A Guarantee - Sebuah Jaminan

3.2K 152 0
                                    

DARIUS


Darius mengamati lekat-lekat wajah gadis yang sejak kemarin membuat kegaduhan internal organisasinya.

Wajahnya sangat biasa saja.

Tipikal wajah gadis Indonesia. Kulit kuning langsat, mata kecil, hidung kecil, rambut hitam sedikit ikal. Ya, biasa saja. Bagi Darius, hanya bibir Amira yang membuat mata orang-orang terpaku saat pertama kali melihatnya. 

Those lips could cause a traffic, for sure.

Tebal, merah merekah dan ranum.

Darius meraih helai rambut hitam Amira yang tak sadarkan diri sejak konfrontasinya tadi di ruang kerjanya. Dia dengan sigap merengkuh tubuh mungil Amira yang terkulai di dalam dekapannya karena tak sadarkan diri.

Dengan sigap Darius membopongnya ke ruang tidur pribadi yang terletak tepat di belakang ruang kerja di kantornya ini.

Ya, dia memiliki ruang tidur rahasia yang terletak di balik pintu yang berkamuflase seperti lemari buku yang menjulang tinggi yang terletak di sisi tembok kiri ruang kantornya. Sisi kiri ruang kerjanya terhubung secara langsung dengan ruang pribadinya, tempat untuk dia beristirahat ketika dia tidak bisa kembali ke apartemen penthouse-nya yang berada di bilangan Senopati atau di Thamrin Jakarta.

Tentu saja ruangan rahasia ini didesain mengikuti lifestyle-nya yang mewah dan elegan. Namun tetap secure dan terjaga keamanan serta kerahasiaannya. Membuka pintunya pun dengan serangkaian kode rumit dari sebuah mesin pindai yang canggih, diiringi dengan keamanan tambahan pindai bola mata retinanya. Ini semua untuk menjaga privasi dan serta kerahasiaan ruang tersebut.

Dia kembali memilin helai rambut hitam bergelombang Amira. Terasa begitu halus dalam genggaman tangannya.

Penasaran akan reaksi Amira, Darius sedikit menghentakkan segenggam rambut tebal gadis itu dengan gestur dominan, sembari memperhatikan Amira yang tertidur di ranjang king sizenya, Darius menyadari jika Amira mengernyitkan dahinya dan sedikit mengerang tak nyaman.

Reaksi Amira menimbulkan tawa kecil bagi Darius. Tingkah gadis ini sejak mereka berinteraksi di ruang kantornya begitu menggugah rasa penasaran Darius.

Kelopak mata Amira perlahan bergerak-gerak kecil seakan dia mencoba sekuat tenaga untuk membuka matanya.

Hingga akhirnya perlahan Amira tersadar, pandangannya lamat-lamat kemudian menjadi fokus, dan Amira akhirnya memandangi Darius tanpa kata-kata.

"Welcome back to the world, Amira!"

Amira refleks menggigit bibirnya tatkala sudah siuman dan mendapati bosnya, Darius, mengamatinya begitu dalam.

Darius menaikkan sebelah alis tebalnya tatkala Amira dengan sigap loncat dari tempat tidurnya hingga kakinya terlilit bed cover tebal yang menyelimutinya, dan hampir saja jatuh dengan kepala yang nyaris saja menyentuh lantai yang beralaskan karpet tebal Persia jika Darius tidak secara refleks menangkap tubuh Amira di dalam pelukannya.

Tubuh Amira menegang dalam pelukannya dan membuat Darius semakin mengencangkan pelukannya.

"Be careful, pet." Bisik Darius di telinga Amira.

"Maaf Pak." Jawab Amira lirih.

Darius merasakan degup jantung Amira yang bergemuruh kencang, dan memberikan ruang untuk bergerak dan bernafas bagi gadis ini. Dia melonggarkan pelukannya dan menuntun Amira berdiri di pinggir tempat tidurnya.

Setelah puas dan yakin jika Amira bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa bantuannya, Darius secara perlahan melepaskan pelukannya dari pinggang Amira.

Amira berdeham dan memainkan jemarinya, gestur universal bahwa dia sedang gugup.

OBSESI TUNGGAL SANG MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang