32.

2K 289 27
                                    

Setelah bekerja-sama dengan Mirza untuk menjelaskan semuanya, juga meminta izin Gita untuk bantuan OSIS, Zee bersama teman-temannya berhasil mengunggah video klarifikasi beserta bukti rekaman CCTV guna memperbaiki nama Christy.

Empat hari setelah pengunggahan video, diadakan rapat besar pengurus sekolah beserta semua pihak terlibat, hingga hasil akhir menyatakan bahwa Christy tidak bersalah karena dianggap sebagai bentuk penyelamatan. Selain itu, ada juga pengurangan 20 poin kepada seluruh anggota geng 48, serta surat peringatan untuk Christy.

Dan sekarang, tiga hari setelah hasil akhir pengumuman, si kembar menjalani hari seperti biasa. Meskipun masih terdengar beberapa bisikan dan omongan tentang mereka, Zee dan Christy tidak peduli. Bagaimana pun juga, mereka tidak bisa mengendalikan hal tersebut, dan ini sudah jadi resikonya.

Suasana kelas pagi itu sudah cukup ramai. Beberapa anak terlihat mengobrol, sisanya sibuk bermain ponsel masing-masing, menunggu jam pelajaran dimulai.

Christy baru saja meletakkan tasnya ketika dua teman kelasnya tiba-tiba menghampirinya dengan ekspresi ragu-ragu.

"Em.. Christy, boleh minta tolong ga?" Salah satu dari mereka, perempuan berkuncir kuda, membuka suara.

"Kenapa?"

"PR fisika hari ini, ada beberapa soal yang kami ga ngerti dan belum dikerjain. Boleh bantuin ga?"

"Boleh."

Tetapi Kathrina yang baru datang langsung menyambar. Ia langsung berdiri di depan Christy, memaksa dua gadis itu mundur. "Eh, eh, ngapain lo deket-deket sama Christy?"

Yang berambut pendek mendengus. "Apa sih, Kath? Orang cuma mau minta tolong Christy doang."

"Minta tolong?" Kathrina membuang muka sambil tertawa kecil. "Gue perhatiin, kemarin-kemarin lo berdua asik banget ngejulidnya. Giliran ada butuhnya baru baik-baik. Udah minta maaf, belum?"

Wajah kedua gadis itu seketika merah dan tegang, bibir mereka mendadak kelu untuk sekedar diangkat.

Kathrina masih menatap sinis, tetapi lengannya disentuh dari belakang. "Udah, Tin, gapapa. Gue ga masalah kok," kata Christy, menggeleng pelan.

"Tuh, Christy aja ga masalah. Kok malah lo yang sewot?" Protes salah satunya, langsung menegakkan badan.

Kathrina semakin geram dibuatnya. Ia melotot marah. "Ya Christy nya emang ga masalah. Tapi minimal lo sadar diri, kek!"

"Ish, udah ah!" Christy berdiri, mencoba menengahi. Ia menarik lengan temannya yang kuncir kuda, membawa mereka ke dekat mejanya, lalu menjelaskan soal yang mereka tanyakan dengan baik.

Melihat itu, Kathrina mendengus kesal, duduk di bangku sambil terus menatap tajam ke arah dua orang itu. Ketika mereka selesai, ia mendecih. "Najis banget."

Zee melirik ke arah sampingnya, lalu bangkit dan menarik lengan Christy. "Ayo tukeran tempat."

Christy mengerutkan kening. "Ngapain?"

"Udah, tukeran aja, cepet," ucap Zee dengan sorot mata yang tidak tajam namun penuh penekanan.

Dan tentu saja, Christy tidak bisa menolak perintah sang kakak bila sudah mode serius.

Akhirnya Christy memindahkan tasnya ke pojok kanan dekat dengan dinding, sedang Zee duduk di dekat lorong antar meja.

Tentu saja Zee sengaja melakukannya untuk melindungi kembarannya. Dengan posisi ini, jika masih ada yang berani melayangkan tatapan tajam atau bisik-bisik mengganggu, ia bisa langsung balas menatap mereka tanpa Christy harus repot-repot menyadarinya.

Bertaut (ZoyToy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang