Tiga hari lagi—" Jade melanjutkan kalimatnya sebelum Oes menyela dengan rasa penasaran yang jelas.
"Tiga hari lagi kenapa?" tanya Oes, matanya bersinar dengan rasa ingin tahu yang mendalam.
"Tiga hari lagi ada pertandingan anggar antara aku dan Freya. Siapa tahu si 'pacarnya' mau datang juga," jawab Jade dengan senyum nakal, melirik Freya yang duduk di seberangnya.
"Jade!" Freya mengeluh, wajahnya memerah karena malu dan kesal sekaligus.
"Eh, kenapa? Aku cuma bilang yang sebenarnya," kata Jade, mempertahankan ekspresi jahil di wajahnya.
"Enggak!" Freya membalas dengan nada tegas, sambil menarik napas panjang dan dengan cepat menutup mulut Jade dengan tangan.
Mackenzie, yang sebelumnya sibuk menghirup kuahnya, kini menatap penasaran. "Emang siapa pacarnya?" tanyanya dengan nada ingin tahu, berpindah pandangan antara Freya dan Jade.
"Ma—" Jade kembali terputus kata-katanya karena Freya yang menutup mulutnya semakin rapat.
"Gaada kok! Ngada-ngada ini anak," tegas Freya, menarik Jade menjauh dari meja dengan gerakan agak kasar namun masih penuh kasih sayang.
"Aneh," kata Mackenzie, matanya terbuka lebar melihat kekacauan kecil yang terjadi di depannya.
Freya, mendengar komentar Mackenzie, merasa perlu membela diri. "Iya, emang aneh dia nih!" serunya dengan tawa kecil, meskipun tampak masih kesal.
Oes, yang memperhatikan situasi tersebut, tidak bisa menahan senyum. Ia mengambil pangsit dan memasukkannya ke mulutnya sambil matanya bersinar dengan tawa yang menyenangkan. "Ah, kalian benar-benar lucu," kata Oes sambil menggelengkan kepala, masih tertawa kecil.
Freya akhirnya tersenyum juga setelah melihat Oes kembali ke ruang makan dengan Jade di belakangnya. "Yah, apa boleh buat. Kita emang begini," ucapnya dengan nada santai sebelum menyendok sisa pangsitnya dengan lembut.
Mackenzie, yang masih penasaran, bertanya lagi sambil menggigit pangsitnya, "Jadi, beneran ada "pacar" yang bakal datang ke pertandingan itu?"
Jade, dengan senyum lebar, menjawab, "Mungkin. Tapi siapa yang tahu, kan?"
Freya melemparkan tatapan setengah memohon ke arah Jade, seolah berkata "Jade, jangan bikin aku malu lebih jauh."
Jade, menyadari tatapan Freya, mengangkat bahu dan menatap Freya dengan ekspresi penuh pengertian. "Oke, oke. Cuma bercanda kok," katanya, berusaha menenangkan suasana.
Makan malam di rumah keluarga Moe berakhir pukul sembilan malam. Freya dan Jade berpamitan dengan hangat dan melangkah keluar dari rumah tersebut, menikmati malam yang tenang.
Sesaat setelah mereka pergi, Oes dan Mackenzie, yang baru saja selesai menyiapkan sampah untuk dibuang, menuju ke depan rumah. Mereka melihat bahwa jaket Freya dan Jade masih tertinggal di dalam rumah.
Oes, yang mengenakan kaos biru dan celana jins, mengambil jaket Jade yang digantung di kursi dekat pintu masuk. Sementara itu, Mackenzie, dengan kaos abu-abu dan jeans, memegang jaket Freya.
Ketika mereka berdua melangkah keluar dari rumah, mereka melihat Freya dan Jade yang sedang berjalan santai di trotoar. Oes dan Mackenzie saling bertukar pandang, lalu memanggil nama teman mereka.
"Jade!" Oes berseru.
"Freya!" Mackenzie menyusul seruan tersebut.
Jade dan Freya, yang sedang bercanda dan tertawa, tiba-tiba menoleh ke arah suara tersebut. Mereka saling bertanya dengan tatapan bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
SMP Floor 1997
Novela JuvenilSMP Floor 1997-- "Ini bukan tentang siapa, tetapi tentang keadilan." • Joebartinez, 1910, setelah penegakkan hukum yang dianggap kurang adil dalam kematian Gartinez. Cerita ini mengikuti kehidupan sekelompok remaja di SMP Flores, sebuah sekolah yan...