Di dalam kamar Oes yang berantakan-pakaian tergantung sembarangan di kursi dan beberapa baju tidur berserakan di kasur-Oes berdiri di depan lemari, memandangi beberapa pilihan outfit. Tangannya berkali-kali menarik dan menggantung lagi baju yang sama, sementara Mackenzie duduk di atas tempat tidur, membaca komiknya dengan ekspresi bosan.
"Alaah, ngapain lu kebanyakan milih-milih baju?" ledek Mackenzie sambil mengetik cepat di chat. "Biasanya juga paling sat-set, nggak pernah ribet gini."
Oes mendengus kecil, masih fokus memilah antara jaket denim dan hoodie hitam favoritnya sebagai penampilan luar. Baginya, baju tidur kurang hangat. "Diem deh, lu," sahutnya malas, nada suaranya sedikit jengkel. Dia tahu Mackenzie nggak akan berhenti usil kalau nggak dibungkam.
Mackenzie langsung nyengir lebar, tatapannya tajam seolah menangkap sesuatu. "Oooh... Gua tau, nih," katanya sambil menyilangkan tangan di dada. "Ini kan ultah mbak pacar, ya? Pantes lu jadi repot."
Oes berhenti sejenak, menghela napas panjang, lalu memutar bola matanya. "Yaelah..." gumamnya dengan nada pasrah.
Mackenzie ngakak, jelas puas dengan reaksi Oes. "Halah! Ngaku lu. Liat deh muka lu-udah ketahuan banget."
Oes menoleh sekilas, memasang ekspresi datar tapi jelas-jelas terjebak dalam kebosanan dan sedikit rasa kesal. "Gua serius, diem nggak sih?"
Mackenzie malah makin puas, menggoyang-goyangkan kakinya sambil menahan tawa. "Bro, lu tuh lucu banget kalo begini. Biasanya nggak pernah ambil pusing sama baju, sekarang kayak mau kencan resmi. Lagian cuman baju tidur doang dress codenya,"
Oes hanya mendecak pelan, lalu akhirnya mengambil jaket denim dan memasukkannya ke dalam tas. "Ini bukan soal Jade, oke? Gua cuma nggak mau salah kostum aja."
"Oh, iya, iya," jawab Mackenzie dengan nada mengejek. "Bukan soal Jade, tapi effort-nya kayak buat prom night."
Oes hanya menggeleng-geleng kepala sambil merapikan kerah kaosnya. "Mending fokus siap-siap, deh. Jangan sampe kita telat," ucapnya mencoba mengalihkan.
Tapi Mackenzie belum selesai. "By the way," dia berkata pelan, tapi nadanya nakal, "kira-kira Jade bakal suka nggak baju tidur lu?"
Oes menahan tawa dan hanya menyipitkan mata ke arah Mackenzie, seolah berkata: Lu capek, deh. "Kalo gua tampan, mau pake apaan juga oke," jawabnya santai sambil menepuk dada.
Mackenzie langsung ngakak, hampir terguling di tempat tidur. "Pede amat, bro!"
Oes ikut tertawa kecil sambil menyambar tas dan meraih jam tangan di meja. "Udahlah, ayo cabut. Sebelum gua berubah pikiran dan nggak dateng."
Mackenzie meloncat dari kasur dengan gaya berlebihan, siap berangkat. "Yah, jangan dong. Kan kita harus ngeliat mbak pacar senyum pas liat lu muncul."
Oes hanya menggeleng sambil berjalan menuju pintu, namun di sudut bibirnya ada senyum tipis yang tak bisa dia sembunyikan. "Bocah rese," gumamnya.
Dan dengan itu, keduanya melangkah keluar kamar, siap menghadapi pesta ulang tahun Jade-tanpa tahu kejutan apa yang sebenarnya menanti mereka malam itu.
***
Ketika Oes dan Mackenzie tiba di depan rumah Jade, suasana terasa berbeda dari biasanya. Lampu-lampu taman menyala lebih terang, dan suara musik mengalun lembut dari dalam rumah. Beberapa orang yang tidak Oes kenali sudah berkumpul di halaman depan, berbincang sambil tertawa. Di antara mereka, ada yang membawa hadiah dalam kotak warna-warni.
![](https://img.wattpad.com/cover/374153511-288-k238058.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SMP Floor 1997
Teen FictionSMP Floor 1997-- "Ini bukan tentang siapa, tetapi tentang keadilan." • Joebartinez, 1910, setelah penegakkan hukum yang dianggap kurang adil dalam kematian Gartinez. Cerita ini mengikuti kehidupan sekelompok remaja di SMP Flores, sebuah sekolah yan...