"Loh Chris, lo sendirian aja?"
Menanggapi pertanyaan Flora, Christy mengangguk. "Zee sakit, kakinya cedera."
"HAH?! KOK BISA?!"
Flora yang duduk paling depan dekat pintu reflek menutup telinga. "Bisa ga si lo dateng-dateng biasa aja?? Gercep amet tu kuping dengernya."
Tidak menghiraukan Flora, Kathrina yang baru datang berjalan cepat masuk untuk menaruh tas di bangku, sambil bertanya lagi kepada Christy. "Si Zee kenapa lagi? Perasaan ga pernah beres deh itu anak."
"Dia-"
"Met pagi sahabat surgaku," Adel menyapa, memotong percakapan.
Kehadiran Adel sontak membuat topik berganti, karena semua terkejut akan penampilannya hari ini. Badannya tertutup sempurna jaket, sehingga seragamnya hanya terlihat bagian kerah saja. Bukan, bukan karena harga jaket yang dikenakan Adel, tapi karena wajah gadis itu yang nampak kacau.
Dua buah kassa di kening, satu plester di hidung, satu plester di bawah mata kiri, dan lehernya yang memakai gips tipis. Cocok sekali seperti anak berandalan.
"Del? Lo kenapa buset?!" Flora sampai menganga, bingung karena tidak tahu menahu akan kondisi sahabatnya sendiri.
Christy menaikkan sebelah alisnya, tersenyum miring. "Oh, syukurlah lo masih ada. Kirain udah ditangkep sama polisi."
"Eh, emang kurang ajar lu ye, manggil polisi terus main kabur aja bawa kembaran lo. Untung gue pinter, masih bisa cepet kabur," desis Adel mengingat kejadian kemarin.
"Tapi lo harusnya sekarang dirawat di rumah sakit, Del. Zee aja masih diinfus di rumah."
"Udah kok, kemaren. Cuma gue bosen di rumah sakit. Mending ke sekolah aja, seru, bisa main."
Marsha mengangkat tangannya. "Wait, stop. Kalian bahas apa sih? Polisi? Kabur? Zee tadi katanya kakinya cedera, sekarang diinfus. Sebenarnya ada apa sih??"
Adel melambaikan tangan. "Panjang kalau diceritain, Sha. Bahaya juga kalau di sini. Mending nanti langsung ikut jenguk Zee aja di rumah, biar tau ceritanya."
"Eh, gue belum izinin kok lo main ngatur aja?"
"Ini yang namanya hubungan spesial temen masa kecil, Chris. Rumah gue, rumah lo. Rumah lo, rumah gue. Ya kan?" Adel menyeringai, menyenggol lengan Christy di belakangnya.
"Sok asik lu," sinis Christy, memberi ekspresi geli.
"Eh tapi lo beneran gapapa, Del? Pake gips gitu, sakit ga sih," tanya Marsha lagi, masih ngeri melihat kondisi Adel.
"Biasa aja sih, Sha. Kayak jadi iron man gitu."
Tiba-tiba Flora menggeplak kepala Adel, membuat yang dipukul meringis. "Aws.. lo ngapain sih?! Sakit, kocak!"
Flora menatap Marsha sambil menunjuk Adel yang kesakitan. "Dia kalau belum koid mah aman aja, Sha. Liat aja, paling bentar lagi juga ngereog. Ya kan Chris?"
Christy hanya tertawa kecil, lalu lanjut membaca buku catatan materi untuk dipelajari. Hari ini ia sedang tidak semangat sekolah. Ya walaupun sebenarnya memang tidak pernah semangat, tapi kali ini berbeda karena Zee tidak ada di sebelahnya.
Sama seperti dulu.
***
Pulang sekolahnya, Christy, Adel, Flora, Marsha, dan Kathrina berjalan bersama ke parkiran. Mereka sepakat untuk menjenguk Zee bersama.
Saat mereka bersiap-siap, seorang laki-laki bertubuh besar dengan model potongan rambut under cut dan mengenakan seragam SMA yang dilapisi oleh jaket jeans mendekati mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bertaut (ZoyToy)
Fanfiction𝙎𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙙𝙚𝙩𝙖𝙠 𝙟𝙖𝙣𝙩𝙪𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙖𝙪𝙩, 𝙉𝙮𝙖𝙬𝙖𝙠𝙪 𝙣𝙮𝙖𝙡𝙖 𝙠𝙖𝙧'𝙣𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣𝙢𝙪 - 𝙉𝙖𝙙𝙞𝙣 𝘼𝙢𝙞𝙯𝙖𝙝 "Jadi lebih baik dari aku ya Toy?" - Azizi Asadel Natio "Kamu harus lebih bahagia dari aku, Zoy." - An...