Lobby or Basement?

990 49 0
                                    

DARIUS


Makan siang hari ini begitu menyenangkan bagi Darius. Dalam perjalanan menuju kantornya kembali, dia memegang tangan Amira terus menerus di dalam mobil, meskipun awalnya gadis itu menolak, tapi akhirnya luluh juga dan Darius berhasil membawa tangan Amira bertengger di atas pahanya.

"Pak Darius, kita nggak bisa seperti ini terus jika di kantor." Amira menggigit bibir bawahnya dengan cemas.

"Aku nggak peduli," ucap Darius enteng.

Dia tak peduli dengan pendapat orang lain. Darius bisa mati jika dia selalu mendengarkan pendapat orang lain. Dia hanya percaya pada instingnya sendiri.

"Tapi aku yang akan terkena masalah," ungkap Amira penuh keresahan.

"Siapa yang berani memberimu masalah? Aku orang dengan posisi tertinggi di perusahaan ini." Matanya berkilat marah.

Siapa yang berani menentangnya? Emosinya bergejolak ketika Darius mendengar Amira terkena masalah di kantor.

Who the hell dared enough to disturb his girl in his fucking territory?

"Katakan saja siapa yang memberimu masalah! Akan kupecat sekarang juga!" Darius merogoh saku jasnya mencari ponselnya, siap-siap menghubungi Raka untuk menyelesaikan orang-orang yang berani menganggu Amira.

Dari sudut matanya, Darius melihat jika wanitanya menggelengkan kepalanya sambil memijat keningnya.

"Semua orang sudah bergosip kalau aku mendapatkan posisi ini karena hubungan istimewa dengan Pak Darius. Padahal bukan begitu. Aku juga sejujurnya tidak mau posisi ini." Amira mengeluh.

Tapi keluhan kekasihnya itu membuat Darius mengernyitkan dahinya. Dia tak suka keluhan seperti itu keluar dari mulut Amira. Kenapa Amira tidak menginginkan posisi yang diperebutkan ratusan orang?

What's wrong with being a personal assistant of Darius Danudihardjo?

"Lalu?" Darius masih tidak paham apa masalahnya.

Jika ada yang macam-macam dengan Amira, tinggal dia pecat atau mutasi ke kantor cabang, atau apa pun itu. Biang masalah mudah disingkirkan. Lalu apa lagi masalahnya?

"Reputasiku hancur, Pak." Amira menjelaskannya seraya menekuk wajahnya.

She was so cute!

Bagaimana bisa Darius bersimpati dengan keluhan Amira jika yang ada di benaknya saat ini hanyalah bagaimana caranya mencumbu gadis itu sampai kehilangan nafas terengah-engah di bawah tubuhnya?

"Apalagi jika mereka tahu kalau sekarang aku harus tinggal di penthouse Pak Darius. Mereka akan menganggapku sebagai wanita simpanan," tukas Amira dengan getir.

Rupanya karyawan di perusahaannya begitu banyak waktu luang sampai bisa bergosip seperti itu tentang Amira! Should he dock their salary, or add to their workload?

"Kamu pacarku! Siapa yang berani bilang kalau kamu wanita simpanan?"

Well, dulu dia memang sempat ingin menjadikan Amira sebagai wanita simpanannya. Berikan Amira apartemen dan mobil, sebagai gantinya Amira menyerahkan tubuhnya untuk Darius.

Darius berpikir begitulah hubungan transaksional yang biasanya dia lakukan. Dan banyak wanita yang mengantre untuk mendapatkan hak istimewa tersebut. Namun, beberapa hari mengenal dan mengamati Amira, Darius tahu Amira akan menolak mentah-mentah tawaran tersebut.

Amira yang begitu lurus dan prinsipil. Dua hal yang belum pernah Darius temukan ketika berhubungan secara romantis dengan wanita-wanita di luar sana. Jika Amira menginginkan cinta, sure, akan dia berikan. Darius akan mencari tahu apa itu cinta dan bagaimana dia harus memberikan cintanya kepada Amira.

OBSESI TUNGGAL SANG MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang