tsukamatta na, kimi!

1 0 0
                                    

Mackenzie duduk di kursi yang disediakan, wajahnya terlihat tegang namun bertekad. Marcell dan timnya mengelilinginya, siap memberikan dukungan. Pak Januar duduk di depan meja, mempersiapkan catatan dan alat perekam.

“Mackenzie,” kata Pak Januar lembut, “terima kasih sudah datang. Kami ingin mendengar cerita kamu tentang apa yang terjadi malam itu. Mulai dari awal, jika bisa.”

Mackenzie mengangguk, menarik napas dalam-dalam. “Baik. Malam itu adalah pesta ulang tahun Jade. Semuanya berjalan baik hingga… hingga Oes datang.” Suaranya bergetar, dan Marcell bisa melihat betapa sulitnya bagi Mackenzie untuk berbicara tentang kejadian itu.

“Jadi, Oes datang ke pesta?” tanya Samuel, mencatat setiap kata yang keluar dari mulut Mackenzie.

“Iya,” jawab Mackenzie. “Dia terlihat senang, seperti biasanya. Kami semua bersenang-senang, sampai… sampai sekelompok orang itu datang.”

“Kelompok orang siapa?” Gavriel mendorong.

“Jiren dan teman-temannya,” jawab Mackenzie, menundukkan kepala. “Mereka datang tanpa diundang. Jiren mulai berulah dengan awalnya membekap saya lalu membawa ke halaman belakang rumah, dan Oes… dia berusaha melindungi saya.”

Mackenzie terdiam sejenak, mengingat kembali momen menegangkan itu. “Oes berusaha berbicara dengan Jiren, meminta dia untuk pergi. Tapi Jiren tidak terima, dan suasana jadi sangat tegang.”

Marcell merasa hatinya berdesir mendengar cerita ini. “Apa yang terjadi setelah itu?”

“Jiren dan teman-temannya mulai menyerang Oes. Saya… saya tidak bisa melakukan apa-apa,” suara Mackenzie bergetar, air matanya hampir jatuh. “Saya ingat teriakan dan suara benturan. Saya sangat takut.”

“Apakah ada yang mendengar teriakan itu?” tanya Orlando, berusaha mencatat informasi lebih lanjut.

“Sepertinya iya, banyak saksi yang berdiri di dekat lokasi kejadian. Semuanya terjadi begitu cepat. Tapi saya melihat Jiren berlari ke arah pintu sebelum polisi datang,” jawab Mackenzie.

Pak Januar mencatat setiap detail, lalu mengalihkan perhatian ke timnya. “Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?”

“Apakah kamu bisa mengingat wajah orang-orang di sana? Atau sesuatu yang bisa membantu kami mengidentifikasi mereka?” tanya Samuel dengan serius.

Mackenzie mengangguk pelan. “Saya ingat satu cewek. Dia punya rambut pirang panjang dan selalu tertawa. Dia terlihat seperti tidak peduli dengan apa yang terjadi.”

“Dia ada di mana saat itu?” tanya Marcell, berharap informasi ini bisa membawa mereka ke arah yang benar.

“Dia ada di sebelah Jiren. Saya rasa dia terlibat dengan mereka,” jawab Mackenzie, raut wajahnya menunjukkan ketakutan yang mendalam.

Setelah sesi tanya jawab berakhir, Mackenzie terlihat lebih tenang, meskipun masih banyak keraguan di wajahnya. Pak Januar mengangguk penuh pengertian. “Terima kasih, Mackenzie. Kamu telah melakukan hal yang sangat berani. Kami akan menggunakan informasi ini sebaik mungkin.”

Tim Detektif Reomit saling bertukar pandang, merasakan bahwa mereka berada di jalur yang benar. “Kami akan segera mencari tahu siapa cewek itu,” bisik Marcell kepada Gavriel.

Sebelum mereka meninggalkan ruangan, Mackenzie menoleh pada Marcell. “Apakah… apakah Oes akan mendapatkan keadilan?”

Marcell tersenyum lembut. “Kami akan berusaha sekuat tenaga. Kamu sudah melakukan bagianmu, dan kami akan melakukan sisanya.”

Setelah pertemuan selesai, mereka semua berkumpul di luar ruangan. “Oke, kita dapat petunjuk baru,” kata Samuel, terlihat lebih bersemangat. “Kita harus mencari tahu siapa cewek pirang itu dan siapa saja yang terlibat dalam kelompok Jiren.”

SMP Floor 1997Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang