1.

2.2K 185 6
                                    

Drrtt...

Drrtt...

Drrtt...

Gadis berusia 17 tahun itu menghentikan gerakan menulisnya. Ia melirik handphone di sebelah lengan kirinya, melirik notifikasi yang terpampang di layar paling atasnya.

Begitu melihat nama sang penelfon, gadis bernama Christy itu berdecak. "Ck, pasti baru nyampe dia."

Tanpa mengangkat panggilannya, gadis berambut hitam panjang itu melepas headphonenya dan berjalan malas keluar kamar.

Ia melangkahkan kakinya pelan-pelan menuruni tangga hingga pintu depan rumah. Sebelum membuka kenop pintu rumahnya, ia sengaja berdiam diri dulu di depan pintu, menatap wajah seseorang yang ada di depan layar cctv pintu rumahnya.

Ia tertawa melihat komuk orang itu yang terlihat terus berusaha menelfon sambil cemas. Christy yakin orang itu sedang menelfon dirinya dan menunggu ia menjawabnya.

Christy sengaja melama-lamakan berdirinya agar orang di balik layar cctv itu semakin panik, tapi tak lama kemudian ia akhirnya membuka pintu rumahnya karena kasian.

"Toya! Kamu kemana aja sih? Lama banget!"

Christy hanya tersenyum jahil melihat wajah kesal gadis yang seusia dengannya itu.

"Papa sama Mama udah tidur kan?"

"Ga tau sih. Tapi kayaknya udah deh. Soalnya udah sepi."

Zee, kembaran Christy berambut pendek itu menghela nafas lega. Ia meletakkan sepatunya di rak sepatu, lalu mereka berdua dengan hati-hati melangkahkan kakinya menuju tangga.

Namun baru satu langkah kaki mereka menaiki tangga, seseorang dari lantai 1 keluar dari kamar. "Siapa itu yang baru pulang? Kak Zee?"

Mendengar suaranya saja sudah membuat si kembar merinding.

Zee meneguk ludah, memberanikan untuk menoleh dan menjawab pertanyaan ayahnya, Sean, yang sedang melipat tangannya sambil bersender di pintu kamar. "I-iya Pa.. "

"Abis ngapain baru pulang semalem ini?" Wajah Sean sangat tenang tanpa ekspresi, tapi cukup membuat seluruh anggota keluarga takut apabila ia marah atau tidak suka.

Belum sempat Zee mengklarifikasi, Christy dengan jahil menjawab. "Kak Zoya habis ma- aaww!"

Tentu saja Zee segera menghentikannya dengan mencubit lengan kembarannya itu dari belakang. "Kakak habis kerja kelompok di rumah Adel, Pa. Maaf ya Pa, ga ngabarin dan pulang larut begini."

"Ada kerja kelompok? Kok Adek ga ikut kerja kelompok? Kan kalian sekelas."

"Ya kan beda kelompok, Pa."

"Oke, besok Papa tanya Adel ya."

"Iya Pa, tanya aja anaknya."

"Yaudah, sekarang cepet ganti baju terus tidur. Besok sekolah."

"Iya Paa.."

Melihat Sean kembali memasuki kamar tidur, Zee kembali bisa bernafas lega.

Christy menggelengkan kepala. "Ck ck, parah sih. Udah bisa bohong sama orangtua sekarang."

"Diem. Besok aku beliin coklat 2," tawar Zee untuk membungkam mulut kembarannya.

Christy tersenyum jahil. "Hmm.."

Zee berdecak. "Iya iya, 3 deh."

"Nah gitu dong. Senang bekerja sama dengan anda." Christy menepuk punggung Zee dengan senang.

"Cih." Zee hanya bisa memasang muka sebal, bertanya-tanya mengapa sifat jahil adiknya selalu muncul disaat-saat seperti ini.

Mereka menaiki tangga lantai 2 lalu memasuki kamar masing-masing. Zee duduk di tepi kasurnya, lalu mengeluarkan handphone di sakunya.

Bertaut (ZoyToy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang