidak pernah bisa berbicara dengan tuntas dengan Pak Darius? Saya ingin bulan ini menjadi bulan terakhir saya bekerja di sini Pak." Mencoba melupakan ciuman yang membuatnya khilaf tadi, Amira mengangkat kembali permasalahan yang ingin dia selesaikan sejak tadi.

"Tolong saya Pak. Saya tak ingin terlibat lebih dalam lagi," pintanya.

Darius menghela nafasnya. Akhirnya raut wajahnya berubah menjadi serius.

"Terlambat bagimu untuk tidak terlibat lebih jauh. Kamu sudah menyegel takdirmu sejak kamu menginjakkan kaki di ruanganku kemarin, Amira." ujar Darius.

"Sekarang kamu harus terima konsekuensinya. Cukup bersikap kooperatif dan ikuti apa yang saya perintahkan. Maka kamu dan keluargamu akan selamat." Hal ini membuat Amira menjadi marah.

OBSESI TUNGGAL SANG MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang