kroko x detective.

5 5 0
                                    

Marcell mendorong pintu kantor Detektif Reomit yang tua dan berderit, disambut aroma kopi basi dan udara pengap. Gavriel duduk santai di kursi dengan kaki di atas meja berantakan, sementara Orlando menyandarkan diri di pojok ruangan, asyik mengutak-atik ponselnya. Di sofa kumal, Samuel Goh dan Marvell sedang bermain suit dengan fokus penuh, seolah pertandingan itu menentukan nasib dunia.

"Marcell! Akhirnya nongol juga lu!" sapa Gavriel, melambaikan tangan. "Misi apa sekarang?"

Marcell menyeringai kecil dan berjalan ke tengah ruangan, menarik perhatian semua orang. Samuel dan Marvell berhenti suit, sementara Orlando meletakkan ponselnya, siap mendengar.

"Kita bakal cari keadilan buat Oes," kata Marcell, tatapannya mantap. "Kasus ini harus resmi jalan, jadi kita butuh satu orang buat nelepon polisi."

Ruangan mendadak hening. Samuel dan Marvell langsung saling melirik—sama sekali gak ada yang mau tugas ribet itu.

"Suit?" usul Marvell sambil mengangkat bahu. "Atau hompimpa aja, biar cepet."

Samuel mendengus setuju. "Setuju. Pastiin aja lo siap kalah."

Gavriel tertawa kecil. "Seru nih," celetuknya santai. Tapi kalimatnya langsung memancing tatapan tajam dari Samuel, Orlando, dan Marvell. Gavriel hanya mengangkat tangan seolah menyerah, pura-pura serius.

"Alright, hompimpa, yuk!" seru Marvell dengan semangat, mengulurkan tangan ke tengah.

Mereka membentuk lingkaran kecil—Marcell ikut juga, walau jelas gak bakal kena tugas—dan mulai.

"Hompimpa alaium gambreng!"

Tangan mereka melayang di udara dan berhenti dengan gerakan berbeda: Marcell batu, Marvell gunting, Samuel kertas, dan Orlando batu.

Orlando langsung keluar dari permainan dengan lega. "Gue aman," katanya sambil menyeringai kecil.

Sisa putaran tinggal Samuel dan Marvell. Keduanya saling menatap, tahu bahwa nasib buruk hanya menunggu satu di antara mereka.

"Hompimpa alaium gambreng!"

Samuel mengeluarkan kertas lagi, dan Marvell batu. Marvell menepuk dahinya, frustasi, sementara Samuel menghela napas panjang, sadar tugas itu akhirnya jatuh padanya.

"Fix, gue kalah," keluh Samuel, menatap ponselnya seperti melihat beban hidup.

Marcell langsung tertawa lepas. "Gue selamat! Asik!" katanya puas.

Samuel memutar mata, mengangkat ponselnya dengan enggan, lalu mengetik nomor polisi. "Biar cepet kelar," gumamnya, setengah memotivasi diri sendiri.

Ia mendekatkan ponsel ke telinganya dan, dengan nada paling malas, menyapa.

"Halo?" ucapnya, suaranya datar dan penuh keterpaksaan.

Gavriel menyikut Orlando, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Gue bilang juga, seru, kan?" bisiknya penuh kemenangan.

Orlando cuma menggeleng pelan, menahan tawa. Marvell menepuk bahu Samuel, mencoba menghibur. "Santai, Sam. Ini buat Oes," ujarnya, nyengir.

Samuel mendesah, tapi ia tahu misi ini baru dimulai. Dan jelas, kekacauan baru akan semakin seru.

                               ***











Mobil berhenti di depan rumah besar dengan pagar besi hitam yang sedikit berkarat. Malam tiga hari lalu, pesta ulang tahun Jade berakhir dengan tragedi: Oes ditemukan meninggal. Kini, tim Detektif Reomit berdiri di depan TKP, membawa tekad dan rasa penasaran.

SMP Floor 1997Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang