Di sana Ambar sudah duduk sambil membawa buku novel dalam genggamannya. Fokus dalam membaca novelnya, dan tidak terlalu menyadari Amira yang baru datang hingga Amira mencolek bahu adiknya.
"Oh, Mbak Amira sudah pulang?" tanya Ambar sambil tersenyum cantik.
Jika Amira menilai dirinya sebagai a plain Jane, maka Ambar adalah kebalikan dari Amira. Menurutnya, Ambar adalah potret remaja yang kelak akan bertransformasi menjadi perempuan cantik jelita yang hampir dipastikan bisa mematahkan banyak hati pria yang menaruh hati kepadanya.
Wajah Ambar kecil, ada lesung pipi di kedua pipinya. Rambutnya hitam lurus dibiarkan sepanjang tergerai indah sebatas pinggangnya. Bisa dibilang, wajahnya seperti karakter idol-idol Korea yang memiliki wajah kecil tapi tetap terlihat proporsional dan cantik.
Tubuhnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan Amira. Jika dirinya menuruni gen Ibu yang memiliki perawakan kecil yang tingginya paling mentok 160 cm, maka Ambar mengikuti gen Bapak yang tinggi. Tingginya kini sudah hampir 172 cm. Mungkin beberapa tahun mendatang, Ambar bisa saja di-casting menjadi model atau kalau mau menjadi seorang aktris.
Amira tahu jika Ambar menjadi gadis populer di sekolahnya. Selain ramah dan baik, Ambar aktif dalam organisasi OSIS dan selalu dapat mempertahankan peringkat satu di setiap semester. Calon penerima beasiswa penuh universitas-universitas negeri dalam dua tahun ke depan.
Dia adalah segala sesuatu yang terbaik yang Amira harapkan bagi adik perempuan kesayangannya.
"Hei Ambar, ada yang ingin Mbak bicarakan denganmu."
Amira duduk di samping Ambar dan meraih tangan adiknya yang memegang novel. Ambar menelengkan kepalanya cukup bingung. "Ada apa, Mbak?"
"Duh, jangan bikin aku deg-degan seperti ini Mbak." Ambar meremas tangan Amira dan menunggunya berbicara.
"Ah, bukan hal yang penting, tapi aku mau bilang kalau mulai hari ini aku pindah ke apartemen yang disediakan kantor karena aku mendapatkan promosi jabatan," jawab Amira dengan cepat.
"Hari ini? Kok mendadak sekali Mbak?" Ambar mengernyitkan dahinya dan memastikan jam yang sekarang menunjukkan pukul delapan malam.
"Iya, memang mendadak. Tapi sudah diperintah oleh atasanku. Jadi ya semua serba terburu-buru," sergah Amira sambil meringis kesal.
"Butuh bantuanku, Mbak? Ah mungkin kalau aku libur aku bisa berkunjung ke apartemenmu?" Mata Ambar mengerjap senang. Sedangkan Amira refleks menggelengkan kepalanya panik.
"Oh, tenang saja, nanti kalau aku libur aku pasti kembali ke rumah. Apartemen di sana cukup privat dan aku di sana bersama rekan kerjaku yang lain. Takut mengganggu kalau kira ramai-ramai hang out di sana." Amira berkilah dengan cepat.
Ah benar juga, dia harus menyiapkan rencana cadangan jika keluarganya tiba-tiba ingin berkunjung ke penthouse milik bosnya. Bisa gawat kalau mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Begitu ya?" Ambar tetap tersenyum mendengar ucapan Amira.
"Nggak masalah sih Mbak di mana saja, yang penting tetap harus bertemu. Aku perlu curhat banyak hal nanti kalau sehari aja kita nggak ketemu."
Hubungan mereka sebagai kakak dan adik begitu dekat, selepas kakak pertama mereka- almarhum Mas Andara meninggal karena sakit ketika dia berumur dua belas tahun. Amira hanya berjarak dua tahun di bawah Mas Andara, sedangkan Ambar masih berumur tiga tahun waktu itu.
Amira yang belum bisa memproses kehilangan seorang kakak tersayang dengan baik, hanya tahu kalau dia harus menyayangi adiknya Ambar supaya adiknya juga tidak pergi meninggalkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESI TUNGGAL SANG MAFIA
RomanceSERIAL PERTAMA OBSESI SERIES (18+) Darius Richard Danudihardjo, pewaris tunggal Perusahaan Danudihardjo Enterprise yang memiliki segalanya. Harta, tahta, wanita. Hanya dengan jentikkan jari, semua yang diinginkan, akan jatuh dalam pelukannya. Amira...