Declaration

883 67 4
                                    


DARIUS


A fucking virgin!

Ha! Pantas saja Amira bersikap begitu polos sejak pertama kali mereka bertemu. Ternyata dia belum pernah berpacaran dan bahkan belum pernah tidur bersama pria. Ini menjawab semua pertanyaan Darius. Tentu saja ini berita mengejutkan, tapi sangat melegakan bagi Darius.

Artinya tak ada yang pernah menyentuh Amira, dan tak akan ada yang merasakan dan memiliki tubuh Amira selain dirinya kelak.

Jiwa posesifnya muncul ke permukaan di dalam mobil tadi. Dia harus mengendalikan pikiran dominannya agar tidak membuat Amira ketakutan dan menjauhi dirinya.

Kini dia harus menangani Amira dengan hati-hati. Seperti saat ingin mengelus anak kucing yang takut terhadap manusia. Harus dengan kesabaran dan kehati-hatian agar tidak membuat gadis itu kabur ketakutan dari genggamannya.

Darius kembali menuju lift dan kembali ke ruangannya, rapatnya dengan Raka dan Nero masih belum selesai.

Di dalam lift, dia mencoba menyembunyikan bukti dari gairahnya yang belum tersalurkan. Mengatur kembali ritme nafasnya dan mencoba menghalau pikiran yang tetap berpangkal pada pengakuan polos Amira tadi di dalam mobil.

'Sial, bagaimana dia bisa fokus kembali bekerja dan stay sharp setelah berpisah dengan Amira tadi!'

Berjalan dengan langkah tergesa, dia tiba di ruangannya dan melihat Raka sedang menyesap kopinya, sedangkan Nero sedang memperhatikan hasil rekam CCTV di iPad-nya.

"Lama banget, ngapain aja di luar tadi?" tanya Raka tatkala melihat Darius masuk dan duduk di sofa hitam.

Jas dan dasi sahabatnya itu sudah tertanggal sejak beberapa jam lalu. Kini lengan kemejanya telah digulung sampai siku, dan kemejanya sudah sedikit kusut.

"Nganterin Amira ke basement dulu, ternyata dia masih di depan pas gue keluar tadi," jawabnya.

"Raka, lo udah selesai urus background checking Amira, 'kan? Gue butuh informasi tentangnya, at the earliest!" desak Darius.

"Lah, bukannya masih ada waktu sampai akhir minggu ini?" Raka bertanya balik kepadanya.

Nada protes mencuat dari mulut Raka. Dia sudah siap mogok kerja karena beban pekerjaannya yang begitu banyak.

"Gue mau jadiin dia sebagai partner di acara pesta nanti. We will go public as a couple." Darius menimpali pertanyaan Raka.

Cangkir kopi yang tadinya ingin disesap oleh Raka menggantung di udara karena ucapan Darius tadi.

"Maksud lo?" Raka kembali memastikan tidak salah mendengar dan menginterpretasikan ucapan Darius.

Nero pun berhenti berfokus pada iPadnya dan sepenuhnya memberikan perhatian kepada Darius.

"She's my girlfriend." Darius menegaskan kembali pernyataannya di hadapan kedua temannya.

Seulas senyum tak bisa Darius bendung ketika dia mendeklarasikan Amira sebagai pacarnya di hadapan kedua sahabatnya.

Raka menatapnya dengan mata elangnya, sedangkan Nero menaruh iPadnya di meja dan mulai menangkupkan kedua tangannya di dagunya. Berpikir untuk langkah keamanan selanjutnya.

"Lo yakin ini tindakan yang tepat? Yakin kalau Amira nggak akan berbahaya?" cecar Nero yang langsung disetujui oleh Raka.

"Karena itu gue minta investigasi untuk segera diselesaikan. Gue nggak bisa menunggu lagi," tandas Darius.

OBSESI TUNGGAL SANG MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang