AMIRA
Keluarga Mafia?
Pencucian uang?
Astaga... apakah Amira masih bermimpi? Mengapa segala sesuatu yang dijelaskan oleh bosnya, Pak Darius terasa seperti petir di siang bolong?
Bagamana bisa Amira tersangkut dengan dunia yang bertentangan 180 derajat dari kehidupan biasanya selama ini!
Amira berdiri mematung setelah Darius memberikan dua pilihan terabsurd yang pernah dia dengarkan selama hidupnya. Otak dan pikirannya masih belum bisa mencerna seluruh informasi yang ditumpahkan oleh Darius sejak dia siuman tadi.
Bermalam di ruang pribadi bosnya di kantor Danudihardja Enterprise, atau bermalam di griya tawang milik bosnya di bilangan Senopati.
Rasa-rasanya seperti keluar lubang buaya untuk masuk ke dalam mulut singa. Keduanya sama-sama pilihan simalakama yang mematikan bagi Amira. Tak mungkin dia akan tidur bersama laki-laki asing, apalagi ini bosnya, dan yang menurut pengakuannya sendiri adalah berasal dari keluarga mafia!
"Kamu tidak menjawab pertanyaan saya, maka saya asumsikan kamu memilih tempat ini untuk bermalam," ujar Darius yang membuat bulu kuduk Amira meremang.
Amira melihat Darius beranjak dari ranjangnya dan pergi menuju kamar mandi yang terletak di ujung ruangan. Di tengah ruangan, dia melepas kancing kemeja polos berwarna hitam dan berbahan sutra tailor-made yang khusus dibuat oleh desainer Italia. Memperlihatkan lekuk tubuh bagian atas milik bosnya itu.
Bahunya yang lebar, terbentuk dari olahraga dan work out rutin, menampilkan citra pria tinggi dan atletis khas model-model peragaan busana papan atas sekelas Armani, Hugo Boss dan Valentino.
Sontak saja Amira tekesiap kaget dan segera memalingkan pandangannya dari tubuh Darius. Amira yakin wajahnya memerah karena tindakan bosnya itu. Sikap Amira tadi tentu saja mendapatkan decak geli dari Darius.
"Apa kau tidak pernah melihat tubuh pria tanpa sehelai benangpun, Amira?" Wajah Amira semakin memerah ditembak seperti itu.
"Tentu saja pernah!" kilah Amira yang disambut dengan wajah tak percaya pria yang berdiri dihadapannya ini.
'Well, tentu aku pernah lihat tubuh pria tanpa kemeja di televisi atau majalah-majalah fashion high-end,' ungkap Amira dalam hati.
"Melihatnya secara langsung, tepat dihadapanmu seperti sekarang ini, bukan lewat tv atau media cetak lainnya," ralat Darius. Entah mengapa Amira curiga jika bosnya menikmati sekali untuk menggoda Amira dengan hal-hal yang seperti ini.
Skak mat. Bosnya seperti dapat membaca apa yang ada di pikiran Amira saat ini. Tentu Amira tak akan menjawab pertanyaan retoris Darius itu kencang-kencang.
Tak heran, Darius di umurnya yang ke 30 tahun sudah memimpin perusahaan sebesar Danudihardja Enterprise semenjak kepala keluarga Danudihardja turun dari jabatannya sebagai CEO dan digantikan oleh Darius. Dia merupakan pemimpin handal dengan kemampuan negosiasi ulung serta kemampuan membaca situasi dan membaca orang dengan tepat sasaran.
"Pak Darius, tak bisakah saya pulang? Saya berjanji bahwa rahasia ini akan saya bawa sampai nafas terakhir saya. Saya tak akan membocorkan rahasia ini kepada siapapun, Pak." Amira sungguh tidak dapat berada berdekatan dengan Darius.
Hatinya menjadi jumpalitan tidak karuan jika dia berinteraksi, berbicara, dan menatap mata elang Darius dalam jarak sedekat ini.
Setelah mendengar permintaan Amira, Darius membalikkan badannya dan melanjutkan jalannya kembali ke kamar mandi ruangan privat ini yang berornamen lantai marbel berwarna hitam abu-abu elegan.
Darius bersikap seakan tak mendengar permintaan Amira. Ini membuat Amira berjalan mendekati kamar mandi, mencoba bernegosiasi untuk kebebasannya hari ini.
Jika seperti ini, sama saja jika dia menjadi sandera akibat kesalahan kecil kemarin, karena dia berada di waktu dan tempat yang salah ketika mengirimkan dokumen dari departemen sekretarial.
Amira berdiri di samping dinding kamar mandi, mencoba sekali lagi memohon kepada bosnya untuk dilepaskan dari segala macam kegilaan ini.
"Pak Darius... tolong. Adik dan Ibu saya di rumah. Mereka pasti mencari saya."
"A moment Amira." Hanya itu jawaban Darius.
Melalui pantulan cermin besar di ruang tengah, Amira dapat melihat jika Darius sedang mencuci wajahnya dan menggosok giginya. Darius yang merasa diperhatikan menengok ke arah cermin dan pandangannya bertubrukan dengan Amira.
Senyumnya merekah dan berkata dengan nada menggoda, "Kenapa kamu berdiri di sana? Ingin mandi bersamaku?"
Amira menutup matanya dan menarik nafas dalam-dalam.
"Pak Darius-" Dia sungguh tak peduli jika dia terlihat seperti pengemis di hadapan Darius. Yang penting dia bisa keluar dari ruangan ini dan kembali ke rumahnya.
Melihat Amira yang bersikap serius, Darius akhirnya menghembuskan nafasnya dan merubah nada suaranya menjadi serius dan dingin.
"Dengar Amira, kau harus berada di sampingku jika kamu masih ingin hidup. You need my protection."
"Satu orang saja mengetahui kalau kamu tahu mengenai rahasia ini, then you can kiss yourself goodbye, honey!"
"Kami menghargai privasi dan kerahasiaan eksistensi kami. Dan sekarang kamu tahu tentang keberadaan kami."
"Pilihanmu hanya dua. Silence, or be silenced." Amira menelan ludahnya mendengar ultimatum Darius.
Silence, or be silenced. Artinya adalah diam dan jangan sebarkan rahasia ini, atau kau akan terdiam selamanya or be dead.
Informasi ini nyawa taruhannya.
"Aku akan atur semuanya, kamu istirahat saja di ranjang. I will take a short shower. Setelah ini kamu akan tahu rencanaku." ucap Darius. Tak lama setelah mengatakan hal tersebut, Darius menutup pintu kamar mandi.
Amira yang tidak memiliki kekuatan dalam dinamika relasi ini hanya berharap jika Darius masih memiliki hati untuk membiarkannya pulang ke rumah dan melupakan kejadian ini. Dia bahkan bertekad akan mengundurkan diri secepatnya agar dirinya tidak terseret lagi dalam kehidupan gelap yang berada di luar jangkauannya ini.
Dengan lunglai dia berjalan menuju sofa hitam kulit yang ditata di sisi jendela besar yang tertutup tirai tebal berwarna putih. Tirai tersebut disingkap di kedua sisinya, dan membuat Amira dapat melihat secara utuh panorama kota Jakarta di malam hari.
Menopangkan dagunya di bibir sofa, Amira menghembuskan nafasnya.
Dia tidak memegang HPnya. Ia yakin jika Darius sudah menyita hp nya, dan Amira sangat yakin jika Darius dapat membuka akses HP mengingat dia adalah pimpinan mafia yang tentu memiliki sumber daya tak terbatas untuk melakukan tindak kriminal seperti membuka paksa HP dan mungkin menyadapnya.
Amira sangat khawatir akan keadaan kedua orang tuanya beserta adiknya. Semoga saja keterlibatan dan singgungan dirinya dengan dunia Darius tidak membawa kerugian atau bahkan mara bahaya bagi keluarganya.
"Apa aku coba kabur saja dari ruangan ini?" Amira berpikir dalam hati. Menoleh melihat pintu dan berlari mengendap menuju daun pintu untuk mengecek situasinya.
Pintunya terkunci oleh kunci elektronik. Perlu menggunakan kode dan pindai retina mata untuk dapat membukanya.
Kesal dengan keadaan yang menimpa dirinya, Amira menyandarkan tubuhnya di daun pintu, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Mencoba menahan tangis yang kini mulai membuncah kembali selepas tahu kesempatannya untuk kabur di ruangan ini nyaris nol persen.
Amira merasa putus asa dengan keadaan yang dihadapinya saat ini. Dia disandera oleh bosnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESI TUNGGAL SANG MAFIA
RomansaSERIAL PERTAMA OBSESI SERIES (18+) Darius Richard Danudihardjo, pewaris tunggal Perusahaan Danudihardjo Enterprise yang memiliki segalanya. Harta, tahta, wanita. Hanya dengan jentikkan jari, semua yang diinginkan, akan jatuh dalam pelukannya. Amira...