AMIRA
Mobil Mercedes S-Class Maybach milik bosnya, Darius, berhenti di depan lobi perusahaan mereka.
Nero, yang Amira sadari ternyata memiliki kedekatan dengan bosnya keluar dari pintu penumpang depan dan menunggu mereka berdua turun. Supir Darius yang membukakan pintu untuk sang bos dan dirinya, sedangkan Nero bergeming dengan wajah datar seraya menunggu mereka berdua turun dari mobil.
Perlakuan yang didapatkan dari sang supir dan sikap dingin Nero yang ditujukan kepadanya jujur saja membuat Amira risih. Untung saja keadaan kantor masih relatif sepi, mereka tiba sekitar pukul 7.20 pagi dan belum terlalu banyak orang yang telah tiba di gedung ini.
Namun Amira tahu setiap saat bosnya tiba di kantor, seluruh mata pasti mengikuti langkah Darius dari pintu masuk hingga sampai ke lift eksekutif yang mengantarnya langsung ke ruangan CEO. Sama seperti saat ini, Amira merasakan kalau seluruh pasang mata para karyawan yang berada di sekitar gedung ini menatap lekat kedatangan mereka bertiga.
Tentu mereka langsung menyadari ada yang tidak biasa dari rombongan hari ini. Biasanya Darius didampingi oleh pengawal dari tim keamanan yang dipimpin oleh Nero. Kadang-kadang Raka mendampingi mereka.
Sungguh tiga sosok yang membuat pemandangan menyegarkan di pagi hari di Danudihardjo Enterprise yang begitu dinantikan terutama oleh para karyawan perempuan.
Tapi kali ini, ada perempuan asing yang berjalan tak jauh di belakang Darius.
Ya, itu adalah Amira Dwi Handayani.
Konvoi pagi ini menimbulkan kernyit di dahi para penonton, dan bisikan cemburu beberapa pegawai perempuan. Amira tahu sekali akan hal ini. Banyak di antara mereka yang tidak mengenal dirinya yang baru saja bergabung di perusahaan ini empat bulan lamanya.
Amira menundukkan kepalanya sepanjang perjalanan, mencoba menyembunyikan wajahnya dari delik iri dan juga desas desus rumor yang mulai beredar sepanjang mereka berjalan tadi. Dia menutupi wajahnya dengan melepas rambut ikal panjangnya menutupi dua sisi wajahnya sejak dia turun mobil hingga mereka berada di depan lift eksekutif yang segera terbuka tepat ketika mereka datang.
Setelah mereka masuk dan pintu lift tertutup, barulah Amira menghela napasnya dengan panjang. Betapa stressful perjalanannya pagi ini.
"Cepat atau lambat seluruh orang di kantor ini akan tahu siapa dirimu," ujar Darius di dalam lift. Pria itu berdiri di depan, di sampingnya ada Nero yang sibuk melihat tombol lift dan berusaha tidak menggubris percakapan antara Darius dan Amira.
"Saya belum siap atas semua perubahan hari ini, seperti yang Pak Darius lihat tadi. Semuanya begitu baru, asing, dan menakutkan bagi saya," balas Amira pelan di ujung lift.
Padahal Amira termasuk morning person. Dia suka dan bersemangat ketika pagi hari tiba. Tapi hari ini adalah pengecualian. Dia merasa lelah sejak tadi, hingga Amira memutuskan untuk langsung bersandar di pojok sudut lift dan menghindari Darius sejauh mungkin.
"Cukup lakukan pekerjaanmu dengan benar. Persetan dengan ucapan di luar sana. Kompensasi upahmu tiap bulan aku yang tanda tangan. Jadi cukup dengarkan kata-kataku saja. Bukan ucapan mereka yang suka bergosip."
Mendengar perihal itu, Amira menjadi sedikit lebih tenang. Walaupun perasaannya saat ini begitu campur aduk, dan perasaan cemas yang lebih dominan dia rasakan sejak bangun pagi tadi di ranjang kamar tamu apartemen milik bosnya ini.
Untuk ukuran pekerja staff biasanya seperti dirinya, mendapatkan gaji sebesar 40 juta seperti yang dijanjikan bosnya tentu saja seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Meskipun harus diakui, ini semua adalah bayaran 'tutup mulut' dirinya setelah mengetahui rahasia mengenai Keluarga Besar Danudihardjo.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESI TUNGGAL SANG MAFIA
RomanceSERIAL PERTAMA OBSESI SERIES (18+) Darius Richard Danudihardjo, pewaris tunggal Perusahaan Danudihardjo Enterprise yang memiliki segalanya. Harta, tahta, wanita. Hanya dengan jentikkan jari, semua yang diinginkan, akan jatuh dalam pelukannya. Amira...