Hello Kitty Plaster

1.1K 59 0
                                    

DARIUS


"Gimana menurut lo tadi? Percaya nggak dengan yang Ringgo katakan dalam interogasi kita pagi ini?" Darius berjalan ke arah ruang kamar privatnya dan membuka pintu rahasia dengan pindai retinanya.

Raka berjalan menuju pintu ruang kantor dan memastikan kalau ruang tersebut sudah terkunci. Berjaga-jaga supaya tidak ada yang tiba-tiba masuk ke ruang kantor Darius, dan mengetahui ruang pribadi rahasia ini yang memang dirancang untuk tempat persembunyian khusus.

Pintu rahasia terbuka, keduanya masuk ke dalam kamar. Raka langsung duduk di sofa hitam sambil menunggu Darius mengambil kemeja baru dalam lemari yang terletak di dalam walk in closet ruangan ini.

"Kurasa Sudibyo akan dijadikan kambing hitam oleh entah siapa dalang dari permainan busuk ini." Raka mencoba menganalisa berdasarkan pengakuan Ringgo pagi ini.

Mengancingi kemeja putihnya satu persatu dengan efisien, Darius kemudian duduk di samping Raka sambil mengusap dagunya.

"Coba cari cara supaya gue bisa bertemu dengan Diraja Sudibyo dalam minggu ini," perintah Darius.

"Meeting?" Raka menanggapi. 

Darius mengernyitkan dahinya, tanda tak setuju sampai akhirnya menggelengkan kepalanya  menolak ide tersebut.

"Buat alasan untuk bertemu dalam setting informal. Gue ingin dia dalam keadaan santai supaya kita bisa mengorek informasi lebih. Gue nggak mau dia dalam keadaan alert. Lo tau sendiri gimana sifat Diraja. Kaku kayak kanebo," gerutunya pelan. 

Permintaan Darius membuat Raka berpikir sejenak.

Informal, santai...

"Bagaimana kalau party?" Darius menangguk setuju.

"Ide bagus. Ada acara yang bisa kita datangi minggu ini? Pastikan Diraja juga datang ke tempat itu."

Raka mengeluarkan iPadnya dan mulai mengetik sesuatu. Mungkin mencari informasi mengenai acara yang bisa mereka sambangi minggu ini. Sembari menunggu informasi lanjutan dari Raka, Darius memperhatikan kembali luka di tangannya sehabis menghajar Ringgo tadi pagi.

Hello Kitty.

Darius impuls menyunggingkan senyum mendapati plaster di tangan kanannya memiliki motif Hello Kitty yang beraksen merah muda yang menutupi luka di tangannya.

Astaga, Amira! Mengapa gadis itu semakin hari semakin bisa membuatnya tertawa dengan segala rupa tingkahnya.

"Ah!" Raka terkekeh melihat layar iPadnya. 

Darius penasaran dan memandang Raka dengan penuh tanya.

"Ada apa?" Tanya Darius.

"Dasar lo anak durhaka, Darius!" timpal Raka yang tawanya semakin pecah.

"Memang gue anak durhaka dan nggak berbakti. Semua orang tahu itu. So what?" jawab Darius santai, namun masih tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Raka. 

Apa korelasinya antara dia yang menginginkan jadwal party yang tersebar di Jakarta, dengan dirinya yang dicap sebagai anak durhaka?

"Tentu kita memiliki jadwal pesta di minggu ini. Mungkin salah satu pesta yang ditunggu-tunggu oleh seluruh sosialita di Indonesia. Dan mereka pasti akan mati-matian untuk mendapatkan undangannya." Raka menimpali Darius, berlagak misterius yang membuatnya jengkel dengan sikap lebay Raka jika sedang kumat.

Darius menaikkan sebelah alisnya, berharap Raka langsung menjawab pertanyaannya tanpa diselingi dengan pembicaraan membingungkan ini.

"Maksud gue, minggu ini kedua orang tua lo akan mengadakan pesta di rumah mereka. Perayaan ulang tahun pernikahan yang ke berapa? I don't know... Thirty something, I guess?" Raka melempar tatapan geli ke arahnya.

OBSESI TUNGGAL SANG MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang